Di tengah tekanan ekonomi dan kelelahan masyarakat menjalani pandemi, dibutuhkan cara yang lebih kreatif untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19 yang kini tengah terjadi.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Kekhawatiran akan adanya lonjakan kasus Covid-19 sesudah libur Lebaran kini menjadi kenyataan. Lonjakan kasus terjadi di sejumlah daerah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Selasa (15/6/2021), ada penambahan 8.161 kasus Covid-19 di Tanah Air dengan 164 pasien meninggal. Angka itu memang masih di bawah penambahan kasus, misalnya pada 16 Januari lalu, dengan adanya 14.224 kasus baru. Namun, penambahan kasus saat ini telah jauh di atas kasus harian pada Mei, misalnya pada 15 Mei lalu yang hanya ada 2.385 kasus. Kondisi saat ini juga mengakhiri tren penurunan kasus yang terjadi pada April dan Mei.
Lonjakan kasus saat ini terjadi hampir merata. Diawali di Kudus, Jawa Tengah, dan Bangkalan, Jawa Timur, kini lonjakan kasus juga terdeteksi di DKI Jakarta. Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, DKI Jakarta jadi wilayah dengan lonjakan kasus paling tinggi. Dalam 10 hari, kasusnya meningkat lebih dari 300 persen.
Lonjakan kasus kali ini, antara lain, terjadi karena adanya varian baru virus SARS-CoV-2, yaitu varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India. Varian ini lebih cepat menular, menimbulkan keparahan, dan bisa menyiasati antibodi yang terbentuk.
Namun, lonjakan kasus seperti saat ini bukan peristiwa pertama. Hal serupa telah terjadi beberapa kali dengan pola yang sama, yaitu setelah libur panjang. Pada 2020, misalnya, terjadi setelah libur Idul Adha, HUT Kemerdekaan, serta libur Natal dan Tahun Baru 2021. Meningkatnya mobilitas dan tidak optimalnya penerapan protokol kesehatan menjadi sebab yang paling sering disebut.
Cara untuk mengatasi lonjakan kasus, bahkan pandemi, juga praktis sama. Membatasi pergerakan masyarakat, meningkatkan tes dan pelacakan kasus, karantina, menyiapkan sistem pelayanan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat melaksanakan protokol kesehatan menjadi rumus mengatasi pandemi yang telah diketahui banyak orang.
Namun, di tengah tekanan ekonomi dan kelelahan masyarakat menjalani pandemi dibutuhkan cara yang lebih kreatif menjalankan rumus itu. Komunikasi dengan masyarakat mendesak ditingkatkan, terutama untuk meningkatkan kesadaran menjalankan protokol kesehatan. Perlu bahasa yang lebih sederhana dan lebih banyak melibatkan pihak.
Silaturahmi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dengan alim ulama terkait penanganan Covid-19 di Bangkalan, Selasa (15/6/2021), patut dilihat sebagai terobosan yang dapat dilanjutkan di daerah lain. Namun, tentunya dengan memperhatikan karakter setiap daerah.
Apa yang dilarang dilakukan rakyat saat pandemi jangan dilakukan elite.
Hal yang juga sangat penting adalah hadirnya keteladanan dari para elite. Apa yang dilarang dilakukan rakyat saat pandemi jangan dilakukan elite. Elite yang melanggar larangan itu, umpamanya, mengadakan pesta, semestinya mendapat sanksi yang lebih berat. Dengan cara ini, pandemi tak hanya akan lebih cepat teratasi. Wibawa elite dan kekuasaan di republik ini juga akan semakin terjaga di mata rakyat