Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa pasukan Amerika Serikat akan ditarik total dari Afghanistan pada 9 September 2021. Apa pun motif penundaan penarikan pasukan AS, damai di Afghanistan tampaknya masih jauh.
Oleh
HAMID AWALUDIN
·5 menit baca
Damai di Afghanistan bisa jadi kian jauh. Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa pasukan Amerika Serikat akan ditarik total dari Afghanistan pada tanggal 9 September 2021. Kehendak Amerika Serikat tersebut diikuti juga oleh NATO. Bukan pada tanggal 1 Mei 2021, sebagaimana yang diperjanjikan antara kelompok bersenjata Taliban dan Amerika Serikat, yang ditandatangani pada tanggal 29 Februari 2020 lalu, ketika Amerika Serikat masih dipimpin oleh Donald Trump.
Taliban pun meradang, penuh hardik, menuntut ditaatinya perjanjian. ”Tidak ada dialog damai tentang Afghanistan sebelum seluruh pasukan asing ditarik mundur dari negeri kami,” kata Taliban.
Amerika Serikat bisa saja membantah argumen Taliban dengan mengatakan, perjanjian yang ditandatangani tersebut tidak hanya menyangkut penarikan pasukan Amerika Serikat pada bulan Mei 2021, tetapi ada juga klausul yang mengharuskan Taliban menghentikan kekerasan (cease fire), yang tidak pernah dilaksanakan hingga kini.
Sebentar lagi perdebatan tentang siapa sesungguhnya tidak menaati kesepakatan akan mengemuka.
Sejak dari awal memang Amerika Serikat sudah ingin hengkang dari Afghanistan.
Sejak dari awal memang Amerika Serikat sudah ingin hengkang dari Afghanistan. Masalahnya, negeri adidaya ini sudah tak mampu membiayai pasukan dan perangnya yang telah berlangsung hampir 20 tahun berturut-turut. Inilah perang yang paling lama dialami oleh Amerika Serikat. ”Saya tidak mau menjadi presiden kelima Amerika Serikat yang berperang tanpa akhir di sana,” kata Biden.
Dua skenario
Kemungkinan pertama yang bakal terjadi dengan keputusan Joe Biden ini ialah perang kembali berkecamuk antara Taliban dan Amerika Serikat serta antara Taliban dan pasukan Pemerintah Afghanistan. Apabila ini terjadi, perang menjadi zero sum game. Masalahnya, Amerika Serikat akan mempertontokan keandalan teknologi persenjataannya, tetapi rapuh dalam mental pasukan, dan tidak terampil menghadapi medan pegunungan.
Kita harus mengakui, setelah lebih dari 40 tahun berperang, pertama melawan Uni Soviet, 1979-1989, lalu melawan eks pasukan Mujahidin, dan menghadapai Amerika 20 tahun terahir, Taliban sangat terlatih, baik fisik maupun mental. Mereka terlatih menghadapi medan pegunungan dengan berbagai kondisi cuaca ekstrem.
Maka, apabila perang meletus kembali sekarang, Taliban tetap sulit ditaklukkan karena sekarang Afghanistan memasuki musim panas. Pasukan Amerika Serikat, NATO, dan Pemerintah Afghanistan bisa jadi bulan-bulanan kembali karena mereka tidak tahan dengan cuaca ekstrem panas. Pasukan Taliban teruji untuk urusan ini.
Skenario kedua, Taliban bisa diyakinkan untuk menerima rencana penarikan pasukan Amerika Serikat pada bulan September 2021. Namun, skenario ini tentu membutuhkan ongkos kompensasi yang begitu besar. Taliban pasti akan meningkatkan tuntutan daya tawarnya setelah seluruh pasukan asing keluar dari negeri mereka.
Sejatinya, sejak ditandatanganinya perjanjian antara Amerika Serikat dan Taliban setahun lalu, Pemerintah Afghanistan dan Taliban sudah melakukan dialog damai dengan nama Intra-Afghanistan Dialogue. Namun, hingga kini tidak ada kemajuan substantif yang dicapai meski sudah berbulan-bulan lamanya mereka duduk berunding.
Mereka hanya berkutat pada pembicaraan tata tertib perundingan damai, bukan substansi perdamaian. Ini semua terjadi karen Taliban memainkan taktik ulur waktu (buying time), menanti kepergian pasukan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Dalam perspektif ini, Taliban sangat percaya diri bisa mengalahkan pasukan pemerintah apabila pasukan asing sudah keluar.
Posisi Taliban tersebu, diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa selama lebih dari setahun ke belakang, Amerika Serikat telah duduk semeja dengan mereka.
Posisi Taliban tersebut, diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa selama lebih dari setahun ke belakang, Amerika Serikat telah duduk semeja dengan mereka. Amerika Serikat telah menanggalkan label ”teroris” terhadap Taliban. Apakah Amerika Serikat mau kembali menggunakan label tersebut terhadap orang atau kelompok yang telah diajak duduk semeja sebelumnya. Ini akan menjadi bahan tertawaan kelak.
Mengapa Amerika berubah
Pertanyaan yang mengemuka sekarang adalah mengapa Amerika Serikat mengubah jadwal penarikan pasukannya dari bulan Mei ke September 2021?
Amerika Serikat sangat sadar, apabila Amerika Serikat bersama NATO langsung menarik pasukan mereka pada bulan Mei ini, tidak cukup waktu untuk menyiapkan pasukan Pemerintah Afghanistan, dalam menghadapi Taliban, bila Taliban kembali menggempur pasukan pemerintah.
Amerika Serikat paham betul, selama hampir 20 tahun kehadiran pasukannya bersama NATO di Afghanistan, lengkap dengan teknologi persenjataan yang mutahir, toh mereka tidak bisa menghancurkan Taliban. Bagaimana lagi dengan kemampuan pasukan Pemerintah Afghanistan untuk menghadapi Taliban?
Ada yang beranggapan bahwa pasukan Pemerintah Afghanistan cukup banyak dan andal sekarang. Namun, jumlah angka dan keandalan tersebut belum teruji di lapangan. Semua ini telah dikalkulasi matang oleh Amerika Serikat sehingga Joe Biden mengundur penarikan pasukannya. Joe Biden tidak menghendaki terjadinya balkanisasi di Afghanistan pascakepergiannya kelak.
Masalahnya, Joe Biden sangat sadar bahwa perjanjian antara Amerika Serikat dan Taliban hanyalah perjanjian untuk kepentingan Amerika Serikat belaka. Perjanjian tersebut sama sekali tidak memberi tempat atau mengakomodasi kepentingan Pemerintah Afghanistan dalam kaitannya dengan Taliban.
Perjanjian Amerika Serikat-Taliban sangat menitikberatkan pada keamanan Amerika Serikat agar Taliban tidak menyerangnya. Juga ditekankan agar Taliban tidak membiarkan kelompok-kelompok teroris menggunakan Afghanistan sebagai pangkalan untuk menyerang Amerika Serikat.
Kalau toh ada yang bisa dikaitkan dengan kepentingan Pemerintah Afghanistan, hanyalah klausul yang berbicara tentang penghentian kontak senjata dan mendorong Taliban untuk duduk berunding dengan Pemerintah Afghanistan.
Saya pikir, salah satu agenda dalam penundaan waktu penarikan pasukan asing tersebut adalah menyiapkan teknologi persenjataan kepada pasukan Pemerintah Afghanistan.
Maka, Joe Biden membutuhkan waktu lebih lama guna menyiapkan segala kemungkinan yang bakal terjadi setelah Amerika Serikat pergi dari Afghanistan. Saya pikir, salah satu agenda dalam penundaan waktu penarikan pasukan asing tersebut adalah menyiapkan teknologi persenjataan kepada pasukan pemerintah Afghanistan. Dan ini membutuhkan waktu untuk pelatihan.
Selain itu, Amerika Serikat juga membutuhkan waktu untuk menyiapkan peta jalan bagi terwujudnya demokrasi di Afghanistan.
Yang pasti, apa pun motif penundaan penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO dari Afghanistan, damai di negeri para mullah tersebut masih jauh dari dambaan.
Hamid Awaludin, Mantan Menteri Hukum dan HAM; Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar