Musik berperan cukup penting bagi emosi dan suasana hati. Sejumlah penelitian menunjukkan jenis-jenis musik tertentu memengaruhi pendengarnya dalam mengelola emosi.
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Musisi Dewa Budjana dan sejumlah musisi lain tampil dalam Konferensi Internasional Sound of Borobudur, Kamis (24/6/2021), di Balai Ekonomi Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Konferensi internasional itu, antara lain, membahas upaya memperkuat persahabatan antar-bangsa melalui musik.
Apakah Anda senang musik? Musik apa yang biasanya Anda dengar dan dalam kesempatan apa mendengarkannya? Atau Anda juga memainkan musik?
Di masa pandemi ini tampaknya lebih banyak musik dimainkan dan diciptakan. Ada yang bersifat satir, yakni klip musik yang bersifat humor. Ada kerja sama artis, dengan pemusik-pemusik yang bermain bersama dari tempat terpisah. Ada konser yang dilaksanakan tanpa penonton langsung, dan ada juga konser rumah di mana pemusik merekam pertunjukan yang lebih personal dari rumah.
Peran musik
Karena sebagian besar kita terpaku di tempat, tidak dapat ke mana-mana, musik sering mengiringi aktivitas harian kita. Banyak pula individu atau kelompok bukan pemusik profesional yang mulai mencoba bermusik. Karya-karya musik itu banyak disebarkan melalui media sosial.
Tampaknya musik memang berperan cukup penting bagi emosi dan suasana hati. Bila dikaitkan dengan lirik, pada remaja khususnya, selain untuk menghibur diri dan mengelola suasana hati, musik juga mungkin digunakan untuk memahami masalah-masalah terkait identitas dan isu sosial.
Musik bahkan dapat menghubungkan kita dengan orang lain dan mengurangi perasaan terisolasi. Ini karena meski kita sedang sendiri, kita cukup sering menghayati musik dalam kaitan dengan orang lain. Kita berbagi musik dan cerita mengenai musik dengan orang lain, dan teringat mengenai orang-orang dan tempat-tempat tertentu ketika mendengarkan musik.
Musik yang menampilkan kesedihan tidak selalu membuat kita menjadi depresif, melainkan justru dapat meningkatkan rasa puas dan senang.
Musik dapat dinikmati sekadar sebagai latar belakang untuk mendampingi kita beraktivitas ataupun menjadi hal utama untuk dinikmati. Penelitian yang dilakukan Naomi Ziv dan Hollander-Shabtai (2021) di masa pandemi menemukan bahwa partisipan penelitian melaporkan mendengarkan musik lebih sering daripada sebelumnya untuk menghadirkan suasana hati lebih positif (51 persen) dan untuk meningkatkan semangat (48,5 persen).
Mengatur suasana hati
Jenis musik berbeda dapat memiliki efek berbeda terhadap suasana hati. Secara awam mungkin kita berpikir bahwa musik ingar-bingar (misalnya heavy metal) akan memudahkan munculnya emosi marah atau agresi. Tetapi, penelitian yang diacu oleh Cook, Roy, dan Welker (2019) menemukan bahwa musik dengan instrumen dan vokal yang dimainkan keras kadang dengan tema depresi dan kesepian justru menurunkan emosi marah, tetapi tetap dapat mempertahankan kondisi fisiologis aktif.
Penelitian lain menunjukkan bahwa musik yang menampilkan kesedihan tidak selalu membuat kita menjadi depresif, melainkan justru dapat meningkatkan rasa puas dan senang. Memang ada rasa sedih ketika mencoba berempati dengan tema yang disuguhkan, tetapi lebih banyak lagi kesenangan yang didapatkan dari menikmati sisi estetik musik tersebut.
Sayangnya, belum banyak dilakukan penelitian dengan jenis-jenis musik berbeda. Review menemukan bahwa penelitian yang telah ada lebih banyak mencoba mengungkapkan efek dari musik klasik (48 persen) saja dan belum banyak meneliti jenis-jenis musik lain.
AP/KATHY WILLENS
Essa-Pekka Salonen, Direktur Musik San Francisco Symphony dan konduktor utama Orkestra Philharmonia London, memimpin anggota New York Philharmonic sebagai konduktor tamu di hadapan 150 penonton konser di The Shed, Hudson Yards, New York, Rabu (14/4/2021). Ini adalah pertama kalinya sejak 10 Maret 2020 seluruh anggota orkestra tampil bersama di depan penonton secara langsung.
Cook, Roy, dan Welker (2019) kemudian mencoba melaksanakan survei mereka sendiri. Mereka mencoba mempelajari kaitan antara pilihan jenis musik dan bagaimana pendengar memanfaatkannya untuk mengelola emosinya. Jumlah partisipan adalah 794 mahasiswa, lebih banyak perempuan (735).
Jenis musik yang dapat dipilih cukup banyak, yakni mulai dari blues, klasik, country, musik elektronik/dance, musik alternatif, rap/hip-hop, jazz, pop, religius, rock, soul, hingga folk. Jenis-jenis berbeda itu kemudian dikelompokkan lagi oleh peneliti menjadi empat dimensi, yakni musik reflektif dan kompleks (jazz, klasik, blues, folk), musik intens dan bersifat ”memberontak” (alternatif, rock, heavy metal), musik upbeat dan konvensional (country, pop, religius, musik pengiring film), serta musik energetik dan ritmik (rap/hip-hop, soul/funk, elektronik/dance).
Pemanfaatan musik untuk mengelola suasana hati ditanyakan melalui apakah digunakan untuk mengurangi emosi negatif (misalnya ”untuk menurunkan kecemasan”), meningkatkan emosi positif (misalnya ”untuk membuat saya gembira”), atau untuk meningkatkan energi (situasi fisik aktif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik rap/hip-hop, elektronik/dance, dan soul/funk menghadirkan energi yang lebih aktif dan positif. Secara khusus soul/funk banyak dipilih untuk mengurangi emosi negatif dan menghadirkan emosi positif. Blues dan jazz secara berarti berhubungan dengan upaya untuk mengurangi emosi negatif maupun untuk meningkatkan emosi positif. Musik klasik dan folk ternyata lebih efektif untuk mengurangi emosi negatif.
Musik dan psikologi
Bila dibandingkan, dari semua jenis musik, tampaknya yang dinilai paling dapat menghadirkan penurunan emosi negatif, peningkatan emosi positif, serta peningkatan energi adalah musik-musik energetik dan ritmik. Musik keras dan ”memberontak” rupanya justru lebih banyak dipilih untuk menurunkan emosi negatif (marah, kecemasan). Musik yang kompleks dan reflektif, seperti jazz atau musik klasik, dapat menurunkan emosi negatif dan meningkatkan emosi positif, tetapi tidak berperan untuk dapat meningkatkan energi.
Sesungguhnya masih banyak lagi yang dapat dibahas dan diteliti lebih lanjut terkait musik dan psikologi. Penelitian telah cukup banyak dilakukan pada musik sebagai intervensi utama atau intervensi penyerta untuk masalah-masalah psikologis, yang mungkin dapat kita bahas dalam kesempatan berbeda.
ARSIP PRIBADI
Kristi Poerwandari
Kita belum lagi bicara mengenai efek musik pada pelaku musik itu sendiri. Banyak anak muda tertarik pada Taylor Swift yang sangat mendunia, dan memang amat piawai, kreatif, dan produktif dalam menciptakan musik.
Ia hampir selalu memindahkan pengalamannya sehari-hari ke dalam musik yang diciptakannya. Ia tidak mengerti apa yang akan terjadi bila ia tidak bermusik. Menurut dia, memindahkan pengalamannya menjadi musik membuatnya jadi lebih sehat mental.