Dampak peningkatan kasus positif Covid-19 mulai terasa di pelbagai bentuk layanan kesehatan. Rumah sakit penuh, tenaga kesehatan kewalahan dan oksigen langka.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sungguh memprihatinkan situasi yang kita hadapi hari-hari ini. Kompas.id (Minggu, 4/7/2021) mengabarkan, 63 pasien meninggal dalam sehari semalam di RS dr Sardjito, Yogyakarta. Mereka merupakan pasien Covid-19 yang kondisinya memburuk, dan sebagian karena kekurangan pasokan oksigen.
Berita ini menambah panjang deretan kisah beban layanan kesehatan. Setiap hari media mengabarkan tentang para pasien yang terpaksa dirawat di selasar rumah sakit, bahkan di mobil ambulans, karena keterbatasan kamar. Tidak hanya pasien yang harus mengantre untuk mendapatkan ambulans, keluarga pasien yang meninggal pun terpaksa antre untuk mendapatkan mobil jenazah.
Kewalahan ini dialami rumah sakit, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan secara keseluruhan, di pelbagai belahan dunia. Ketika kasus sedang tinggi-tingginya, di negara maju maupun berkembang, pengalamannya sama saja. Kekurangan tempat tidur dan oksigen, serta tenaga kerja yang kelelahan.
Di Nepal misalnya, yang di awal pandemi banyak dipuji karena nyaris tidak ada kasus, saat ini terpaksa menempatkan pasien Covid-19 berdua di satu tempat tidur. Pasien juga harus berbagi oksigen dan mengalah untuk yang lebih perlu.
Tidak hanya pasien yang harus mengantre untuk mendapatkan ambulans, keluarga pasien yang meninggal pun terpaksa antre untuk mendapatkan mobil jenazah.
Dalam mengatasi persoalan fasilitas kesehatan ini, Amerika Serikat mungkin bisa menginspirasi. Memanfaatkan teknologi analisis dari Universitas Minnesota, pemerintah federal membuat sistem aplikasi yang memudahkan orang melihat kapasitas yang masih tersedia di rumah sakit lokal terdekat.
Di Indonesia, dari sisi pelayanan kesehatan, upaya memprioritaskan pasien yang dirawat, saat ini perlu dukungan ketersediaan tempat isolasi bagi pasien bergejala sedang, dan pantauan petugas kesehatan bagi pasien bergejala ringan yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Di sisi lain, dari berbagai informasi di media sosial, upaya untuk mempermudah pasien Covid-19 dan keluarganya sebenarnya juga tidak kurang-kurang. Dari informasi darah hingga plasma konvalesen, semua ada. Inisiatif perseorangan ini, alangkah baiknya bila kemudian diakomodasi oleh negara untuk informasi yang lebih menyeluruh.
Saat ini sudah ada website PeduliLindungi dari pemerintah. Semula hanya untuk pelacakan, lalu menjadi sumber informasi vaksinasi, dan tentunya bisa dikembangkan untuk berbagai kebutuhan penanggulangan Covid-19. Dari akses ketersediaan darah, plasma konvalesen, tabung oksigen, hingga ketersediaan kamar di rumah sakit maupun lokasi isolasi.
Dalam situasi penularan yang tinggi, sedunia mencapai 381.339 kasus positif dan Indonesia 14.138 kasus positif pada 3 Juli 2021, upaya mendayagunakan semua potensi sungguh dibutuhkan. Kita menghadapi virus yang luar biasa tingkat penularan dan daya rusaknya pada kehidupan, sehingga butuh cara-cara yang juga tak biasa untuk mengatasinya.