Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat kita. Jika terdiagnosis sejak dini dan gula darah dapat dikendalikan, penyandang diabetes melitus dapat hidup normal.
Suami saya memasuki masa pensiun enam bulan yang lalu. Dia lebih banyak di rumah membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, termasuk mengurus kebun.
Semasa aktif, suami saya amat rajin bekerja. Berangkat pukul 06.00 dan biasanya malam hari baru pulang. Dia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor swasta dan harus sering melakukan kunjungan ke daerah.
Sejak suami pensiun, saya perhatikan suami saya bertambah kurus, tidak seperti semasa aktif. Kelihatannya dia juga lebih cepat lelah. Dia juga sering ke toilet untuk berkemih. Saya membawanya ke dokter spesialis penyakit dalam untuk berkonsultasi. Setelah pemeriksaan, dokter menganjurkan pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan gula darah. Ternyata suami saya didiagnosis diabetes melitus. Gula darahnya tinggi sekali, lebih dari 300 mg/dl.
Dokter bicara panjang lebar dengan kami berdua mengenai penyakit diabetes melitus. Apa penyebabnya, gejalanya, cara mengendalikannya, dan cara mencegah agar tak terjadi komplikasi yang mungkin timbul di masa depan. Dokter sempat menyinggung penyakit diabetes melitus yang tak dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan gangguan pada pembuluh darah retina mata yang berisiko mengganggu penglihatan, bahkan dapat menimbulkan kebutaan.
Selain itu, dalam sepuluh tahun jika penyakit diabetes dibiarkan tak terkendali, juga dapat mengganggu fungsi ginjal hingga akhirnya penderita harus cuci darah atau cangkok ginjal. Kami tentu amat khawatir dengan penyakit ini meski dokter juga menyatakan, jika dikendalikan dengan baik, orang dengan diabetes melitus dapat hidup normal meski gaya hidupnya harus diubah menjadi gaya hidup yang sehat.
Sepanjang yang saya tangkap, empat unsur utama untuk mengendalikan diabetes melitus adalah pemahaman mengenai penyakit tersebut, pengaturan makan, olahraga, dan penggunaan obat untuk mengendalikan gula darah. Kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dalam waktu lama dapat memengaruhi pembuluh darah besar ataupun kecil serta juga dapat memengaruhi sistem saraf.
Sekarang kami sudah banyak membaca tentang diabetes melitus dan suami saya pada tahap pertama mendapat suntikan insulin karena badannya kurus. Kemungkinan nanti, menurut dokter, dapat diganti dengan obat minum penurun gula darah.
Saya banyak belajar dari pakar diet cara menyediakan makanan untuk suami saya agar kalori yang dikonsumsinya sesuai dengan yang dianjurkan. Saya juga mencoba menjaga agar obat-obat yang diperlukan dikonsumsi dengan baik. Bahkan, saya dan suami sekarang juga sudah bisa menyuntik insulin.
Pertanyaan saya, jika komplikasi diabetes melitus terjadi setelah lama, bertahun-tahun, bahkan sepuluh tahun, kenapa masih banyak penderita yang mengalami komplikasi jangka panjang tersebut? Bagaimana caranya agar suami saya dapat terhindar dari penyakit jantung koroner, stroke, gangguan penglihatan, gangguan ginjal, dan gangguan pembuluh darah dan saraf pada kaki yang memerlukan amputasi? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
N di J
Diabetes melitus merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat kita. Jika terdiagnosis sejak dini dan gula darah dapat dikendalikan, penyandang diabetes melitus dapat hidup normal meski harus mengubah gaya hidupnya. Kenyataannya, banyak kasus diabetes melitus terdiagnosis sudah terlambat, bahkan sebagian penderita berobat ke dokter karena gejala komplikasi jangka panjang diabetes melitus.
Hal itu artinya penderita sudah menderita diabetes melitus lama sekali, tetapi tidak dipedulikan. Mereka yang mempunyai keluarga penyandang diabetes melitus perlu memeriksakan diri apakah terkena diabetes atau tidak. Beruntunglah mereka yang tak terkena penyakit ini, tetapi jika ada riwayat keluarga tetap harus hati-hati menjaga berat badan serta mengurangi konsumsi karbohidrat terutama gula.
Baca juga: Gaya Hidup Sehat, Kunci Manajemen Diabetes
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang memerlukan pemahaman penderita dan keluarga. Dokter hanya dapat memberikan nasihat dalam waktu singkat. Namun, kehidupan seorang penyandang diabetes melitus ditentukan oleh penyandang sendiri dengan bantuan keluarga. Jadi, tak cukup hanya dengan memahami penyandang diabetes melitus perlu pengaturan makan. Perlu pemahaman lebih rinci makan pagi, siang, dan malam bagaimana. Komposisi makanannya bagaimana.
Bahkan, sebaiknya dibuatkan menu yang sesuai dengan selera penyandang diabetes, tetapi masih memenuhi persyaratan pengendalian gula darah. Gula darah yang tinggi dalam waktu lama dapat memengaruhi pembuluh darah besar ataupun kecil serta juga sistem saraf. Karena itulah, dapat terjadi komplikasi stroke, penyakit jantung koroner, perdarahan pembuluh darah retina, gangguan fungsi ginjal dengan pengeluaran protein berlebih, bahkan dapat terjadi gagal ginjal kronik.
Kehidupan penyandang diabetes melitus ditentukan penyandang sendiri dengan bantuan keluarga. Jadi, tak cukup dengan memahami penyandang diabetes melitus perlu pengaturan makan.
Pemeliharaan kaki memerlukan perhatian khusus untuk penyandang diabetes melitus. Umumnya dokter tidak menyarankan penyandang diabetes tidak memakai alas kaki karena dapat menimbulkan luka pada kaki. Kebiasaan menginjak kerikil tanpa alas kaki untuk memperlancar peredaran darah berisiko menimbulkan luka yang dapat terinfeksi.
Setelah memahami kebiasaan hidup sehari-hari, pahamilah obat-obat pengendali gula darah yang berbentuk tablet ataupun suntikan insulin. Obat itu harus digunakan pada waktu yang benar dan dalam dosis yang benar. Jika dosis terlalu besar, dapat menyebabkan gula darah turun (hipoglikemia). Sementara jika dosisnya kurang, terjadi gula darah yang tinggi (hiperglikemi).
Penyandang diabetes juga perlu memahami hasil-hasil laboratorium baik gula darah, fungsi ginjal, maupun protein dalam air kemih, dan sebagainya.
Olahraga perlu dijalankan sedikitnya lima kali dalam seminggu. Tak cukup hanya pada Sabtu dan Minggu. Jika berjalan kaki, sedikitnya 30 menit dan dilaksanakan dengan konsisten. Sebaiknya penyandang diabetes mempunyai alat medis sederhana, seperti tensimeter (pengukur tekanan darah) serta alat laboratorium mandiri (untuk mengukur gula darah, kolesterol, dan lain-lain).
Pada era pandemi Covid-19 saat ini, pemeriksaan di rumah dapat mengurangi kunjungan ke rumah sakit yang sedang sibuk menangani Covid-19.
Hubungan dokter dan penyandang diabetes melitus perlu dibangun sehingga hubungan tersebut menjadi komunikasi yang efektif. Dokter dapat menjadi sahabat dan pendamping penyandang diabetes melitus. Namun, untuk melaksanakan semua pengendalian, peran penyandang dan keluarga amat penting.
Pada tahap permulaan mungkin banyak pemeriksaan yang harus dilakukan. Namun, jika gula darah sudah terkendali, penyandang diabetes melitus mungkin cukup bertemu dokter sebulan atau dua bulan sekali. Kenapa masih sering terjadi komplikasi diabetes melitus jangka panjang, bukankah komplikasi tersebut sebenarnya dapat dicegah?
Baca juga: Cegah Komplikasi Diabetes Melitus
Ada kemungkinan itu terjadi karena diabetes terdiagnosis sudah ada komplikasi. Mungkin juga diabetes melitus terdiagnosis dini, tetapi penyandang atau keluarga memilih pengobatan lain selain pengobatan kedokteran yang kadang menjanjikan penyembuhan. Jika gula darah tak terkendali dalam waktu lama, berbagai komplikasi dapat timbul akibat pengaruh hiperglikemi pada pembuluh darah dan sistem saraf.
Jadi, bagaimana mencegah komplikasi? Amalkan gaya hidup sehat sesuai anjuran dokter dengan konsisten. Minum obat secara teratur. Olahraga sesuai yang dianjurkan. Pengaturan makan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, tidak sering dilanggar.
Konsultasi teratur dengan dokter dan pantau pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain dengan teratur pula. Pada tahap permulaan, mungkin suami Anda akan merasa sulit melaksanakan gaya hidup barunya, tetapi nanti jika sudah menjadi kebiasaan sehari-hari akan terasa mudah dan biasa saja. Semoga Anda sekeluarga tetap sehat selalu.