Pada tataran pendidikan dasar, anak perlu belajar kemampuan menjalani hidup. Ia minimal harus bisa membaca, menulis, dan berhitung, mulai dari hal-hal yang sederhana agar paham perkembangan zaman dan tidak dibodohi.
Oleh
Zainoel B Biran
·3 menit baca
Dalam ilmu fisika, partikel (atau korpuskula dalam teks yang lebih tua) adalah obyek terlokalisasi kecil yang dapat memiliki beberapa sifat fisik atau kimia, seperti volume atau massa. Sesuatu yang tersusun dari partikel dapat disebut partikulat.
Sepenggal alinea di atas merupakan ringkasan tentang partikel dalam pelajaran IPA, disampaikan guru kelas V SD negeri kepada murid-muridnya melalui media daring. Tulisan itu diikuti oleh tulisan lain dengan isi dan bahasa senada. Cucu saya harus bisa memahami sendiri semua definisi itu untuk menjawab sejumlah pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda.
Menyambung tulisan saya beberapa waktu lalu, inilah contoh nyata materi belajar murid-murid SD dewasa ini. Apa manfaat mereka belajar dari informasi yang tersaji? Mungkin, kelak, mereka bisa menjadi doktor dan guru besar ilmu pengetahuan alam ini. Tetapi itu nanti!
Menurut hemat saya, pada tataran pendidikan dasar, anak perlu belajar berbagai hal yang berdampak langsung pada kemampuan diri menjalani hidup. Ia minimal harus bisa membaca, menulis, dan berhitung, mulai dari hal-hal yang sederhana agar dapat mengikuti perkembangan di sekitar dirinya dan ”tidak dibodohi” orang lain.
Ia juga perlu belajar ”tidak membodohi” atau ”membodoh-bodohkan” orang lain agar hidup bisa dijalani bersama dengan nyaman dan menyenangkan, jauh dari hal-hal yang bersifat saling menekan. Untuk itu, ia harus tahu, kenal, dan peduli terhadap lingkungannya sehingga bisa menghargai berbagai hal yang ada di dalamnya.
Selama ini kita bicara soal pendidikan karakter, budi pekerti, moral, dan sebagainya. Namun, apakah hal-hal itu memang dididikkan, tak sekadar diajarkan, pada diri mereka? Adakah hal itu dibahas di ruang-ruang kelas?
Simak saat mereka berkumpul. Apakah mereka bicara tentang perilaku sehari-hari yang mereka temukan, tentang manfaat serta dampaknya pada hubungan atau kehidupan bersama? Bisakah mereka memberi contoh tentang laku yang baik dan yang kurang baik?
Dalam pandangan saya, hal-hal semacam inilah yang lebih perlu ditumbuhkan pada usia pendidikan dasar dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks, daripada tahu tentang apa itu partikel dan sifat-sifatnya.
Zainoel B Biran
Pengamat Sosial, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
Kapal Selam
Dalam tulisan ”KRI Nanggala-402 dan Moto Tabah sampai Akhir” (Kompas, 22/4/2021) disebutkan bahwa kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia yang pernah dioperasikan Angkatan Laut kita memiliki peluncur torpedo di buritan kapal.
Merujuk pada beberapa referensi, kapal selam kelas Whiskey juga dilengkapi empat tabung peluncur torpedo di haluan kapal, selain dua tabung peluncur di buritan.
Baca David Miller, The Illustrated Directory of Submarines of The World, 2004, hlm 286-287; dan Captain John E Moore (ed), Jane’s Pocket Book of Major Warships, 1973, hlm 60). Terima kasih.
EDUARD LUKMAN
Jl Warga, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta 12510
Kagum Sorgum
Di Jalan Kalimalang, tepat di bawah tol Becakayu, ada sepetak kebun ditanami pisang, kubis, turi, dan sorgum.
Saya tertarik pada sorgum, yang tanamannya mirip jagung. Pengelola petak kebun itu Pak Harun, anggota pasukan oranye kota Jakarta.
Dia bercerita tentang manfaat sorgum. Bisa menjadi pilihan makanan pokok selain beras, cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Batang sorgum bisa diolah menjadi gula cair, bioetanol, dan bahan pembuat kertas. Daunnya untuk pakan ternak. Akarnya untuk bahan jamu.
Sekali tanam, bisa panen 3-4 kali, bisa tumbuh di lahan kering dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.
Sudah saatnya tanaman ini lebih banyak dibudidayakan.