Berdasarkan hasil riset, pola pengeluaran rumah tangga mengalami pergeseran pada bulan Ramadhan. Pada umumnya, pos belanja makanan akan meningkat tajam diikuti dengan pos belanja pribadi dan hadiah.
Oleh
Prita Hapsari Ghozie
·4 menit baca
Tidak terasa, saya menyapa lagi pembaca Kompas yang budiman dalam tulisan tentang cara mengatur keuangan pada bulan Ramadhan. Meskipun hampir selalu dibahas setiap tahun, khusus tahun ini, bakal masih cukup menantang bagi banyak orang. Oleh karena itu, saya merasa perlu untuk kembali berbagi agar keuangan rumah tangga tetap aman hingga menjelang Lebaran.
Pada bulan Ramadhan, pengeluaran keuangan baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang umumnya membengkak. Berdasarkan hasil riset, pola pengeluaran rumah tangga mengalami pergeseran pada bulan Ramadhan. Pada umumnya, pos belanja makanan akan meningkat tajam diikuti dengan pos belanja pribadi dan hadiah.
Tahun ini, ditambah lagi pengeluaran untuk mematuhi protokol kesehatan, seperti masker, sabun cuci tangan, penyemprot antiseptik, serta kemungkinan kebutuhan untuk tes swab. Sebagai kompensasi, banyak orang yang menunda untuk berinvestasi pada bulan ini. Bahkan, tidak jarang juga yang mengambil solusi meminjam akibat lebih besar pengeluaran daripada penghasilan.
Lalu, bagaimana seharusnya pembagian pos-pos pengeluaran pada bulan Ramadhan? Sebenarnya sama saja dengan 11 bulan lainnya. Penghasilan dari gaji ataupun usaha digunakan untuk biaya hidup selama 1 bulan. Pengeluaran untuk rutin rumah tangga, makan sahur, ataupun berbuka puasa seharusnya tetap mengikuti anggaran bulanan normal. Adapun pengeluaran untuk Lebaran ataupun sedekah lainnya, sebaiknya diambil dari penghasilan tunjangan hari raya.
Pertama, membuat anggaran untuk satu bulan ke depan. Penghasilan bulan April harus dicukupkan untuk alokasi selama bulan April-Mei 2020. Apabila penghasilan Anda mencapai angka puluhan juta rupiah, pembagiannya menjadi 5 persen untuk zakat dan sedekah, 10 persen untuk dana darurat dan premi asuransi, 60 persen untuk biaya hidup dan cicilan, 15 persen untuk tabungan dan investasi, serta 10 persen untuk tambahan gaya hidup Ramadhan. Jika penghasilan masih mendekati UMP, saya sarankan pembagiannya hanya 75 persen untuk berbagai komitmen hidup, dan 25 persen untuk alokasi dana berjaga-jaga yang akan digunakan juga untuk keperluan hidup bulan ini.
Kedua, pengeluaran rutin bulanan. Meski dibayarkan pada bulan Ramadhan, biaya listrik, uang sekolah anak, dan lainnya tetap harus dikeluarkan seperti biasa. Oleh sebab itu, usahakan untuk tidak menggunakan alokasi ini untuk pengeluaran lainnya. Saya sangat sarankan untuk segera memisahkan alokasi pengeluaran rutin bulanan dalam rekening yang terpisah dengan kebutuhan lebaran ataupun tambahan kenikmatan pada bulan Ramadhan.
Ketiga, antisipasi pengeluaran tak terduga lebih awal. Bagi rumah tangga, kenaikan harga bahan makanan ataupun pengeluaran lain sering dijadikan alasan bengkaknya pengeluaran. Padahal, jika hal ini terjadi setiap tahun, seharusnya sudah dapat diantisipasi lebih awal. Khusus pada Ramadhan, rumah tangga dapat memperbesar pos pengeluaran insidental dari semula 10 persen menjadi 20 persen dari penghasilan. Dana ini sebaiknya dialokasikan di tabungan yang terpisah dengan rekening operasional harian.
Keempat, kiriman atau hampers. Meski silaturahmi memang harus dijaga karena protokol kesehatan, kesehatan keuangan Anda juga tetap harus prima. Saya sarankan agar alokasi hingga 20 persen dari gaji dapat digunakan untuk pos ini. Misalkan, gaji Anda sebesar Rp 10 juta, bujet untuk tanda kasih menjadi sebesar Rp 2 juta. Jika dibagi dalam 4 minggu, setiap minggunya Anda punya jatah untuk mengirimkan paket atau hampers Ramadhan sejumlah Rp 500.000. Silakan atur dari alokasi ini dan belilah paket yang sesuai dengan kemampuan finansial. Alternatif lain, membuat sendiri paket kiriman.
Kemudahan pesan daring dan berbagai promo dompet elektronik memang kerap menggoda terjadinya bocor halus dalam bujet rumah tangga. Oleh sebab itu, saya sarankan hanya mengisi saldo dompet elektronik 1 kali pada awal bulan dan mengelola promo untuk pembelian berikutnya. Upayakan tidak tergoda untuk mengambil fasilitas pembayaran cicilan bahkan pembayaran di belakang.
Kelima, tabungan dan investasi. Tambahan alokasi untuk dana darurat dan dana gaya hidup khusus di bulan Ramadan memang terpaksa diambil dari alokasi tabungan dan investasi bulan ini. Namun, jika memiliki kemampuan untuk menyisihkan lebih, penghasilan bulanan tetap dialokasikan untuk pos investasi. Salah satu alternatifnya dengan mengambil dari biaya hidup yang mungkin tidak perlu sebesar normal. Meski hanya Rp 100.000, tetapi usahakan agar disiplin berinvestasi tidak dilupakan. Alternatifnya, Anda bisa langsung alokasikan 10 persen dari THR untuk menambah porsi tabungan dan investasi.
Bagaimana dengan berutang untuk pengeluaran Ramadhan? Mengambil pinjaman untuk keperluan konsumtif bukanlah hal yang bijaksana. Pahami bahwa Anda tidak memiliki kepastian pada masa depan dalam pembayaran pinjaman dana tunai tersebut. Konsep ini sedikit berbeda dengan pinjaman untuk membeli rumah ataupun kendaraan, di mana ada agunan yang bisa dijual bilamana terjadi kredit macet.
Pengelolaan keuangan pada bulan Ramadhan yang baik seharusnya dapat membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi setiap rumah tangga, baik itu karyawan maupun pekerja lepas dan pengusaha. Setiap keputusan pembelian dan pinjaman sebaiknya diambil secara bijak bukan atas dasar nafsu belaka. Bagaimanapun esensi dari berpuasa pada bulan Ramadhan adalah menahan diri dari hawa nafsu duniawi.