Pencandu sepak bola sedunia menunggu gelaran Piala Eropa, kejuaraan yang kerap dihiasi aksi-aksi level dunia, sebagai hiburan sejati di tengah pandemi.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Setelah tertunda setahun, Piala Eropa sebagai kejuaraan sepak bola antarnegara terbesar setelah Piala Dunia dimulai Sabtu (12/6/2021) dini hari WIB tadi.
Bisa jadi, ini salah satu dari sedikit Piala Eropa paling bersejarah. Yang membuat istimewa, tentu karena harus digelar ketika pandemi belum berakhir. Seperti apa Piala Eropa kali ini, itu pertanyaan terbesar publik.
Semua yang selama ini menjadi hal biasa dan lazim sebelum pandemi, kini mesti dikaji ulang. Sebut saja soal kehadiran penonton di stadion. Berapa banyak yang bisa hadir di dalam stadion, mewarnai suasana di tribune seperti sebelumnya?
Dengan 11 kota di 11 negara berbeda di Eropa sebagai arena, keputusan soal penonton di tribune tentu bakal beragam. Setidaknya sudah dua negara yang akan mengendurkan protokol kesehatan mereka, yakni Denmark dan Hongaria.
Jika itu betul dijalankan, cukup besar kemungkinan Piala Eropa menjadi kluster penularan Covid-19. Siapkah Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) menghadapi ”gugatan” publik andai itu terjadi?
Yang juga tak kalah penting, seperti apa penanganan terhadap fans di luar stadion? Faktor penggemar sepak bola ini, di mana pun Piala Eropa dihelat selalu menghadirkan suasana khas. Fans tim peserta menyemarakkan suasana kota dengan kerumunan di kafe atau bar lokasi nonton bareng, juga fans zone. Hampir sepanjang hari.
Seperti apa wajah kota-kota arena Piala Eropa kali ini? Apakah fans zone yang biasanya riuh rendah, termasuk dengan konser musik dan kuis dengan berbagai hadiah di panggung utama, juga semeriah itu kali ini?
Seperti apa wajah kota-kota arena Piala Eropa kali ini?
Selain fans dan penonton, tim peserta juga menghadapi kompleksitas gara-gara pandemi. Sebut saja Spanyol, yang menerima kabar dua pemainnya positif Covid-19, yakni Sergio Busquets dan Diego Llorente. Lawan pertama Spanyol, Swedia, juga kehilangan dua pemain utama akibat Covid-19, Dejan Kulusevski dan Mattias Svanberg (Kompas, 11/6/2021).
Tim juga tidak bisa dengan mudah beraktivitas bersama, seperti nonton bareng video permainan calon lawan, karena memicu kerumunan. Latihan tim juga harus dipecah dalam grup-grup kecil. Tak pelak, pelatih harus memutar otak guna memastikan timnya berlaga dalam performa terbaik di tengah pemainnya harus diisolasi karena terdeteksi positif Covid-19.
Piala Eropa tanpa pandemi sudah menjadi turnamen pelik bagi pemain dan pelatih. Pencapaian yang jauh dari harapan fans seketika memicu protes massal yang bisa berakhir dengan pemecatan pelatih.
Pandemi Covid-19 membuat semua menjadi makin rumit. Bagi UEFA sebagai penyelenggara, begitu pula 11 kota dan negara tuan rumah, mereka harus memastikan kejuaraan berlangsung tanpa terjadi penularan Covid-19.
Adapun tim peserta wajib memastikan mereka tampil dalam performa terbaik di tengah protokol kesehatan ketat. Pencandu sepak bola sedunia menunggu gelaran Piala Eropa, kejuaraan yang kerap dihiasi aksi-aksi level dunia, sebagai hiburan sejati di tengah pandemi.