”Parenting” Selama Pandemi
Salah satu perubahan selama pandemi Covid-19 adalah kenyataan baru yang tak terduga, di mana para orangtua harus bekerja dari rumah dan ”homeschooling” anak-anak mereka.
Salah satu perubahan selama pandemi Covid-19 adalah kenyataan baru yang tak terduga, di mana para orangtua harus bekerja dari rumah dan homeschooling anak-anak mereka. Saat ini ”libur sekolah” telah tiba lagi, sementara pandemi terus berlanjut. Pengasuhan seperti apa yang sebaiknya diterapkan?
Tampaknya tidak mudah membuat generalisasi mengenai parenting macam apa yang dapat ditawarkan bagi setiap orangtua. Valerie Crabtree PhD, (2020) yang mengepalai Layanan Psikososial di Rumah Sakit St Jude di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, mengatakan bahwa Hierarki Kebutuhan Maslow dapat memberi orangtua kerangka kerja untuk mengasuh anak.
Hierarki Kebutuhan Maslow
Ini adalah teori yang telah diikuti oleh para psikolog sejak Abraham Maslow menerbitkanny tahun 1943. Teori ini menawarkan kerangka untuk memahami bagaimana manusia dapat berkembang dan menyatakan bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi terlebih dulu sebelum seseorang dapat diangkat ke aktualisasi diri.
Kebutuhan dasar meliputi kebutuhan fisiologis, seperti makanan, air, dan tidur yang baik, serta keamanan dan keselamatan. Berikutnya adalah kebutuhan psikologis, seperti rasa memiliki dan dicintai. Setelah itu, muncul kebutuhan akan penghargaan, perasaan bermartabat, dan pencapaian. Anak-anak sering dapat memenuhi kebutuhan ini dengan bermain dalam olahraga kelompok, atau mendapatkan prestasi akademis. Mereka juga dapat menemukan perasaan pencapaian dalam berkontribusi pada pekerjaan rumah tangga atau merawat tanaman.
Selama pandemi ini, keluarga yang berada dalam situasi yang berbeda akan memiliki kekhawatiran dan kepedulian yang berbeda. Beberapa keluarga berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, perawatan kesehatan, dan bahkan mungkin tempat tinggal. Keluarga ini benar-benar berjuang secara finansial. Mungkin satu-satunya pencari nafkah kehilangan pekerjaan sejak pandemi. Keluarga seperti ini akan berfokus pada, ”Bagaimana menjaga agar semua anggota keluarga tetap aman dan diberi makan?”
Baca juga : ”Parenting” di Masa Pandemi Covid-19
Keluarga lain tidak terlalu mengkhawatirkan penghasilan, tetapi mereka juga sedang berjuang. Keluarga ini mungkin mengkhawatirkan kesehatan psikologis anak-anak mereka, seperti bagaimana anak tunggal mereka sangat kesepian selama liburan ini, tanpa teman bermain, atau mungkin adanya saudara kandung dalam keluarga membawa banyak pertengkaran. Orangtua mungkin khawatir tentang perasaan anak-anak mereka yang terluka ketika melihat tetangganya terus bebas bermain bersama di luar rumah. Orangtua yang bekerja dari rumah bisa merasa bersalah tidak memberikan perhatian yang memadai kepada anaknya.
Semua aturan yang kita tetapkan sebelum berada di tengah pandemi, seperti anak harus mendapatkan waktu bersekolah sebanyak A, waktu memainkan gawai sebanyak B, dan aktivitas fisik sebanyak C, tidak mungkin dilaksanakan lagi. Harapan orangtua terhadap diri sendiri harus lebih fleksibel. Kita harus memberi diri pedoman baru selama waktu yang tidak biasa ini.
Ketika orangtua merasa rendah diri, ingatlah hierarki ini dan ingatlah bahwa pekerjaan nomor satu orangtua adalah memberi anak lingkungan yang aman dan penuh kasih. Itulah yang selalu menjadi fokus utama dari parenting.
Apalagi di tengah pandemi ini, orangtua bisa melepaskan fokus pengayaan akademik atau ekstrakurikuler lainnya untuk sementara waktu. Beri diri Anda izin untuk berada di tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan psikologis anak. Beri mereka banyak cinta, jaga mereka tetap aman, dan tenanglah mengetahui bahwa Anda telah melakukan apa yang perlu dilakukan sekarang.
Bereskan dulu diri sendiri
Tina Montreuil (2021), seorang peneliti dan psikolog klinis di Universitas McGill, mengatakan bahwa sebagai langkah pertama, orangtua harus melihat apakah kebutuhan emosional dan psikologis mereka sendiri terpenuhi dan dapat melakukan yang terbaik untuk membuat struktur atau dukungan untuk memenuhinya. Ketika orangtua menyadari pengaturan emosi mereka sendiri, dan ketika mereka dapat menemukan ruang untuk menyusun kegiatan keluarga yang bermakna yang mendorong ikatan timbal balik, mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk mempelajari keterampilan mengatasi masalah yang akan menguntungkan individu dan hubungan keluarga.
Orangtua mungkin pernah mendengar tips keselamatan di pesawat udara untuk selalu mengenakan masker oksigen sendiri sebelum membantu seorang anak, hal yang sama berlaku untuk pengaturan emosi. Sebagai orangtua, ketika kita memprioritaskan pengelolaan stres kita terlebih dulu, menoleransi ketidakpastian yang lebih besar dan terlibat dalam kegiatan perawatan diri, seperti olahraga, pola tidur yang baik, dan relaksasi, akan memperluas kapasitas kita untuk merespons dengan tenang. Ini mengajarkan anak-anak bahwa mereka juga dapat mengatasi dan mengelola stres serta ancaman terkait.
Baca juga : Wabah Mengembalikan Anak kepada Keluarga
Parenting memang sulit, karena itu berjuang untuk kesempurnaan tidaklah realistis. Sebaliknya, kita dapat memilih untuk mencontohkan bahwa kesalahan dan kegagalan dapat menjadi peluang baru untuk pertumbuhan. Membesarkan anak-anak yang tangguh berarti kita menghargai dan mengajari mereka tentang mengasihi diri, rasa syukur, kepuasan yang tertunda, dan harga diri untuk memanfaatkan pengalaman hidup yang memfasilitasi pengembangan rasa bertujuan mereka.
Beberapa tips
Berikut saya pilihkan tips dari AAP (American Academy of Pediatrics) untuk membantu parenting semasa pandemi (dalam https://www.healthychildren.org/Parenting-in-a-Pandemic.aspx., diunduh 16 Juni 2021), yang menekankan agar para orangtua:
- Menjawab pertanyaan dengan sederhana dan jujur. Bicaralah dengan anak-anak tentang berita menakutkan yang mereka dengar. Tidak masalah untuk mengatakan adanya orang sakit, tetapi ingatkan mereka bahwa mematuhi protokol kesehatan akan membantu semua keluarga tetap sehat.
- Kenali perasaan anak dan beri contoh cara mengelola perasaan. Misalnya, katakan, ”Ibu khawatir dengan nenek karena tak bisa mengunjunginya. Ibu akan memasang pengingat untuk meneleponnya tiap pagi dan sore hari sampai kita aman untuk menengoknya.”
Semua anak, termasuk remaja, mendapat manfaat dari rutinitas yang dapat diprediksi, tetapi cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan individu.
- Lebih sering memberikan pelukan ekstra dan katakan, ”Ibu sayang padamu”, terutama pada anak yang lebih kecil.
- Tetap menjaga rutinitas yang sehat, seperti bangun pagi, berpakaian, sarapan dan bergerak aktif di pagi hari, mengerjakan tugas sekolah, bertemu teman secara daring, mengerjakan pekerjaan rumah, juga waktu tidur dan rutinitas lainnya. Hal ini menciptakan rasa keteraturan pada hari yang menawarkan kepastian dalam waktu yang sangat tidak pasti. Semua anak, termasuk remaja, mendapat manfaat dari rutinitas yang dapat diprediksi, tetapi cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan individu.
- Tahu kapan harus tidak merespons. Selama anak tidak melakukan sesuatu yang berbahaya dan mendapat perhatian untuk perilaku yang baik, mengabaikan perilaku buruk bisa menjadi cara yang efektif untuk menghentikannya.
- Hindari hukuman fisik. Menampar, memukul, dan lainnya berisiko cedera dan tidak efektif. Hukuman fisik dapat meningkatkan agresi pada anak-anak dari waktu ke waktu, gagal mengajari mereka untuk berperilaku maupun melatih pengendalian diri, dan bahkan dapat mengganggu perkembangan otak yang normal. Hukuman fisik dapat menghilangkan rasa aman dan nyaman seorang anak di rumah, yang sangat dibutuhkannya saat ini.