Kepergian Pangeran Philip menimbulkan kehilangan besar, tetapi Inggris yang tetap percaya pada monarki harus terus memandang ke depan, berjalan bersama dunia yang senantiasa berubah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kepergian Pangeran Philip, suami Ratu Inggris Elizabeth II, meninggalkan duka bagi warga kerajaan itu. Kepergiannya terjadi saat dunia memasuki babak baru.
Pangeran Philip wafat pada Jumat (9/4/2021) dalam usia 99 tahun. Hampir satu abad ia mengarungi hidup, dengan 73 tahun di antaranya menjadi suami dari Elizabeth II, dan 69 tahun mendampingi istrinya sebagai kepala negara Inggris.
Ia berada di sisi istrinya kala Inggris dan dunia menginjak fase akhir kolonialisme. Wilayah jajahan Inggris menjadi negara merdeka seusai Perang Dunia II. Seiring dengan itu, dunia memasuki era persaingan Blok Barat dengan Blok Timur. Uni Soviet memimpin Blok Timur, sementara Amerika Serikat (AS), sebagai kekuatan raksasa pasca-PD II, menjadi ”pemimpin” Blok Barat, dengan Inggris di dalamnya.
Eropa yang porak-poranda akibat PD II pelan-pelan membangun diri dan membentuk ikatan di antara negara-negara di benua itu. Tujuan pembentukan ikatan ini ialah mencegah konflik di antara kekuatan-kekuatan di Eropa, yang terjadi sejak berabad-abad silam dan memuncak pada PD II.
Uni Eropa (UE) pun muncul sebagai kekuatan penting. Perdagangan tanpa hambatan di antara anggotanya serta ”pemerintahan supra-nasional” berhasil diwujudkan. Namun, dunia terus berputar, dan masih di era Elizabeth II, Inggris memutuskan untuk meninggalkan UE (Brexit). Keputusan hengkang diambil Inggris saat penduduk negara-negara Eropa menua dan pusat pertumbuhan beralih ke Asia Pasifik. China kini menjadi kekuatan raksasa, pesaing utama AS. Situasi sekarang bisa jadi mirip pada beberapa abad silam saat AS bersaing dengan Inggris yang masih merupakan kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang besar.
Perjalanan penuh dinamika yang dijalani Inggris itu tentu bukan hal mudah bagi Elizabeth II, apalagi ada kompleksitas internal kerajaan yang menambah rumit situasi. Ratu Inggris pun memerlukan sosok kokoh nan setia di sisinya. Seperti pernah disampaikan Elizabeth II, Pangeran Philip telah memberikan kekuatan saat dirinya menghadapi masa-masa tak mudah. Film seri The Crown di Netflix ikut menggambarkan peran Pangeran Philip, termasuk pengorbanannya, sebagai pendamping Elizabeth II.
Sosok Pangeran Philip yang lekat begitu lama dengan Kerajaan Inggris membuat kepergiannya terasa sebagai kehilangan besar bagi warganya. Dilaporkan The Guardian, warga sedih dengan kepergian Pangeran Philip. Ada sesuatu yang hilang, mengingat mereka seumur hidup menyaksikan Pangeran Philip mengisi hari-hari Kerajaan Inggris.
Toh, tak ada manusia sempurna. Demikian pula Pangeran Philip yang dikenal berkali-kali membuat pernyataan yang memicu respons kurang menggembirakan. Namun, tetap saja, jasa Pangeran Philip begitu besar bagi kerajaan.
Kepergiannya menimbulkan kehilangan besar, tetapi Inggris yang tetap percaya pada monarki harus terus memandang ke depan, berjalan bersama dunia yang senantiasa berubah.