Kedekatan Rusia dengan Myanmar harus dimanfaatkan oleh ASEAN untuk memuluskan implementasi lima butir konsensus. ASEAN sangat berkepentingan dengan tercapainya solusi damai bagi krisis di Myanmar.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sikap Rusia yang mendukung posisi ASEAN dalam penyelesaian krisis di Myanmar dapat menjadi modal penting. Dukungan Rusia ini tidak boleh disia-siakan.
Salah satu tugas mendesak ASEAN sekarang ialah menyelesaikan krisis di Myanmar. Kedua kubu yang berseberangan telah menggunakan jalur kekerasan. Rakyat menjadi korban. Kestabilan kawasan pun terancam.
Krisis yang dikhawatirkan akan menjadi konflik bersenjata berlarut-larut itu diawali dengan kudeta oleh militer pada Februari silam. Aksi kudeta dilancarkan terhadap pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi, tokoh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi. Kubu militer beralasan, partai itu telah bertindak curang dalam pemilu.
ASEAN berupaya membantu penyelesaian krisis di Myanmar, antara lain dengan menggelar pertemuan para pemimpin negara anggotanya pada April 2021. Pertemuan di Jakarta ini didorong oleh Indonesia dan turut dihadiri pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.
Adapun lima butir konsensus yang dihasilkan dalam pertemuan ASEAN ialah penghentian segera kekerasan di Myanmar, perlunya dialog konstruktif menuju solusi damai, penunjukan utusan khusus sebagai mediator dialog, bantuan kemanusiaan, dan kunjungan utusan khusus serta delegasi ASEAN ke Myanmar.
Sayangnya, hingga sekarang perkembangan implementasi kelima butir konsensus tampak tak mengalami kemajuan. Penentuan utusan khusus belum memberikan hasil menggembirakan, padahal perannya krusial bagi berjalannya proses penghentian kekerasan serta perwujudan solusi damai.
Di tengah situasi itu, dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dengan Menlu RI Retno LP Marsudi di Jakarta, Selasa (6/7/2021), terungkap bahwa Rusia mendukung rencana ASEAN untuk mendorong solusi bagi krisis di Myanmar. Kelima butir konsensus akan dipromosikan oleh Rusia kepada pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing. Lavrov menegaskan pula Pemerintah Rusia memiliki pandangan dan pemahaman bahwa lima konsensus yang dihasilkan para pemimpin ASEAN merupakan fondasi untuk menyelesaikan permasalahan di Myanmar.
Sikap Rusia itu merupakan modal yang cukup penting mengingat Rusia berhubungan baik dengan militer Myanmar. Dilaporkan Reuters, hubungan pertahanan Rusia-Myanmar berkembang beberapa tahun terakhir. Moskwa memberikan pelatihan militer dan beasiswa studi di universitas kepada ribuan tentara Myanmar. Rusia pun menjual senjata ke negara itu. Pada Juni lalu, Jenderal Min Aung Hlaing juga menghadiri sebuah konferensi keamanan di Moskwa.
Kedekatan Rusia harus dimanfaatkan oleh ASEAN untuk memuluskan implementasi lima butir konsensus. Bekerja sama erat dengan kekuatan di luar ASEAN untuk mewujudkan solusi damai di Myanmar merupakan hal yang dapat memberi harapan.