Sang ”David” Menjuarai Liga Champions dan Liga Europa
Juara Liga Champions dan Liga Europa, yakni Chelsea dan Villarreal, sama-sama bukan tim unggulan. Kedua tim mewujudkan prinsip, jangan pernah berhenti berusaha.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Prediksi Manchester City tampil sebagai juara Liga Champions menguat setelah City merebut trofi juara Liga Inggris musim 2020-2021. Ini gelar juara setelah dua gelar serupa yang diraih berturut-turut, yakni 2017-2018 dan 2018-2019.
Ketiga gelar itu diraih dalam periode kepelatihan Pep Guardiola, Tak heran, publik memprediksi musim ini Guardiola membawa City ”mengawinkan” Liga Inggris dan Liga Champions. Prestasi yang sama diukirnya bersama Barcelona dalam dua musim, yaitu 2008-2009 dan 2010-2011.
Namun, seperti ditulis The Sunday Times, Minggu (30/5/2021) pagi, Pelatih Chelsea Thomas Tuchel meluluhlantakkan asumsi itu dengan aksi skuad ’The Blues’, yang dilatihnya dengan penuh disiplin. Bahkan, terkesan ’kejam’.
Penampilan Chelsea impresif sejak awal laga, dengan dua peluang Timo Werner dan gol Kai Havertz sebelum turun minum. Masih ada kans Christian Pulisic pada babak kedua.
Alhasil, meski City unggul dalam penguasaan bola, 60 persen berbanding Chelsea 40 persen, Chelsea lebih banyak menghasilkan peluang. Tim asuhan Tuchel mencatat delapan peluang ke pertahanan lawan, dua di antaranya mengarah ke gawang. City tujuh peluang dan hanya satu ke arah gawang.
Tuchel, dengan demikian memandu tim asuhannya bermain lebih efektif. Tidak mendominasi penguasaan bola, tetapi lebih sering membahayakan gawang lawan. Yang juga menentukan, di antara sedikit peluang itu, satu berbuah gol.
Aksi Villarreal di Liga Europa juga jauh dari kesan tim unggulan. Di semifinal, Villarreal unggul agregat gol 2-1 atas Arsenal, hasil kemenangan di Villarreal. Pada laga kedua semifinal di London, tim asuhan Unai Emery itu diuntungkan dengan kegagalan Arsenal mencetak gol di kandang dalam laga seri tanpa gol.
Situasi ini berbanding terbalik dengan Manchester United, lawan di final. MU ke final berkat agregat gol meyakinkan 8-5 atas AS Roma (Italia). Pada laga perdana semifinal di Manchester, tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer itu menang telak 6-2.
Di Liga Spanyol, Villarreal juga mengakhiri laga di posisi ketujuh klasemen akhir. Jauh dari mentereng. Sebaliknya, MU bertengger di tangga kedua klasemen akhir Liga Inggris. Pada final Liga Europa, Villarreal menang adu penalti 11-10 setelah skor 1-1 bertahan hingga akhir perpanjangan waktu.
Baik Chelsea dan Villarreal sama-sama membuktikan bahwa sang juara hanya bisa dipastikan setelah laga berakhir, bukan berdasar prediksi di atas kertas. Segala daya upaya harus terus diwujudkan sebelum wasit meniup peluit panjang pertanda pertandingan berakhir.
Kedua tim juga menunjukkan kepada publik, para unggulan yang serba kuat dan dijagokan, seperti ”Goliath”, belum pasti bakal memenangi duel. Sang ”David” yang terkesan mudah ditundukkan, sebaliknya, mampu tampil sebagai kampiun.