Mari semua belajar menahan diri. Menaati larangan mudik dengan lebih mengutamakan kepentingan bersama.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Euforia vaksinasi ternyata melenakan kita. Banyak yang abai protokol kesehatan dan larangan berkumpul sehingga kembali meningkatkan kasus Covid-19.
Jika pelanggaran semua upaya pencegahan penularan terus dibiarkan, sia-sialah semua capaian yang sudah dengan susah payah didapatkan selama satu tahun pandemi.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan, hingga Rabu (27/4/2021), ada 1.651.794 kasus positif terkonfirmasi di Indonesia dengan penambahan 4.656 kasus. Dari tambahan ini, terbanyak disumbangkan DKI Jakarta (24,6 persen), diikuti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sebenarnya, penambahan ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penambahan kasus tertinggi pada 30 Januari 2021 dengan 14.518 kasus. Namun, kita tetap perlu berhati-hati. Begitu melonjak, sulit mengendalikannya.
Oleh karena itu, lonjakan kasus positif Covid-19 di perkantoran harus segera dicarikan solusinya. Menurut data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, peningkatan ini terjadi dalam dua minggu terakhir. Pada 5-11 April 2021 ada 157 kasus positif Covid-19 di 78 perkantoran. Selanjutnya, 12-18 April 2021, menjadi 425 kasus positif di 177 perkantoran.
Meningkatnya jumlah warga masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi membuat banyak perkantoran kembali menerapkan sistem konvensional: bekerja dengan hadir secara fisik. Jenuh setahun terkungkung, bisa jadi membuat para pekerja kantoran lepas kontrol. Berdiskusi, makan bersama, menjadi titik-titik rawan penularan.
Mungkin banyak yang beranggapan, vaksin adalah formula ajaib yang bisa membawa kita semua keluar dari pandemi. Padahal, setelah divaksin pun, kemungkinan terpapar virus tetap besar. Masih mungkin juga menjadi kasus positif meski pada mereka yang divaksin gejala jauh lebih ringan.
Mari becermin ke India, yang kasus positifnya melonjak signifikan sehingga total jumlah kasus mencapai 18 juta. Rasa lega karena kasus mulai menurun, euforia vaksinasi—meski cakupan masih minimal—dan varian baru virus korona, menjadi beberapa faktor penyebab. Masyarakat kembali berkumpul merayakan festival budaya dan keagamaan, yang sering disertai pelanggaran tanpa masker.
Kita memang masih belum seperti India, tetapi kita mengarah ke sana. Cobalah keluar di sore hari, melihat bagaimana orang berkerumun membeli makanan untuk berbuka, dengan penjual dan pembeli yang banyak tanpa masker. Oleh karena itu, rem harus segera ditarik. Ingatkan kembali, pandemi masih panjang. Kita tidak boleh lengah. Protokol kesehatan harus tetap dijalankan, betapapun melelahkannya.
Manusia memang makhluk sosial, tak bisa hidup sendirian. No man is an island, kata sastrawan Inggris John Donne (1572-1631). Namun, untuk kali ini, mari semua belajar menahan diri. Menaati larangan mudik dengan lebih mengutamakan kepentingan bersama. Tak perlu kebijakan populis, pemerintah memang harus keras. Apa boleh buat, demi kesehatan dan keselamatan kita bersama.