Kehidupan politik yang begitu brutal, kasar, dan kejam telah membawa komplikasi negatif pada kehidupan sosial ekonomi di Haiti. Negara berpenduduk 11 juta jiwa itu paling miskin di dunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Budaya politik Haiti yang brutal, kasar, kejam, dan berdarah kembali terlihat jelas pada tragedi pembunuhan Presiden Jovenel Moise, pekan ini.
Bak adegan film horor, sekelompok orang bersenjata, Rabu (7/7/2021) dini hari, menyusup ke dalam rumah kediaman Presiden Moise di Port-au-Prince, ibu kota Hati. Serangan tiba-tiba itu menciptakan guncangan karena Moise, berusia 53 tahun, tewas seketika. Istrinya, Ibu Negara Ny Martine Moise, mengalami cedera berat.
Gelombang kecaman mengalir dari pemimpin dunia atas tragedi itu. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pun bersidang. Belum terungkap otak dan pelaku penyerangan. Namun, bisa diduga, kasus pembunuhan itu tak terlepas dari kontroversi konstitusional tentang masa kekuasaan Moise, yang memerintah sejak tahun 2017.
Kubu Moise menyatakan masa kekuasaannya akan berakhir Februari 2022. Oposisi menyatakan berakhir Januari 2021. Selama ini, oposisi terus melancarkan aksi demonstrasi.
Kehidupan politik di Haiti adalah salah satu contoh paling buruk di dunia. Kaum elite, termasuk mahasiswa, cenderung bersikap anarkistis dengan menggoyahkan pemerintahan hasil pemilihan demokratis. Sampai kini tampaknya belum muncul kesadaran di kalangan elite tentang cara elegan dan terhormat mengambil alih kekuasaan melalui pemilu demokratis.
Jika oposisi atau siapa pun ingin berkuasa, para pengamat menyatakan, mengapa tidak bertarung melalui pemilu. Bukan melalui kegaduhan dan penghasutan untuk menjatuhkan pemerintahan hasil pemilu. Tentu tak bisa menutup mata pula, penguasa Haiti cenderung otoriter, diktator, dan korup dalam sejarah panjang negeri Karibia itu sejak merdeka pada 1804.
Haiti berkali-kali diperintah oleh diktator yang kejam. Sekadar ilustrasi, diktator Dinasti Duvalier tahun 1957-1986 melakukan intimidasi dan mengeksekusi sekitar 60.000 orang.
Serangan tiba-tiba itu menciptakan guncangan karena Moise, berusia 53 tahun, tewas seketika.
Harapan kehidupan demokrasi sebenarnya sempat muncul ketika Jean-Bertrand Aristide, yang berlatar belakang pastor, terpilih menjadi presiden tahun 1990. Namun, sekitar setahun kemudian dia dijatuhkan oleh kudeta militer. Aristide sempat terpilih kembali sebagai presiden, tetapi dijatuhkan lagi oleh kudeta militer dan disingkirkan ke pengasingan tahun 2004.
Kehidupan politik yang begitu brutal, kasar, dan kejam telah membawa komplikasi negatif pada kehidupan sosial ekonomi. Haiti dengan penduduk sekitar 11 juta jiwa termasuk dalam kelompok negara paling miskin di dunia. Kesulitan ekonomi rakyat bertambah karena hampir setiap tahun diterjang badai, yang menewaskan puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang.
Gempa mengguncang Haiti tahun 2010, menewaskan sekitar 300.000 orang, dan paling tidak 1,6 juta orang kehilangan tempat tinggal. Dampak gempa masih terasa secara ekonomi sampai saat ini. Upaya perbaikan ekonomi tak akan berlangsung baik jika terus terjadi kekacauan politik dan kekerasan.