logo Kompas.id
OpiniNyadran 2021
Iklan

Nyadran 2021

Sejarah ada dalam kita, begitu pandangan saya yang dipengaruhi oleh teks sastra. Sejarah saya adalah sejarah anak desa. Tidak ”up to date”. Apa-apa serba pelan.

Oleh
Bre Redana
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/R9ioELiuNLKiGL9--c9-1fEteZc=/1024x872/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210417-Ilustrasi-Udarasa-11_Nyadran-2021_1618586536.jpg
DIDIE SW

Didie SW

Terus terang judul ini pernah saya pakai di rubrik ini empat tahun lalu. Saya memang mempunyai kebiasaan pulang kampung setiap menjelang Ramadhan. Ziarah ke makam keluarga dan leluhur. Orang Jawa menyebutnya ”nyadran”.

Tradisi nyadran konon diwarisi dari zaman Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Raja Hayam Wuruk memerintahkan Mahapatih Gajah Mada untuk menyelenggarakan upacara untuk menghormati arwah nenek Hayam Wuruk, Gayatri Rajapatni. Dicatat dalam Nagara Kertagama, inilah upacara penghormatan arwah terbesar dalam sejarah Majapahit. Namanya Srada, di kemudian hari menjadi nyadran.

Editor:
sariefebriane
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000