Ramadhan pada era sebelum pandemi selalu kita jalani dengan semarak. Tahun ini, meski tampak ada pelandaian kasus positif, kita diingatkan agar jangan lengah. Pemerintah pun mengeluarkan larangan mudik.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Ibadah puasa Ramadhan 1442 Hijriah yang kita awali, Selasa (13/4/2021), masih berlangsung dalam suasana pandemi Covid-19. Insya Allah ini bukan penghalang.
Ramadhan pada era sebelum pandemi selalu kita jalani dengan semarak. Banyak acara buka bersama, yang tentu bertujuan baik, untuk mempererat silaturahmi. Shalat Tarawih bersama juga untuk kebersamaan. Semua berpuncak pada perayaan Idul Fitri, yang disertai tradisi mudik yang fenomenal itu.
Tahun ini, meski tampak ada pelandaian kasus positif, kita diingatkan agar jangan lengah. Pemerintah pun mengeluarkan larangan mudik pada 6-17 Mei 2021, dengan persiapan pencegatan dan penyekatan ketat sambil melarang beroperasinya transportasi darat, laut, dan udara di puncak hari raya, kecuali bagi mereka yang mempunyai izin khusus.
Kita terima semua kebijakan pembatasan itu dengan kesadaran kewargaan penuh. Semua itu dimaksudkan agar penularan tak merebak lagi, yang konsekuensi ekonominya bisa kian dalam, ditandai dengan meningkatnya jumlah warga miskin, kehilangan pekerjaan, kesulitan hidup, dan kesulitan penanganan kesehatan lagi.
Mari kita fokuskan diri untuk beribadah, menyucikan diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mengharap rida dan ampunan. Kekhusyukan ibadah kita tingkatkan dengan tadarus, mendalami kandungan kitab suci Al Quran, beritikaf (berdiam di masjid, mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi sementara urusan dunia), dengan mematuhi protokol kesehatan. Pada saat bersamaan, kita juga berharap Ramadhan menjadi bulan yang selain magfirah (penuh ampunan), juga berkah. Seperti diuraikan Prof Azyumardi Azra di harian ini, Senin (12/4/2021), dengan berkah kehidupan jadi lebih bermakna. Berkah adalah kebaikan yang selalu bertambah.
”Orang yang hidupnya berkah selalu memberi kebajikan bagi masyarakat, kemanusiaan, dan alam lingkungan,” tulis Azyumardi. Tanpa berkah, kehidupan menjadi kering, tanpa makna, kosong dari kebajikan hakiki yang maslahat bagi dirinya, umat manusia, negara-bangsa, kemanusiaan dan ekosistem lebih luas. Keberkahan kita sadari tak datang sendiri dan sekali jadi. Itu sebabnya, bulan suci Ramadhan datang setiap tahun karena upaya mendapatkan keberkahan setiap kali perlu disegarkan, disempurnakan. Kehidupan modern, selain memberi sisi baik, juga membuka peluang kekhilafan.
Satu hal juga ingin kita tekankan, pandemi yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini banyak menggerus kemampuan ekonomi banyak saudara sebangsa se-Tanah Air. Kita yakin, puasa Ramadhan kita akan kian mendapatkan makna berkahnya tatkala kita mengiringi puasa dengan menyantuni keluarga, kerabat, dan teman yang peri-kehidupannya menjadi sulit gegara pandemi. Hal ini kita garis bawahi karena pada dasarnya Ramadhan adalah juga bulan untuk memberi.
Mari terus kita tingkatkan keimanan, ketakwaan (habluminallah), dan hubungan baik dengan sesama (hablumminanas). Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah SWT menerima ibadah kita.