Indikator pemulihan di dalam negeri, seperti ditunjukkan tren investasi, tecermin dari Indeks Manajer Pembelian manufaktur yang terus meningkat. Perbaikan ekonomi juga didukung belanja fiskal dan perbaikan ekspor.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Bank Pembangunan Asia atau ADB memprediksi Indonesia sudah berada di jalur pemulihan ekonomi, dengan pertumbuhan diprediksi 4,5 persen pada 2021 dan 5 persen tahun 2022.
ADB melihat Indonesia mampu melewati situasi terberat pada 2020 dan kembali tumbuh positif tahun ini menyusul pertumbuhan negatif 2,07 persen pada 2020. Proyeksi ADB ini lebih optimistis daripada Dana Moneter Internasional (IMF) yang April ini menurunkan proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun 2021 dari 4,8 persen ke 4,3 persen karena belum terkendalinya lonjakan kasus Covid-19. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) meramalkan 4,9 persen pada 2021.
Pemulihan itu, menurut ADB, ditopang oleh stimulus fiskal dan pembukaan bertahap kegiatan ekonomi, yang kemudian berhasil menggerakkan pertumbuhan konsumsi masyarakat. Respons kebijakan yang tepat terhadap krisis dan koordinasi kuat antarpemangku kebijakan menjadi kuncinya.
Kendati demikian, ADB juga mengingatkan masih tingginya ketidakpastian, terutama dengan munculnya varian baru Covid-19, vaksinasi yang tak merata di dunia, dan risiko pengetatan likuiditas global. Kemungkinan lonjakan kasus selama Ramadhan juga bisa jadi penghambat pemulihan.
Tekanan keuangan negara, khususnya meningkatnya utang dan lemahnya penerimaan negara selama pandemi, menjadi kekhawatiran lain kalangan pengamat. Gambaran di atas mensinyalkan, masih perlu fokus dan kehati-hatian tingkat tinggi untuk mengawal pemulihan yang baru mulai terjadi.
Relatif terkendalinya kasus dan progres vaksinasi yang dikebut pemerintah dua bulan terakhir membuat pembukaan secara bertahap kegiatan ekonomi bisa dilakukan. Namun, belajar dari India yang kini sistemnya kolaps akibat lonjakan kasus Covid, pelonggaran tetap harus dilakukan hati-hati.
Terlalu prematur membuka ekonomi, seperti pariwisata, bisa membahayakan kemajuan yang dicapai sejauh ini. Kebijakan melarang mudik Lebaran adalah langkah tepat mengingat libur panjang sebelumnya selalu diikuti lonjakan kasus baru. Konsistensi kebijakan dan disiplin protokol kesehatan ketat menjadi sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar.
Pemerintah juga terus berupaya mengamankan pasokan vaksin. Meski sempat terkendala embargo vaksin India dan nasionalisme vaksin di negara produsen, Indonesia urutan kedelapan progres vaksinasi tercepat dunia kendati masih jauh dari target vaksinasi 181,5 juta penduduk pada akhir 2021.
Indikator pemulihan di dalam negeri, seperti ditunjukkan oleh tren investasi, tecermin dari Indeks Manajer Pembelian manufaktur yang terus meningkat. Perbaikan ekonomi domestik juga didukung belanja fiskal dan membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan meningkatnya permintaan dan pemulihan global. Stimulus fiskal untuk perlindungan sosial, insentif usaha, belanja modal, dan belanja barang meningkat.
Baca juga:
Pembentukan Kementerian Investasi dan pengesahan UU Cipta Kerja diharapkan bisa menggenjot investasi yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi sehingga kian terbuka lapangan kerja dan penerimaan negara membaik. Kita berharap Indonesia di jalur yang benar (on the right track) ke arah pemulihan ekonomi yang solid.