Indonesia tengah menuai dampak mudik. Pada Rabu (23/6/2021), ada penambahan 15.308 kasus positif, total menjadi 2.033.421 kasus. Angka penambahan itu merupakan yang tertinggi sejak kasus Covid-19 diumumkan pertama kali.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kecenderungan penurunan kasus Covid-19 ternyata tidak linier. Banyak negara yang kembali naik kasusnya, perlu cara bijak dan tegas untuk menekan lonjakan.
Hari-hari ini, bahkan negara yang telah berhasil menekan kenaikan kasus kembali menghadapi kemunculan kasus baru. Banyak negara yang berhasil mengatasi pandemi, seperti Australia, Selandia Baru, Singapura, Vietnam, bahkan Taiwan, kini terpaksa kembali bersiaga.
Sebaliknya, India, Filipina, bahkan Indonesia, yang angka kasusnya sempat menurun meski tidak signifikan, melonjak tinggi lagi. India menjadi sorotan ketika suatu upacara keagamaan membuat penyebaran Covid-19 tidak terkendali.
Indonesia pun kini tengah menuai dampak mudik Lebaran. Pada Rabu (23/6/2021), dilaporkan penambahan 15.308 kasus positif, total menjadi 2.033.421 kasus. Kenaikan ini sudah melebihi puncak tertinggi kenaikan 14.518 kasus pada 30 Januari 2021. Sungguh suatu hal yang memprihatinkan, mengingat angka kenaikan diprediksi masih berlanjut.
Dalam situasi ini, India, Indonesia, dan Filipina menghadapi persoalan yang lebih kurang sama. Masyarakatnya banyak percaya hoaks sehingga mereka menolak vaksinasi dan protokol kesehatan. Petugas vaksinasi yang berupaya jemput bola bahkan dilempari batu di India, sementara Presiden Filipina mengancam penjara warganya yang menolak divaksinasi.
Indonesia berupaya mengatasi lonjakan dengan memperbanyak fasilitas kesehatan dan kembali ke pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Dalam hal ini, Indonesia tampaknya perlu belajar dari Australia dan Selandia Baru yang tegas menerapkan penyekatan wilayah.
Hari-hari ini, ada konfirmasi 16 kasus baru di Australia, sebagian besar merupakan kluster pesta ulang tahun di Bondi. Pemerintah Australia langsung menutup Bondi dengan pembatasan mikro yang melarang penduduknya keluar wilayah serta menutup secara makro kawasan New South Wales yang lebih luas. Namun, salah satu kasus sempat terbang dari Sydney ke Wellington, Selandia Baru. Pemerintah Selandia Baru langsung menelusuri jejaknya dan memeriksa semua yang pernah berinteraksi dengan dia.
Dengan bertindak cepat, pemerintah berhasil melokalisasi kasus dan berani menetapkan Wellington pada fase II. Selandia Baru menetapkan empat fase penanganan Covid-19. Fase II berarti warga masih bisa bersosialisasi dalam kelompok kecil dan boleh beraktivitas asal taat protokol kesehatan.
Kita bisa mengatakan, Selandia Baru, Taiwan, dan Singapura beruntung karena dengan posisinya menjadi mudah mengunci wilayah. Namun, di sisi lain, Indonesia bisa belajar bagaimana komunikasi publik dijalankan dan aturan ditegakkan. Hal ini memang saatnya pemerintah tidak lagi menoleransi perilaku yang berisiko bagi masyarakat luas.
Tidak perlu juga meniru Filipina, tetapi Indonesia perlu segera menemukan cara agar ada insentif dan sanksi yang bisa diterapkan secara menyeluruh.