Respons kebijakan yang ditempuh saat ini akan sangat menentukan prospek pertumbuhan beberapa tahun mendatang. Artinya, saat ini waktu yang tepat meletakkan fondasi untuk terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Optimisme pemulihan ekonomi yang lebih solid pada 2021 diungkapkan pemerintah, dengan pertumbuhan triwulan II-2021 diproyeksikan di atas 7 persen.
Kita diyakini sudah di jalur yang benar menuju pemulihan. Sebab, meski pertumbuhan triwulan I-2021 masih minus 0,74 persen secara year on year atau dibandingkan dengan periode sama 2020, angka itu membaik dibandingkan dengan triwulan IV-2020 yang masih minus 2,19 persen. Dibandingkan dengan periode awal kontraksi ekonomi, yakni triwulan II-2020, PDB berdasarkan harga konstan triwulan I-2021 juga tumbuh di atas 4 persen.
Hal itu yang membuat pemerintah optimistis pertumbuhan 6,9-7,8 persen bisa dicapai pada triwulan II-2021. Dengan pertumbuhan triwulan II diproyeksikan di atas 7 persen, target pertumbuhan 4,5-5,3 persen pada 2021 dan 5,4-6,0 persen pada 2022 diyakini bisa dicapai. Tahun lalu, perekonomian terkontraksi atau mengalami pertumbuhan negatif 2,07 persen.
Pemerintah mendasarkan optimismenya pada perkiraan pertumbuhan positif semua komponen pembentuk PDB, baik konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, maupun ekspor-impor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama ditopang adanya momentum Ramadhan dan Idul Fitri 2021, pemberian THR dan gaji ke-13 bagi ASN, TNI, dan Polri, serta percepatan penyaluran dana perlindungan sosial.
Sejauh ini, pemulihan memang mulai terlihat dari membaiknya kinerja manufaktur, berkurangnya jumlah pekerja yang terdampak pandemi, meningkatnya kinerja ekspor dan impor, serta membaiknya indeks keyakinan konsumen.
Kebijakan kontrasiklikal pemerintah berhasil menahan ekonomi agar tak terpuruk lebih dalam kendati dampaknya belum sepenuhnya seperti diharapkan. Kita sepakat, kesinambungan pemulihan akan sangat bergantung pada keberhasilan pengendalian Covid-19. Lonjakan kasus yang menuntun ke pengetatan ekonomi bisa mengancam prospek pemulihan.
Selain faktor domestik, pemulihan juga dipengaruhi faktor eksternal. Prospek ekonomi global sendiri masih diwarnai ketidakpastian, terutama dengan adanya mutasi virus Covid-19 dan masih tingginya kasus di banyak negara. Proyeksi pertumbuhan global memang membaik, terutama dengan tambahan injeksi stimulus fiskal negara maju, meningkatnya cakupan vaksin, dan pelonggaran bertahap kegiatan ekonomi.
Namun, pemulihan terjadi secara tidak merata antarnegara dan sektor. Prospek ekonomi tak hanya dipengaruhi adu cepat virus dan vaksin, tetapi juga seberapa efektif respons kebijakan ekonomi nasional. Respons kebijakan yang ditempuh saat ini akan sangat menentukan prospek pertumbuhan kita beberapa tahun ke depan. Artinya, saat ini waktu yang tepat meletakkan fondasi untuk terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan, termasuk investasi yang tepat, baik untuk mendukung pemulihan maupun memperkuat daya tahan terhadap kemungkinan krisis baru pada masa depan.
Konsekuensinya, kebijakan fiskal ekspansif masih dibutuhkan beberapa tahun ke depan untuk mendorong konsumsi dan investasi. Tantangan kita adalah ruang fiskal yang juga kian terbatas, terutama dengan meningkatnya utang selama pandemi, sehingga kita tak leluasa melakukan manuver fiskal.