Cara Mewariskan Aset Kripto Ketika Pemiliknya Meninggal
Dengan menggunakan keamanan kriptografi, aset kripto sangat terlindungi. Lalu bagaimana apabila para pemegang aset kripto itu meninggal, bagaimana cara mewariskan aset kripto itu?
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Pemegang aset kripto terbesar di dunia, Mircea Popescu (41), dilaporkan meninggal di lepas pantai Kosta Rika. Ia disebut memiliki aset kripto dengan nilai 1 miliar dollar AS di dompet digitalnya.
Ia ditemukan pekan lalu di sebuah perairan di Playa Hermosa de Garabito. Kejadian ini kemudian memunculkan diskusi tentang pewarisan dan orang yang berhak menerima warisan aset kripto ketika pemiliknya meninggal.
Popescu disebut sebagai salah satu pemegang aset terbesar secara perorangan. Kabar kematiannya lambat tersebar karena identitasnya lama diketahui. Menurut sebuah publikasi berbahasa Spanyol, Teletica.com, pekan lalu seorang warga negara asing dikabarkan telah tenggelam di Playa Hermosa de Garabito.
Warga menggambarkan korban sebagai orang berusia 41 tahun dan disebut berasal dari Polandia. Namun, Popescu ternyata adalah orang terkenal di Romania. Orang ini dikenal di kalangan media Romania sebagai pengusaha dan blogger.
Menurut Marketwatch, ia menjadi kaya karena termasuk pelopor dalam pengelolaan aset digital dan salah satu pengadopsi awal aset ini. Sebuah artikel di majalah Bitcoin yang ditulis oleh Pete Rizzo mengatakan bahwa Popescu dikenal karena memulai pertukaran bitcoin melalui sekuritas.
Pada puncaknya, pertengahan April tahun ini, kepemilikan bitcoin Popescu diperkirakan bernilai hampir 2 miliar dollar AS ketika harganya melonjak. Harga satu bitcoin sempat melonjak, dari sekitar Rp 500 juta menjadi Rp 950 juta.
Sebelumnya pada awal tahun ini, seorang pemegang aset kripto bernama Ryan Klein memiliki pengalaman yang nyaris membuat dia meninggal. Saat membersihkan selokan di rumahnya di California, profesional teknologi informasi berusia 32 tahun ini salah melangkah dan jatuh dari tangga. Ia tergeletak di tanah dan hanya bisa menatap langit biru langit. Sebuah pikiran menakutkan terlintas di benaknya.
”Saya menyadari bahwa istri saya tidak memiliki akses ke aset kripto saya. Jika saya mati hari itu, uang itu akan hilang begitu saja,” katanya kepada media The Hustle.
Kabar kematian Popescu dan kejadian yang menimpa Ryan Klein beredar di kalangan pemegang aset kripto. Kemudian mereka bertanya-tanya ke mana kepemilikan aset itu akan pergi. Sistem yang ada memang menyulitkan orang lain untuk mengetahui aset ini karena memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Dengan menggunakan keamanan kriptografi, aset ini sangat terlindungi. Kini, mereka pun bingung apabila para pemegang aset kripto itu meninggal.
Sebuah laman bernama Death.io menyebutkan, salah satu keuntungan terbesar dari dompet kripto saat kita masih hidup adalah tidak ada orang lain yang bisa masuk ke dalamnya, tetapi hal itu tidak terlalu bagus setelah pemiliknya mati. Orang lain tidak bisa masuk ke dalamnya. Mereka tidak bisa mewarisi dan sangat mungkin aset itu pergi begitu saja.
Untuk masuk ke akun dompet kripto, seseorang memerlukan kunci pribadi. Kunci pribadi adalah kata sandi yang tidak dapat diubah yang muncul saat kita membuat dompet digital. Setiap dompet menggunakan serangkaian karakter acak yang disebut kunci publik yang dapat dilihat oleh siapa saja, sebagai alamat untuk mengirim dan menerima aset kripto. Sementara kunci pribadi terpisah memungkinkan pemilik mengakses isi dompet.
Saran dari laman itu, proses pewarisan aset itu harus sederhana begitu pemiliknya tiada. Keluarga dan saudara dekat tidak direpotkan dengan berbagai warisan Anda. Anda harus memastikan seseorang telah mendapatkan salinan kunci pribadi secara resmi.
Orang yang berhak juga sudah dipastikan alias tidak jatuh ke tangan orang lain. Dalam praktiknya semua itu terlihat sederhana, tetapi dalam situasi riil pasti tidak selalu aman atau nyaman. Apalagi, di dalam kultur masyarakat yang pamali untuk membicarakan kematian ketika masih hidup.
Sebagai contoh, berikut adalah tindakan yang dilakukan Ryan Klein begitu menyadari masalah yang akan muncul. Akhir pekan berikutnya, Klein mengambil tindakan.
Ia menuliskan kata kunci pribadi dan kata sandi akunnya, mengetik instruksi terperinci tentang cara mengakses kepemilikannya yang terdiri dari berbagai aset kripto, dan menyimpan informasi itu di brankas kecil di lemarinya. Klein adalah salah satu dari semakin banyak investor kripto yang mulai serius memikirkan nasib aset kripto mereka apabila mereka meninggal.
Inilah era ketika teknologi digital mengharuskan kita mengubah berbagai hal, termasuk di dalam pengelolaan warisan digital. Investasi tradisional, semisal tanah, rekening tabungan di bank, obligasi, emas, dan lain-lain relatif mudah ditemukan, diakses, dan kemudian diurus pewarisannya dengan akta kematian dan dokumentasi hukum lainnya sehingga kerabatnya bisa mengakses dan menyelesaikan kepemilikan warisan itu. Akan tetapi, aset kripto menimbulkan beberapa tantangan unik.