logo Kompas.id
OpiniMartabat Tempe dan Ironi...
Iklan

Martabat Tempe dan Ironi Kedelai

Tempe, makanan asli Indonesia, telah mendunia, dan pemerintah akan mendaftarkan tempe sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO. Namun, di tengah upaya tersebut, tempe di Indonesia justru dihasilkan dari kedelai impor.

Oleh
FADLY RAHMAN
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Tikd2J0EwMcrDnXNkTalyIrTE2k=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2Fb52b133b-a66d-43cc-a454-665617b03d12_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Pedagang tempe dan tahu menunggu pelanggan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (8/1/2021).

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mendaftarkan tempe sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO. Niat mulia ini bukan yang pertama kali dilakukan. Tahun-tahun sebelumnya—terlebih setelah tempe ditetapkan sebagai warisan budaya nasional pada 2017—langkah pengajuannya ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) ini pernah pula dilakukan seperti oleh Pergizi Pangan dan Forum Tempe Indonesia.

Upaya itu tentu sejalan dengan promosi Gastronomi Nusantara yang sekarang ini diprogramkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Jika melihat citra masa lalu tempe, sepertinya tidak terbayangkan bagaimana bisa makanan berbahan baku kacang kedelai kegemaran rakyat ini bisa mendunia dan bahkan hendak dipatenkan sebagai warisan dunia milik Indonesia (biasanya ini untuk mengantisipasi agar produk-produk budaya Indonesia tidak diklaim oleh negara lain).

Editor:
yovitaarika
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000