Sudah diprediksi sejak awal 1990-an, Teluk Kendari akan mengalami sedimentasi berat apabila tidak ada perbaikan lingkungan jangka pendek dan panjang.
Jangka panjang dengan rehabilitasi lahan kritis menggunakan vegetasi kayu-kayuan. Jangka pendek dengan membuat bangunan sipil teknis, seperti waduk dan sejenisnya, di daerah hulu Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu. Ini untuk mencegah sedimentasi berat di Teluk Kendari.
Dalam 13 tahun terakhir terjadi pendangkalan akibat sedimentasi di Teluk Kendari seluas 101,8 hektar (ha) dan kedalaman laut 9-10 meter. Luas wilayah teluk menyusut dari semula 1.186,2 ha menjadi 1.084,4 ha pada tahun 2000. Dalam kurun 20 tahun terakhir, ukuran teluk tinggal 900 ha, tergerus 24 persen (Kompas, 12/4/2021).
Saat menjabat sebagai Kepala Sub-Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (SBRLKT) Sampara di Kendari (sekarang Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung/BPDASHL Sampara) tahun 1998, saya pernah berinisiatif menemui Wali Kota Kendari saat itu (Masyhur Masie Abunawas) untuk membahas kerusakan Sub-DAS Wanggu dan sedimentasi Teluk Kendari. Wali Kota berjanji akan mencari solusi perbaikan.
Waktu terus berlalu, pejabat wali kota silih berganti, tetapi hingga rentang waktu 22 tahun tidak ada tindakan berarti. Proses sedimentasi berjalan terus, bermuara di Teluk Kendari. Belum lagi kerusakan vegetasi mangrove yang sangat masif di Teluk Kendari akibat kebutuhan lahan yang sangat tinggi untuk pembangunan.
Baru di pemerintahan Presiden Joko Widodo, akhir 2020, ada penanganan jangka pendek dengan membangun waduk pengendali banjir atau kolam retensi senilai Rp 22,8 miliar. Meski sangat terlambat, kehadiran kolam retensi untuk sementara mampu mereduksi banjir dan sedimentasi.
Sayangnya, ini tidak diikuti penanganan daerah hulu DAS Wanggu. Jika tidak segera dilakukan, kolam retensi yang dibangun dengan biaya mahal akan sia-sia. Dalam 5-10 tahun mendatang, kolam retensi akan penuh sedimen yang pada gilirannya mengancam Teluk Kendari.
Satu-satunya jalan mengatasi banjir dan sedimentasi adalah dengan mengembalikan fungsi tutupan hutan di hulu DAS Wanggu diiringi sosialisasi kepada masyarakat.
PRAMONO DWI SUSETYO
Pensiunan KLHK, Vila Bogor Indah, Ciparigi, Bogor
Bikin Macet
Setiap melewati daerah di seputar Gunawarman dan Senopati, saya selalu kena macet. Di kawasan itu ada banyak restoran dan kedai kopi yang tidak mempunyai lahan parkir. Konsumen parkir di jalan.
Sebagai warga yang tinggal di sekitar situ, saya paham daerah itu memang strategis. Sayang, banyak restoran mewah, tetapi minim lahan parkir. Konsumen parkir di pinggir jalan yang tidak memadai sehingga mengganggu arus lalu lintas. Terjadilah kemacetan.
Pernah suatu kali di persimpangan Senopati dibuka restoran baru nuansa Latin. Kacau sekali lalu lintas saat itu, banyak yang datang, tetapi lahan parkir tidak memadai. Sungguh mengesalkan.
Mohon pihak pengelola restoran ataupun pemerintah daerah DKI Jakarta mencari solusi untuk semua pihak.
Indah Amelia
Jl Tulodong Atas, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Tawaran Pinjaman
Saya membeli motor Honda PCX dua tahun lalu. Kredit melalui Wom Finance.
Sampai saat ini, saya selalu ditelepon pihak marketing Wom Finance, menawarkan pinjaman baru. Seperti minum obat, telepon bisa 2-3 kali sehari.
Tidak peduli saya sedang rapat, menyetir, atau bertemu mitra bisnis.
Saya sudah sampaikan bahwa saya tidak perlu dana dan sebaiknya jangan menelepon lagi. Nomor telepon yang digunakan berbeda-beda. Ada 085921860995, 085921831419, 085921864789, 085921831425, dan lain-lain.
Mohon Wom Finance mengatasi masalah ini.
Bennardi Widjaja
Mekarsari, Depok