Kita bersyukur dan berterima kasih atas solidaritas dari sejumlah negara dalam upaya pencarian KRI Nanggala-402. Inilah buah kebijakan luar negeri kita yang damai.
Oleh
Redaksi Kompas
·3 menit baca
Batas kemampuan KRI Rigel hanya sampai kedalaman 800 meter, maka diserahkan kepada MV Swift Rescue Singapura. KRI Nanggala-402 berada di kedalaman 838 meter.
Kapal Republik Indonesia (KRI)-933 Rigel merupakan kapal oseonografi militer yang dimiliki TNI Angkatan Laut (AL) sejak 2015. Kapal ini dibuat di galangan OCEA, Les Sables- d’Olonne, Perancis, dengan kemampuan autonomous under- water vehicle (AUV), untuk melakukan pencitraan bawah laut. MV Swift Rescue diproduksi Singapura dan dimiliki Angkatan Laut Singapura sejak tahun 2008. Tahun 2014, kapal ini juga terlibat dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH-370 yang hilang dan pesawat Indonesia, AirAsia QZ-8501, yang jatuh di perairan Laut Jawa.
Seperti diberitakan, kapal selam KRI Nanggala-402 diperkirakan tenggelam pada kedalaman 850 meter di perairan Laut Utara Bali. KRI Rigel yang bisa mendeteksi keberadaan kapal selam itu tidak bisa menjangkau karena keterbatasannya. MV Swift Rescue mendukung dan akhirnya menemukan KRI Nanggala-402 di dasar laut, terbelah menjadi tiga bagian. Kondisi ini diperkuat dengan foto, yang pada Minggu (25/4/2021) diumumkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, bersama Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo (Kompas, 26/4/2021).
Sejumlah negara juga menawarkan bantuan serta memberikan simpati dan ucapan dukacita kepada Indonesia.
Keberhasilan MV Swift Rescue Singapura, bersama KRI Rigel, menutup pencarian KRI Nanggala-402, yang membawa 49 awak kapal (ABK) dan 4 prajurit TNI AL non-ABK. Selain Singapura, sejumlah negara mengirimkan pasukan dan peralatannya, seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Australia, untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan prajurit TNI itu. Sejumlah negara juga menawarkan bantuan serta memberikan simpati dan ucapan dukacita kepada Indonesia.
Dukungan yang mengalir dari berbagai bangsa ini menunjukkan posisi Indonesia yang baik dalam pergaulan internasional, serta kuatnya solidaritas antarbangsa. Indonesia aktif dalam berbagai forum kerja sama internasional, sesuai pesan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yakni, ”... dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Dalam bidang kemiliteran, Indonesia berulang kali terlibat latihan bersama, misalnya dengan militer Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Perancis, dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia pun rutin mengirimkan pasukan perdamaian yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Politik luar negeri Indonesia adalah bebas-aktif sehingga sejak kelahirannya, negeri ini memprakarsai dan terlibat dalam berbagai kerja sama antarbangsa, seperti Konferensi Asia Afrika, ASEAN, APEC, dan G-20, serta mengupayakan perdamaian antarbangsa.
Kita bersyukur dan berterima kasih atas solidaritas dari sejumlah negara dalam upaya pencarian KRI Nanggala-402.
Kita bersyukur dan berterima kasih atas solidaritas dari sejumlah negara dalam upaya pencarian KRI Nanggala-402. Inilah buah kebijakan luar negeri kita yang damai. Dalam buku Manajemen Bela Negara: Pendekatan Modern Menjadi Bangsa yang Besar (Penerbit Buku Kompas, 2020), Prof Dr AB Susanto menuliskan, ”Kebijakan luar negeri dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari kerja sama secara damai dengan bangsa lain....” Pohon baik akan berbuah baik pula.