Di Australia, SIM didapat setelah lulus tes pengetahuan berlalu lintas, uji ”hazard”, dan ujian praktik. Pengemudi baru juga wajib punya jam menyetir 120 jam tercatat (termasuk 20 jam di malam hari) dengan pendampingan.
Oleh
Swasta Priambada
·3 menit baca
Saya ingin menyampaikan tentang pentingnya pendidikan keselamatan berkendara, melengkapi surat Bapak Samesto Nitisastro (Kompas, 6/4/2021), Bapak Djoko Madurianto S (Kompas, 31/3/2021) di rubrik ini.
Pak Samesto mengingatkan pentingnya edukasi bagi pengguna kendaraan bermotor karena mereka suka melawan arus dan membahayakan pengguna jalan lain. Pak Djoko menyarankan pemasangan rambu lalu lintas yang baik dan benar sebelum tilang elektronik dilaksanakan.
Di Australia, ada suatu standar khusus berlalu lintas dari pemerintah pusat. Di tempat saya belajar, Victoria, informasi dapat diunduh di Vic Roads (https://www.vicroads.vic.gov.au/), semacam DLLAJR di Indonesia.
Aturan Vic Road terkait dengan tata cara belajar, praktik, pemahaman rambu, sampai mendapatkan surat izin mengemudi (SIM). SIM didapat setelah lulus tes pengetahuan berlalu lintas, uji hazard, dan ujian praktik. Pengemudi baru juga wajib mempunyai jam menyetir 120 jam tercatat (termasuk 20 jam di malam hari) dengan pendampingan.
Setelah ujian praktik lulus, ada tingkatan izin mengemudi yang harus dilewati selama empat tahun, sampai mendapatkan SIM penuh. Proses ini terbukti mengurangi jumlah kecelakaan sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelum proses ini diterapkan.
Hal-hal tersebut diatur dalam buku New Road to Solo Driving—buku petunjuk mengendarai mobil secara mandiri—untuk pengemudi baru. Buku berisi ragam risiko yang ditemui di jalan raya dan cara menghindarinya, hingga pemahaman rambu lalu lintas dan marka jalan.
Memahami dan mempraktikkan keselamatan berkendara tidak bisa langsung dan cepat. Hal ini memunculkan kursus-kursus mengemudi aman beserta tutorialnya.
Patuh pada peraturan lalu lintas menyebabkan semua pihak memperoleh hak keamanan dan kenyamanan setelah kewajiban sama-sama dilaksanakan. Menurut saya, proses belajar seperti ini akan menunjang transformasi digital (e-drives) kepolisian di Indonesia.
Semoga perpaduan proses pendidikan belajar mengemudi dan tes praktik dengan sensor (e-drives) bisa meningkatkan kualitas mengemudi di Indonesia dan keselamatan para pengguna jalan raya.
Swasta Priambada
Sedang Tugas Belajar di Australia
Penangkapan Preman
Tindakan tegas kepolisian menangkap preman wajib didukung karena perilaku preman meresahkan masyarakat. Orang kecil dengan semangat kerja tinggi, tetapi penghasilan rendah makin menderita karena diperas preman.
Para buruh harian, sopir truk, bus, angkot, pedagang kaki lima (PKL), dan pedagang asongan adalah pahlawan ekonomi mandiri. Kelompok ini tak berdaya menghadapi preman karena terkait keselamatan jiwa.
Pemerasan oleh preman juga mengganggu pertumbuhan ekonomi karena menambah komponen biaya sehingga harga jual produk jadi mahal.
Pemberantasan preman jangan bersifat sporadis dan menyasar preman ”kroco” di lapangan. Sebab, keberadaan preman terorganisasi berjenjang. Di ujungnya ada ”backing” orang gedean. Menurut sosiolog Imam Prasodjo, semua dapat uang haram preman.
Preman tidak hanya beroperasi di pelabuhan, bandara, terminal, stasiun, pasar, ataupun trotoar jalanan. Di mana ada orang bekerja, di situ preman beraksi 24 jam. Maka, preman harus diberantas secara berkelanjutan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Jika penangkapan preman sebatas instruksi, para preman akan sementara ”tidur”. Begitu operasi berhenti, preman bangkit lagi, masyarakat resah kembali.
Masyarakat sudah lelah dengan kegaduhan politik, kelesuan ekonomi, dan hantaman pandemi Covid-19. Jangan biarkan rakyat menderita karena preman.
Negara wajib melindungi rakyat.
Yes Sugimo
Jl Melati Raya, Melatiwangi, Cilengkrang, Bandung 40616