logo Kompas.id
OpiniFilm dan Kebangsaan Kita
Iklan

Film dan Kebangsaan Kita

Film perlu difungsikan secara politis dalam pengertian yang lebih positif; bukan alat propaganda, melainkan cara untuk menyatakan keragaman kita di tengah berbagai ancaman yang semakin nyata terhadap kebinekaan.

Oleh
PURNAWAN ANDRA
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hrYxXDM6udI0zjOsqGjLMHCMY50=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F03%2F20190329_141331_1553863006.jpg
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR

Pendongeng PM Toh menceritakan sejarah film Indonesia pada peringatan Hari Film Nasional Ke-69 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (29/3/2019).

Presiden BJ Habibie melalui Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1999 menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Meski telah lewat, mempercakapkan film nasional tetap terasa aktual. Peringatan Hari Film Nasional sendiri didasarkan pada momen hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa (1950) (selanjutnya ditulis Darah) karya Usmar Ismail yang menceritakan perjuangan, tidak hanya melawan penjajah Belanda, tetapi juga ancaman persatuan bangsa.

Darah menjadi penting karena film ini menyampaikan pandangannya terhadap kemerdekaan secara kritis lewat drama percintaan ber-setting cerita hijrahnya Pasukan Siliwangi. Pilihan ini mendorong gairah heroisme publik yang lebih besar sebagai respons atas ide besar tentang Indonesia.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000