Masyarakat dan dunia menanti tindakan nyata seluruh negara ASEAN untuk mengakhiri tragedi di Myanmar, sebuah negara yang juga tinggal di ”rumah” ASEAN di Kebayoran Baru.
Oleh
Zulkifli Nasution
·3 menit baca
Rasa kagum selalu muncul apabila saya melewati gedung Sekretariat ASEAN yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran baru, Jakarta Selatan. Gedung yang memiliki dua menara ini dihubungkan oleh suatu jembatan layang. Kokoh, modern, dan megah.
Sebagai orang Indonesia ada rasa bangga bisa memiliki gedung sehebat gedung Sekretariat ASEAN. Gedung ini berfungsi sebagai ”rumah” bersama, tempat bernaung semua negara ASEAN untuk bekerja saling membantu.
Akan tetapi, rasa kecewa muncul ketika saya saksikan kondisi Myanmar sekarang ini. Rumah semegah itu sepertinya tidak berfungsi. Kekerasan melanda Myanmar sejak dua bulan lalu. Setiap hari media memberitakan korban yang terus berjatuhan.
Dalam tajuk Kompas berjudul ”Menanti Peran ASEAN soal Myanmar” (Selasa, 30/3/2021) ditulis, ASEAN belum berperan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Myanmar. Belum ada langkah signifikan. Padahal, masyarakat dan dunia menanti tindakan nyata seluruh negara ASEAN untuk mengakhiri tragedi di Myanmar, sebuah negara yang juga tinggal di ”rumah” di Kebayoran Baru itu.
Saya berharap semua negara anggota ASEAN segera menggalang langkah tegas, seperti ”rumah” ASEAN yang ”hebat” guna menghentikan kebrutalan junta Myanmar.
Zulkifli Nasution
Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Pasang Tiang
Pada Rabu (17/2/2021) pukul 12.44, saya mengajukan keberatan melalui Twitter @indiHomeCare. Tanpa izin, petugas Indihome memasang tiang persis di tengah-tengah akses masuk ke tapak (site) milik kami.
Tapak kami bukanlah tanah kosong karena sedang ada pengerjaan bangunan dan terdapat beberapa orang tukang yang bekerja di sana.
Keberatan kami melalui jalur Twitter di atas ditangani oleh agen bernama Alya dengan nomor tiket IN90913073. Ia meminta kami menunggu konfirmasi dan tindak lanjut.
Sebulan kemudian, dengan rekomendasi seorang teman, kami mengajukan permintaan untuk menggeser tiang itu (saat ini baru satu pelangggan) ke e-mail cs@telkomsel.co.id pada Senin (22/3) lengkap dengan koordinat lokasi dan foto tapak kami.
Jumat (26/3), kami tanyakan lagi tindak lanjutnya. Selama itu belum ada tindakan ataupun kontak dari pihak Indihome kepada kami. Bahkan, sampai surat ini disusun, belum juga ada balasan.
Tiang itu menutup akses masuk kami dan tentunya menghambat proses pembangunan kami. Dengan surat ini, semoga ada jalan keluar dari pihak Telkomsel atau Indihome atas masalah ini.
Evi Kusuma Wijayanti
Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta
Layanan Pascabayar
Saya adalah pelanggan pascabayar IM3 Indosat dengan nomor 081570037xx atas nama suami. Pada 3 Februari 2021, saya menghubungi CS 185 untuk mengubah paket pascabayar (nomor laporan 1-53282298283) dari Rp 200.000 per bulan menjadi Rp 50.000 per bulan.
CS menyarankan saya tidak menggunakan paket tersebut lebih dahulu supaya tidak ada pemakaian di luar paket. Permintaan aneh, tetapi saya ikuti dengan beli paket tambahan.
Ternyata tagihan paket tersebut tidak juga diubah pada Maret 2021. Anehnya di aplikasi MyIM3 tidak ada kuota Rp 200.000 seperti sebelumnya. Dengan kata lain, tagihan masih mengikuti paket lama, tetapi kuota tidak ada. Sementara kuota paket baru tidak didapat sehingga saya harus membeli kuota tambahan.
Apakah seperti ini cara Indosat memperlakukan pelanggan pascabayar loyal?
Begitu rumitkah mengubah paket berlangganan pascabayar? Saya sudah menghubungi juga CS via Whatsapp pada 30 Maret 2021, tetapi tetap tidak ada kepastian.
M Evianti ST
Jl Jingganagara, Kotabaru Parahyangan
”Swab” Antigen Peserta SBMPTN
Pada 27 Maret 2021, putri saya mendaftar SBMPTN. Ketika memilih pusat UTBK, tinggal UTBK di Bandung, padahal kami di Bekasi. Terbayang biaya transportasi dan penginapan saat tes nanti.
Lalu beredar berita mengenai pusat UTBK di UI dan IPB yang mewajibkan tes swab antigen kepada peserta. Kami berharap pusat UTBK di Bandung tidak mewajibkan tes mengingat beban biaya peserta akan semakin besar. Kalaupun harus tes, sebaiknya ditanggung penyelenggara.
Jika tetap harus ditanggung sendiri, saya usul menggunakan GeNose saja yang jauh lebih murah.