Kami mohon kepada Bapak Presiden Jokowi untuk memperhatikan nasib kami, para pensiunan guru swasta. Agar kemelut yang ada di Asuransi Jiwasraya bukan menjadi kemelut kami. Kami percaya Bapak selalu bijak dalam solusi.
Oleh
Bambang Utomo
·3 menit baca
Bapak Jokowi yang saya hormati, izinkan saya mewakili ribuan teman lain, menyampaikan kegelisahan tentang uang pensiun kami di Jiwasraya. Saya memberanikan diri menyurati Bapak Presiden karena sudah tidak tahu lagi ke mana kami harus mengadu.
Menurut informasi yang saya terima, uang pensiun itu akan diberikan hanya sampai bulan Mei 2021. Untuk bulan Juni dan seterusnya, kami tidak tahu lagi harus mendapatkan uang pensiun dari siapa setiap bulan.
Sekarang, uang pensiun merupakan bekal hidup kami setiap hari, setelah lebih dari 30 tahun mengabdi negeri sebagai guru swasta. Dengan uang pensiun tersebut, yang masih jauh di bawah UMR, kami masih harus mengelola dengan susah payah, agar kami tetap bisa bertahan hidup di tengah situasi yang terus inflasi. Namun, seberapa pun jumlahnya, sebenarnya kami mensyukurinya.
Seandainya benar terjadi bahwa uang pensiun kami menjadi hilang atau berkurang, maka kesulitan hidup yang kami hadapi akan semakin berat dan nyata. Kegagalan manajemen Asuransi Jiwasraya yang berdampak pada kepailitan semestinya tidak mengorbankan kami, para pensiunan ini.
Memang, pensiunan guru swasta di negeri tercinta belum semujur seperti mereka para rekan guru pensiunan guru negeri, yang menerima uang pensiun dari negara. Padahal, ketika kami bertugas untuk mencerdaskan anak bangsa, tugas kami tidak jauh berbeda. Bahkan guru swasta sering merasa lebih berat karena digaji berdasarkan jumlah murid yang ada.
Oleh sebab itu, kami mohon kepada Bapak Presiden Jokowi untuk memperhatikan nasib kami. Agar kemelut yang ada di Asuransi Jiwasraya bukan menjadi kemelut kami. Kami percaya Bapak selalu bijak dalam solusi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak, mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan.
Bambang Utomo
Pensiunan Guru, Jakarta
Terima Kasih
Senin, 19 April 2021, saya bersama sembilan belas pastor dan bruder dari Ordo Kapusin mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Panombean Pane, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Tim vaksinator terdiri dari Benget Togatorop (ketua), Rismauli Harianja, Boru Sonang Saragi, Norida Siringo-ringo, Trisnawati Manalu, Relintan Purba, dokter Sri Eka Dewi Pinem, dan Mei Krisnawati Saragih. Mereka bekerja dengan tenang, profesional, dan penuh perhatian. Vaksinasi berjalan lancar dan aman.
Kami sebelumnya agak ragu karena banyak yang memilih vaksinasi ke rumah sakit swasta di Medan. Namun, setelah mengalami pelayanan para srikandi kesehatan di UPTD Puskesmas Panombean, kami berterima kasih karena pelayanan mereka sangat baik. Kartu Vaksinasi Covid-19 kami terima satu jam kemudian.
Puskesmas Panombean terletak di pinggir jalan sunyi, di kiri kanan ada sawah dengan gemercik air. Halaman tertata apik dengan rumput dan bunga ros yang mekar. Horas.
Pastor Moses Elias Situmorang OFMCap
Biara Kapusin Kamerino, Desa Panombean, Kabupaten Simalungun, Sumut
Meterai ”Online”
Dari tahun ke tahun masih saja terjadi kejahatan meterai palsu. Tentu saja hal ini berdampak pada pengurangan pendapatan pemerintah.
Untuk itu, saya mengusulkan agar meterai dijual dan langsung dicetak seperti pembayaran online yang sekarang sudah berjalan. Misalnya lewat Payment Point Online Bank (PPOB) di bank-bank, kantor pos, warung, dan lain-lain.
Setelah dana masuk, meterai baru dicetak seperti saat bayar PLN atau PDAM.
Dengan teknologi dan desain yang aman, pembayaran online bisa menghasilkan dana jauh lebih besar.