Mata Uang Kripto, Valuta Asing, Spekulasi atau Berjudi?
Mengapa banyak orang berspekulasi? Karena selain mengandung risiko tinggi, berspekulasi juga menjanjikan keuntungan yang tinggi pula. Salah satu manfaat dari berspekulasi adalah mempercepat pertumbuhan aset.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
Spekulasi dalam konteks investasi dapat diartikan sebagai menempatkan modal pada instrumen yang berisiko tinggi dan memberikan potensi imbal hasil yang tinggi pula. Spekulasi berbeda dengan berjudi.
Berjudi adalah menebak sesuatu tanpa memiliki perhitungan data. Misalnya, menebak siapa yang akan masuk ke toilet kantor pada pukul 11.00 tanpa berdasarkan data dapat dikatakan sebagai contoh berjudi.
Beda dengan menebak siapa yang akan masuk ke toilet kantor pada pukul 11.00, tetapi menggunakan dasar pengamatan selama bertahun-tahun tentang kebiasaan dan pola penghuni kantor ke toilet serta kuantifikasinya. Ini bukan merupakan perjudian karena menggunakan hasil analisis data.
Dengan demikian, asal membeli saham tanpa melihat data dan berharap besok saham akan naik bisa dikatakan merupakan tindakan berjudi. Sama halnya dengan memutuskan menikah dengan orang yang baru dikenal satu jam sebelumnya di media sosial bisa disebut sebagai berjudi. Bandingkan dengan menikahi orang yang sudah dikenal dan diketahui bibit, bobot, dan bebetnya. Keputusan ini menggunakan dasar analisis.
Dengan begitu, pengertian investasi dan berjudi bukan ditentukan oleh instrumennya, melainkan oleh cara pandang, berpikir, dan bertindak. Salah satu contoh spekulasi adalah menempatkan dana pada aset mata uang kripto, valuta asing, atau kontrak berjangka komoditas. Pergerakan mata uang kripto dan valuta asing sangat cepat, berubah-ubah hanya dalam hitungan detik.
Fluktuasinya jauh lebih tinggi ketimbang fluktuasi harga saham. Harga mata uang kripto dapat berubah hanya dalam sekejap mata. Biasanya, aset-aset seperti itu tidak diregulasi dengan ketat. Dengan kata lain, risiko yang dihadapi harus ditanggung sendiri oleh investor.
Walaupun demikian, penempatan dana pada uang kripto atau valuta asing dapat dianalisis secara teknikal menggunakan indikator dan pola, apakah akan bergerak ke atas atau ke bawah. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengurangi risiko. Jika serampangan membeli mata uang kripto tanpa melakukan analisis, sama saja dengan berjudi.
Karena berisiko tinggi bahkan lebih tinggi dari investasi pada saham, penempatan dana pada instrumen berisiko tinggi seperti kripto harus dilakukan dengan cermat.
Seperti membangun rumah, proses akan dimulai dari membangun fondasi, dinding, barulah atap. Karena tidak mungkin membangun sebuah rumah mulai dari atapnya dulu baru kemudian fondasi dan dinding.
Demikian pula dalam perencanaan keuangan keluarga. Jika digambarkan dengan piramida, spekulasi dan investasi berada pada susunan paling atas karena ia bak atap. Baru lapisan di bawahnya berupa dana darurat dan proteksi, seperti asuransi. Jika salah satu lapisan dilanggar, tujuan finansial tidak akan tercapai.
Tahun lalu, di tengah gelombang munculnya investor-investor baru di pasar modal, ada banyak keluhan dari mereka akibat merugi karena harga saham yang dibeli malah turun. Uang pembeliannya merupakan utang (margin) dari perusahaan sekuritas. Tindakan ini, yakni menggunakan hasil utang untuk investasi saham, sudah menyalahi susunan dalam perencanaan keuangan.
Investasi semestinya dimodali dengan uang dingin atau uang yang tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, juga bukan untuk kebutuhan jangka pendek. Misalnya, dengan penghasilan Rp 10 juta, sebanyak Rp 8 juta digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan membayar utang. Sisanya sebesar Rp 2 juta, jika belum ada rencana penggunaan, dapat untuk investasi.
Dari porsi investasi tersebut, sebaiknya tidak semuanya dispekulasikan atau ditempatkan pada instrumen yang bergejolak tinggi. Kalau toh tetap ingin berspekulasi, seberapa banyak yang bisa dialokasikan? Tentunya antara satu orang dengan lainnya berbeda, tergantung tingkat toleransi terhadap risiko serta pengetahuan dan keterampilan tentang jenis investasi yang dipilih.
Salah satu ukurannya adalah seberapa besar orang tersebut rela kehilangan uangnya dalam berinvestasi. Dengan risiko besar, berarti potensi mengalami kerugian juga besar bahkan tidak tertutup kemungkinan uang yang diinvestasikan akan lenyap.
Jika dengan potensi kehilangan uang tersebut seseorang masih dapat tidur nyenyak atau hati tidak gundah, bolehlah menempatkan dana untuk berspekulasi. Namun, jika tidak, tempatkanlah dana pada instrumen investasi lain yang risikonya lebih rendah.
Kembali ke contoh di atas. Misalnya, jika dari dana menganggur sebesar Rp 2 juta seseorang tidak keberatan jika terpaksa merugi sebesar Rp 200.000, maka dia dapat menempatkan sejumlah dana tersebut untuk berspekulasi. Misalnya, dengan membeli koin kripto atau bertransaksi valuta asing.
Mengapa banyak orang berspekulasi? Karena selain mengandung risiko tinggi, berspekulasi juga menjanjikan keuntungan yang tinggi pula. Salah satu manfaat dari berspekulasi adalah mempercepat pertumbuhan aset.
Hanya saja, spekulasi harus dibarengi dengan analisis yang baik juga penempatan dana yang tidak terlalu besar sehingga jika terjadi kerugian, dana yang hilang tidak terlalu signifikan memengaruhi total aset.