Google Translate menembus sebuah pencapaian dengan mendapatkan 1 miliar pengguna. Beberapa model bisnis diterapkan pada Google Translate untuk meraup keuntungan.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Awal pekan ini aplikasi Google Translate membuat capaian. Setelah sekian tahun bergulat dengan perbaikan penerjemahan, aplikasi ini telah diunduh sebanyak satu miliar pengguna di PlayStore. Mesin ini bekerja menerjemahkan sebanyak 100 miliar kata setiap hari. Kita bertanya, bagaimana dengan model bisnis yang dijalankannya?
Sejumlah media melaporkan pencapaian Google Translate. Aplikasi ini mampu menerjemahkan sebanyak 108 bahasa di dunia. Awalnya banyak orang menghina kerja dari mesin yang satu ini. Kualitas penerjemahan yang buruk, beberapa kata janggal, dan juga susunan kalimat terasa aneh untuk beberapa bahasa terutama bahasa-bahasa non-Eropa.
Google Translate diluncurkan pada tahun 2006. Tujuan mereka adalah menghilangkan halangan bahasa dan membuat dunia makin bisa diakses oleh semua. Awalnya hanya melayani penerjemahan dua bahasa saja, tetapi kini telah berkembang hingga banyak bahasa bisa diterjemahkan oleh mesin berbasis kecerdasan buatan ini.
Ada perkembangan menarik terkait dengan penggunaan aplikasi penerjemahan ini. Dalam laporan tahun 2006, para pengguna banyak menggunakan fungsi penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Spanyol, Arab, Rusia, Portugis, dan Indonesia. Orang Indonesia termasuk lima besar pengguna layanan ini. Awalnya memang banyak keluhan dengan kemampuan mesin ini karena hasil penerjemahan kerap kacau.
Akan tetapi, sekarang keluhan itu makin berkurang. Penerjemahan mereka makin baik karena input dari para pengguna. Pada tahun 2016 saja ada 3,5 juta oran yang mau memberi input dengan 90 juta kontribusi perbaikan. Mereka juga mengusulkan penambahan bahasa, melakukan kajian penerjemahan, memvalidasi hasil penerjemahan, dan membuat rekomendasi penerjemahan. Google menyebut mereka sebagai komunitas penerjemahan.
Berbagai input dan rekomendasi membuat mesin penerjemahan itu mampu memperbaiki diri sehingga kualitas penerjemahan makin lama makin baik. Bahkan, aplikasi ini bisa digunakan dalam kondisi tidak terkoneksi dengan internet, mampu membuat pengucapan nama-nama asing, dan mempunyai fitur penerjemahan dengan menggunakan kamera. Pengguna terus bertambah banyak karena mendapat pengalaman yang nyaman dengan aplikasi itu.
Apa yang didapat dari aktivitas penerjemahan? Secara umum pengelola Google Translate bisa mengetahui sebuah peristiwa yang tengah menjadi perhatian publik dan juga tren tertentu. Saat orang mulai marak melakukan ”selfie” beberapa tahun lalu Google Translate bisa mengetahui tren itu. Saat orang ramai membicarakan film drama musikal Purple Rain, Google Translate bisa mengetahuinya karena penerjemahan orang tentang Purple Rain melonjak 25.000 persen.
Orang kemudian banyak bertanya, bagaimana Google Translate mendapatkan uang? Mereka ingin mengetahui secara persis model bisnis yang dikembangkan di dalam Google Translate. Awal semua dari bisnis mereka adalah pengguna merasa nyaman dengan aplikasi itu dan mereka mau terlibat memperbaiki aplikasi ini. Google Translate menjadi contoh aplikasi yang mudah berkembang karena keterlibatan pengguna sehingga tanpa sadar pengguna memberikan kontribusi besar bagi pengembangan aplikasi itu.
Model bisnis Google Translate tidak diketahui secara jelas, tetapi banyak diskusi di berbagai laman tentang cara mereka mendapatkan uang. Sejauh ini tidak ada yang bisa memastikan cara mereka mendapatkan uang, tetapi sebenarnya berbagai analisis tentang cara mereka mendapatkan uang sangat masuk akal dan pasti beberapa di antaranya memang dipakai Google. Pengguna mungkin tidak perlu membayar hingga saat ini, tetapi aktivitas pengguna menggunakan Google Translate menjadi informasi yang sangat berguna bagi pengelola.
Google Translate kemungkinan menjual Application Programming Interface (API) mereka ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan perangkat penerjemahan. Kekuataan aplikasi itu dengan banyak bahasa dan juga kemampuan penerjemahan makin baik maka memudahkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan fasilitas itu. Pengembang aplikasi dengan orientasi pasar global mungkin lebih memilih mereka dibanding membangun fasilitas penerjemahan sendiri untuk menjangkau pasar di sejumlah negara.
Ada juga yang menduga Google Translate pada masa depan akan mengenakan biaya untuk penerjemahan berkualitas. Untuk layanan penerjemahan dasar mungkin mereka masih menggratiskan alias pengguna tidak perlu mengeluarkan uang, tetapi ketika mereka hendak menerjemahkan teks dengan kategori kompleks dan panjang, maka mungkin pengguna harus mengeluarkan sejumlah uang.
Kemungkinan pemasangan iklan di aktivitas penerjemahan juga akan menjadi sumber keuangan Google Translate. Saat seseorang ingin menerjemahkan semisal komentar tentang restoran dengan bahasa lokal ke dalam bahasa Inggris, pada saat yang sama iklan tentang restoran atau makanan bisa dipasang di fasilitas penerjemahan. Orang juga mungkin akan diarahkan ke sejumlah restoran yang membayar iklan di Google Translate.
Beberapa tahun lalu, kalangan bisnis memperdebatkan penggunaan Google Translate. Mereka mengakui bahwa fasilitas penerjemahan bisa mengurangi pengeluaran, tetapi mereka ragu dengan kualitas penerjemahan. Mereka beranggapan aplikasi itu lebih cocok dengan orang-orang yang berkecimpung di dunia perjalanan. Mereka beranggapan penerjemahan tidak bisa digantikan oleh mesin. Beberapa kritik juga dilontarkan dari beberapa profesi.
Meskipun demikian, dengan perkembangan saat ini, fasilitas penerjemahan kemungkinan makin banyak diterima terutama untuk penerjemahan singkat, saat di perjalanan, dan ketika pengeluaran biaya harus diperketat. Google Translate akan dipergunakan ketika kita pernah mempunyai pengalaman menggunakan atau akrab dengan bahasa target sehingga kita bisa mengukur akurasinya. Di luar itu, beberapa menyarankan agar tetap menggunakan jasa penerjemahan profesional, terutama bila penerjemahan mengandung informasi personal atau penting.