Menjadi Bangsa yang Maju
Aneka budaya yang sudah ada harus dilestarikan karena merupakan kekayaan bangsa, membedakan kita dari bangsa lain. Kita harus bangga punya Bhinneka Tunggal Ika.
Yang membuat suatu bangsa dan negara maju adalah perilaku atau budaya bangsa. Walaupun peraturan baik dan rinci, kalau budi pekerti tidak baik, pasti bisa berbuat buruk. Sebaliknya, walau tidak ada peraturannya, kalau budi pekerti baik, pasti akan berbuat baik juga.
Jadi, budi pekerti yang baik harus ditanamkan sejak dini, terutama oleh orangtua. Di samping itu, rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa perlu dipupuk, antara lain dengan mengajarkan untuk memperhatikan asal barang. Sedapat mungkin selalu membeli dan menggunakan barang-barang buatan dalam negeri, salah satu wujud cinta kepada Tanah Air.
Buah dan sayuran belilah produksi dalam negeri karena cukup banyak macamnya. Ini membantu petani dan menghidupkan perekonomian dalam negeri. Untuk protein, sebaiknya pilih ikan, ayam, dan telur ayam yang banyak diproduksi di dalam negeri. Kurangi daging sapi karena masih banyak impor. Bisa menghemat devisa.
Dana devisa bisa lebih dialihkan ke bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Rakyat menjadi pandai, sehat, dan produktif membangun negeri.
Semua ada di negara kita. Daratan luas, lautan luas. Kekayaan alam berlimpah.
Di darat banyak aneka hasil tambang, seperti emas, batubara, nikel, gas alam, dan minyak; juga kayu, rotan, kelapa sawit, dan berbagai hasil buah-buahan. Di laut ada ikan, garam, dan rumput laut.
Aneka budaya yang sudah ada harus dilestarikan karena merupakan kekayaan bangsa, membedakan kita dari bangsa lain. Kita harus bangga dan bersyukur ditakdirkan menjadi bangsa Indonesia. Punya Bhinneka Tunggal Ika dan kebiasaan bergotong royong.
Ny Sudiyanto
Cipete Selatan, Jakarta Selatan 12410
Status Asuransi
Sejak bertahun lalu saya mengikuti asuransi Bumiputera AG 69 (BP Maxi). Agen Ibu Yani, cabang Pasar Minggu. Nomor polis 215101781670 dan 215101781682.
Tujuan saya mengikuti asuransi adalah persiapan menghadapi pensiun akhir 2020.
Pada 27 Agustus 2020, saya ajukan klaim habis kontrak. Keanehan pun terjadi.
Antrean saya nomor 1282, dengan informasi yang sudah cair di nomor 18. Sampai berapa tahun lagi giliran saya? Padahal, di polis tertulis jangka waktu pencairan 30 hari.
Semua rangkaian saran sudah saya ikuti ke cabang, kantor wilayah, dan kantor pusat. Mulai dari yang di Tanah Kusir, Jalan Wolter Monginsidi, hingga Wisma Bumiputera di Jalan Sudirman Lantai 21. Semua saling lempar, tidak ada yang bisa memberi kepastian.
Hari demi hari hingga saat ini tidak ada titik terang. Saya mohon kepada direksi Bumiputera, turun tangan segera mencairkan klaim polis saya, agar penderitaan saya setelah pensiun ini segera terobati. Tunjukkan Bumiputera layak dipercaya masyarakat sebagai salah satu asuransi tertua di Indonesia.
Kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, saya mohon bantuan dan perlindungan jika direksi Bumiputera masih mangkir.
Endar P Satriyanto
Jalan Merpati Putih, RT 009 RW 014, Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16452
Diteror, Diperas
Saya pemilik kartu kredit Bank Mega nomor 4201 9400 5470 0xxx dan dalam proses penyelesaian. Saat kunjungan tim penagih, disepakati penyelesaian tunggakan saya.
Saya sudah tiga kali transfer untuk pelunasan, tetapi belum semua lunas. Saya sudah sampaikan kepada koordinator lapangan Bank Mega, perlu waktu lagi sampai akhir Juni.
Namun, ternyata ada ancaman via Whatsapp yang sangat tidak pantas dan bahkan pemerasan. Saya diminta mengirim dana ke rekening pribadi penagih yang berkunjung ke rumah.
Karena saya tidak ingin direpotkan, sebagian permintaan saya turuti. Namun, ini malah bermasalah karena pemerasan terus berlanjut.
Ahmad Zulkifli
Kp Ledug KUA Keroncong RT 003 RW 006, Jatiuwung, Tangerang, Banten
Sepeda Balap
Belakangan ini masyarakat ramai membahas izin road bike atau sepeda balap dikendarai di jalur nonsepeda pada jam-jam tertentu.
Alasannya, untuk mendukung usaha mengurangi polusi dan mengolahragakan masyarakat. Namun, di sisi lain, hal ini memicu ketidaksukaan karena ada anggapan mengistimewakan sepeda balap.
Supaya adil, sepeda balap dikenai biaya STNK dan pengendaranya punya SIM khusus karena mendapat fasilitas seperti kendaraan bermotor.
Handjono Suwono
Jalan Bintaro Raya Tengah, Tangerang Selatan, Banten
Program Guru
Saya menikmati program Kompas Bagimu Guru dan Mahasiswa selama hampir tujuh tahun. Bagi guru tidak tetap seperti saya karena sudah purnatugas, hal itu sungguh sangat membantu.
Saya bertahan berlangganan Kompas cetak karena tidak fasih menggunakan komputer dan telepon pintar. Menikmati tampilan foto, gambar, dan karikatur di Kompas cetak memang lebih enak.
Saya dan istri juga setia membaca Tajuk Rencana. Kami jadikan rujukan utama dalam berdiskusi atau menanggapi peristiwa aktual. Selain mencerdaskan dan mencerahkan, Tajuk Rencana seimbang dan menawarkan solusi. Tidak kalah menarik Mang Usil yang menggelitik dan kritis.
Ada lagi yang kami tunggu, yaitu cerpen-cerpen pilihan yang enak dibaca.
Terima kasih Kompas.
Rafael Sudarmadi
SMK Ignatius Semarang
Rubrik Bahasa
Artikel Andre Muller, ”Pemakaman Jenazah” (Kompas, 25/5/2021), bagus dibaca oleh penggemar bahasa Indonesia. Menggambarkan tentang seorang Eropa yang baru belajar bahasa Arab dan kemudian menemukan beberapa kata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, yang bergeser dari arti kata dalam bahasa aslinya.
Tentu pembaca mengerti betapa gembiranya menemukan sesuatu yang baru sebelum diketahui orang banyak. Tentunya penemuan tersebut bukan baru bagi pengajar bahasa Arab di Indonesia dan juga peramban (browser) kamus Arab-Indonesia.
Banyak kata serapan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia, baik yang kentara maupun tidak kentara. Namun, pergeseran dari arti aslinya juga terjadi dalam bahasa asing meski persentasenya kecil, juga dalam bahasa Indonesia.
Sekadar tambahan, di antaranya kata iklim. Dalam bahasa Indonesia artinya ’keadaan hawa’. Iqlim dalam bahasa Arab artinya ’wilayah’.
Kata masygul, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah ’bersusah hati karena suatu sebab’. Dalam bahasa Arab masyghul artinya ’kesibukan, ada kerja’. Dua kata ini tidak hanya bergeser, tetapi berubah sama sekali arti dari bahasa aslinya.
Dari literasi agama Islam yang sering terdengar dalam khotbah dan tausiah adalah sabar, khusyuk. Sabar dalam bahasa Arab: ’tabah hati, tidak cepat menyerah, terus berusaha’. Bukan ’menerima apa yang terjadi’ seperti artinya dalam bahasa Indonesia.
Khusyuk dalam bahasa Arab, khuusyuu’ (huruf ain), artinya ’penyerahan diri total, tunduk takluk (kepada Yang Mahakuasa)’, bukan sekadar pemusatan pikiran.
Ada juga jazirah ’pulau’. Jadi jazirah Arab itu keliru karena Arabia bukan pulau, melainkan ”semenanjung”. Anehnya bahasa Arab tidak punya padanannya, tetapi menambah kata syihbu (serupa, seperti) pada jazirah. Jadi, syihbu jazirah atau peninsula dalam berbagai bahasa asing Eropa artinya ’setengah pulau’.
Salju juga dari bahasa Arab, tsalju. Padahal, salju tidak pernah atau jarang sekali turun di Arab. Mengapa tidak ”mengambil” dari bahasa Eropa (Belanda, Inggris, Portugis) yang pernah datang ke Nusantara.
Akan perkara ”pemakaman jenazah”, kata jenazah telah masuk dalam bahasa Indonesia sejak lama, juga dalam kamus yang juga berarti ’badan manusia yang meninggal’.
Kata-kata lain adalah jasad, mayat. Jenazah hanya untuk manusia sebagai tanda penghormatan. Mungkin ini soal perbedaan kultur. Kata jenazah diberi derajat lebih tinggi dari kata-kata lain tersebut dalam bahasa Indonesia.
Adapun kata jutsah tidak pernah dipakai dalam bahasa Indonesia. Mungkin karena kata ini serupa dengan kata dalam bahasa asing cadaver, corpse yang bisa untuk manusia atau binatang. Dalam bahasa Indonesia ”bangkai” untuk binatang.
Pemakaman dari kata bahasa Arab maqam yang berarti ’pangkat yang mulia’ atau barangkali ’derajat yang tinggi’. Jadi, makam lebih tinggi derajatnya daripada kubur. Kata kubur biasa dipakai secara umum, misal kuburan massal, dikubur hidup-hidup. Namun, untuk orang dipakai makam.
Sebagai tambahan, asal kata pengemis (orang yang hidupnya dari pemberian orang lain untuk makan) biasanya diperkirakan berasal dari nama hari Kamis (khomis). Ini karena hari Kamis sore—biasa disebut malam Jumat—dianggap memberi berkat bagi orang yang memberi bantuan kepada pengemis. Padahal, tepat di bawahnya, jejar (lema, entry) ada kata khamush yang artinya ’perut kempis, lapar’. Mungkin ini yang jadi asal-usul kata pengemis. Dalam bahasa Jawa, kere atau wong mis.
Soegio Sosrosoemarto
Jalan Kepodang I, Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang Selatan, Banten 15412
Target Vaksinasi
Pemerintah Indonesia patut diapresiasi dalam usaha mencapai kekebalan komunitas terhadap Covid-19.
Di tengah kelangkaan vaksin, Indonesia bisa mendapatkan 200 juta dosis vaksin Sinovac, masih ditambah vaksin lain, seperti AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Novavax, dan Sinopharm. Total mendekati 400 juta dosis. Di dalam negeri, tahun depan vaksin diharapkan sudah bisa diproduksi.
Namun, vaksinasi berjalan lambat. Sampai awal Juni 2021 baru sekitar 11 juta penduduk atau 4 persen dari total penduduk mendapat vaksinasi lengkap (Kompas, 3/6/2021). Padahal, untuk kekebalan komunitas, minimal 70 persen penduduk atau 181,5 juta jiwa, mendapat vaksinasi lengkap.
Presiden Joko Widodo menargetkan awal 2022 Indonesia sudah mencapai kekebalan komunitas. Berarti tinggal tujuh bulan, padahal masih sekitar 170,5 juta penduduk yang perlu divaksin. Kalau tiap orang perlu dua kali vaksinasi, tiap hari sekitar 1,7 juta orang harus divaksinasi. Ambisius? Ya.
Namun, dengan bekerja keras bisa dilakukan. Kekuatan Indonesia, kita mempunyai struktur organisasi sampai ke tingkat RT dan pelbagai organisasi sosial lain. Maka, sebaiknya program vaksinasi dibuat lebih sistematis, melalui RT RW, di bawah koordinasi lurah dan camat.
Yos E Susanto
Kelapa Gading, Jakarta