Dalam konser ”Beat It”, Jakarta Concert Orchestra menghadirkan lagu-lagu Michael Jackson berikut unsur-unsur visibilitasnya. Sebuah hiburan yang berhasil mengajak penonton mengalami kelegendaan Michael Jackson.
Oleh
Frans Sartono
·5 menit baca
”Michael Jackson itu legenda, kalau kita meniru pasti gagal,” kata Avip Priatna, pengaba Jakarta Concert Orchestra. Maka, Avip dan kawan-kawan memberi penghormatan, dan merayakan kelegendaan Michael Jackson lewat konser ”Beat It”. Penonton diajak berbagi rasa dengan lagu-lagu Michael Jackson yang digarap secara orkestral-simfonikal.
Jakarta Concert Orchestra (JCO) mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadirkan kembali lagu-lagu Michael Jackson. Mereka adalah Batavia Madrigal Singers (BMS), The Resonanz Children’s Choir, para solis andalan mereka seperti Farman Purnama dan Lisa Depe, serta tentu saja seluruh awak orkestranya.
Michael Jackson itu legenda, kalau kita meniru pasti gagal.
Setiap pasukan ditampilkan sesuai karakter lagu Michael Jackson. The Resonanz Children’s Choir (TRCC) yang didukung BMS, misalnya, kebagian lagu ”I Want You Back” dan ”ABC”. Saat menyanyikan lagu tersebut bersama saudara-saudaranya di The Jakcon Five, Michael Jackson masih berusia 11 tahun, seperti usia rata-rata anggota TRCC. Jatah lagu ”One Day in Your Life” diberikan kepada Farman Purnama. Suara tenor Farman yang cukup tinggi tampaknya menjadi alasan pemilihan tersebut.
Beat it yang tayang pada 29 April 2021 di kanal JCODigitalConcertHall.com merupakan rekaman dari konser Beat It di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 1 Desember 2018. Di masa pandemi, Jakarta Concert Orchestra tetap bergerak dengan menyuguhkan kembali konser-konser yang pernah digelar. Selain itu mereka juga menggelar konser baru meski tidak disampaikan secara live, termasuk konser Beethoven Forever, 31 Maret lalu.
Tidak memiripkan
Pemilihan lagu dan penampil tersebut tidak dimaksud untuk memirip-miripkan diri dengan suara Michael Jackson. Bagi Avip Priatna, kelegendaan Michael Jackson tidak untuk ditiru semirip mungkin karena, diakuinya, hal itu pasti gagal. Yang dilakukan JCO dan seluruh pendukung acara adalah merayakan kelegendaan Michael Jackson lewat interpretasi mereka.
Pembuat aransemen bebas menafsir dan membuat aransemen lagu-lagu Michael Jackson. Meski bebas, mereka tidak menghilangkan karakter kuat lagu. Misalnya, lagu ”Billie Jean” yang ditampilkan secara instrumental lewat aransemen garapan Aubrey Victoria. Ia tidak ”berani” mengubah alur bas repetitif yang menjadi salah satu unsur kekuatan ”Billie Jean”. Permainan bas itu begitu kuat dan fundamental sehingga hanya dengan mendengar permainan bas-nya saja, penggemar Michael Jackson akan mengenali lagu tersebut.
Aubrey cukup kreatif mengubah permainan peran kibor pada ”Bille Jean” orisinal. Dia menggunakan seksi gesek (string), alat tiup kayu, dan tiup logam sebagai ”pengganti” peran kibor pada lagu aslinya. Tidak ada yang berubah dari sisi ritmik, dan tetap terdengar seperti ”Billie Jean” versi asli. Buktinya, empat penari pada lagu itu tetap dapat beraksi dengan sangat nyaman. Intensitas emosi lagu dari kalem ke yang lebih bergairah juga tetap terasa.
Farman Purnama sebagai pembawa lagu ”One Day in Your Life” juga berusaha menjaga emosi lagu. Caranya, ia tetap menggunakan nada dasar E Flat seperti yang digunakan Michael Jackson. Ia memang harus mengeluarkan banyak energi untuk mendaki nada-nada tinggi, akan tetapi dia mampu. Seperti kita ketahui, Michael Jackson pada lagu ”One Day in Your Life” menunjukkan suara khasnya yang berjenis high tenor. Terkesan seperti menggunakan teknik falsetto, tetapi itu adalah suara natural dia, full voice.
Visibilitas
Dari konser Beat It tampak bahwa Michael Jackson mempunyai visibilitas atau daya tampak yang begitu kuat dan menyejarah. Visibilitas Michael Jackson itu dengan segala upaya dihadirkan dalam pergelaran.
Penikmat Michael Jackson akan segera mengenali sosok ”King of Pop” lewat kostum dan pernak-perniknya. Sebut saja hem putih, dasi, celana hitam cingkrang, kaus kaki putih, sepatu hitam, kaus tangan putih, dan topi fedora. Tidak lupa pula potongan rambut Michael Jackson, termasuk model rambut kriwil yang tergerai di wajah.
Kita tahu bagaimana pada setiap sampul album, video klip, dan pergelarannya, Michael Jackson selalu menyuguhkan kostum dan tarian yang berbeda-beda. Konser Beat It mencoba menghadirkan citra Michael Jackon tersebut dengan sekadar mengambil unsur-unsur visibilitasnya yang paten itu. Antara lain, dalam lagu ”Billie Jean” dan ”Smooth Criminal”. Dalam lagu ”Billie Jean” tampil 26 awak BMS Male dengan kostum kebesaran hitam putih seperti disebut di atas. Itu semua sudah menjadi brand yang sangat kuat dari Michael Jackson.
Pada kedua karya tersebut disuguhkan gerak tari yang sering digunakan Michael Jackson dalam klip video atau rekaman video konser-konsernya. Dalam konser Beat It ditampilkan rangkaian gerakan koreografi khas Michael Jackson.
Termasuk apa yang disebut sebagai crotch grab atau gerakan memegang bagian tengah kedua pangkal paha sambil mendorong atau mengedut-ngedutkan panggul ke depan. Ditampilkan pula moonwalk yang terkesan sebagai gerakan berjalan mundur. Juga pose toe stand atau berdiri bertumpu pada ujung jari kaki dengan posisi kaki ditekuk.
Visibilitas atau daya tampak sudah lazim dalam showbiz, bahkan bisa dikatakan ”wajib hukum”-nya. Sebut saja Elton John dengan kacamata aneka model. Beatles dengan gaya rambut poni. Juga Elvis Presley dengan Aloha Eagle Suit, yaitu baju ketat warna putih dengan kerah tinggi lebar serta motif elang di dada.
Visibilitas atau daya tampak sudah lazim dalam showbiz, bahkan bisa dikatakan ”wajib hukum”-nya.
Kostum rancangan Bill Belew itu kemudian menjadi pakaian wajib para penggemar Elvis. Kadang disertai kacamata gelap dan rambut jambul. Intinya, mereka membangun citra atau brand yang distingtif milik si artis. Dengan segala ciri penampilan yang dirancang khas itu, sosok mereka dikenal publik secara luas. Bahkan, oleh orang yang tidak menggemari musik mereka.
Dalam konser Beat It, Jakarta Concert Orchestra menghadirkan lagu-lagu Michael Jackson berikut unsur-unsur visibilitasnya. Sebuah hiburan yang berhasil mengajak penonton mengalami kelegendaan Michael Jackson.