logo Kompas.id
OpiniGila Hormat
Iklan

Gila Hormat

Percuma debat semantik tentang beda kritik dan hinaan jika para pengkritik kebijakan jadi korban utama hukum pidana. Yang lebih mudah dibedakan adalah dua jenis sasaran pernyataan negatif, entah itu kritik atau hinaan.

Oleh
Ariel Heryanto
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6aAedd1zSBWal7XNG2h_-fMDiIE=/1024x1327/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2FAriel-Heryanto_90200080_1593797424.jpg
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Ariel Heryanto

Pasal pidana penghinaan pejabat negara sudah dihapus Mahkamah Konstitusi (2006). Kini tampil lagi sebagai delik aduan dalam Rancangan revisi KUHP. Kontroversi lama marak lagi. Yang rancu dalam debat publik layak dijernihkan.

Menurut Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, kebebasan berpendapat perlu diimbangi perlindungan nama baik orang lain. Dalam rumusan abstrak begitu, pernyataan beliau benar. Namun, bukan berarti pasal penghinaan merupakan langkah konkret mendukung keseimbangan.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000