logo Kompas.id
OpiniSeni Tari di Masa Pandemi
Iklan

Seni Tari di Masa Pandemi

Pandemi memberi ruang dan waktu untuk melakukan hibernasi dengan pembacaan yang lebih kritikal untuk menafsir ulang secara kritis, mencipta ulang berbagai pengertian mengenai tubuh, identitas, tradisi, dan sejarah tari.

Oleh
PURNAWAN ANDRA
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/u8Ei-1XhHxPSQINuVhhsExu0jgM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2F0803b313-4062-4d8e-a153-77be3f30c2d4_jpg.jpg
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Para ibu menari untuk memeriahkan kesenian gubrag lesung di halaman Pendopo Duplikat Sipanji di Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (7/3/2021).

Peringatan Hari Tari Dunia 29 April menguatkan alasan untuk merenungkan lagi kedudukan, fungsi, dan makna tari bagi manusia. Terlebih di masa pandemi ini, tari yang memiliki karakteristik penampilan di ruang pentas dengan kehadiran tubuh penonton bertabrakan dengan berbagai aturan pembatasan sosial yang memengaruhi formasi kultural ekosistem seni pertunjukannya.

Tubuh tari (penyaji dan penonton) yang biasanya beririsan dan berkelindan dalam rasa dan ekspresi di panggung, gedung-gedung pertunjukan, atau ruang terbuka lainnya kini mutlak dijauhkan. Pandemi membuat format pertunjukan berganti dari luring (offline) menjadi daring (online).

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000