Strategi Menghadapi Pasar Saham yang Tengah ”Sideways”
Pada masa ”sideways”, sebagian investor dan ”trader” memilih mengurangi transaksi dan sejenak ”wait and see” sembari memantau situasi. Sembari menunggu, mereka dapat mencermati saham-saham yang berada di area ”support”.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Setelah indeks melemah akibat tekanan pandemi Covid-19 pada Maret 2020, harga saham sebenarnya tidak selamanya melemah. Setelah harga turun dan pemerintah mengeluarkan banyak insentif untuk mengatasi pandemi, para investor kembali membeli saham. Perlahan harga saham pun meningkat.
Kenaikan harga saham pada tiga bulan terakhir 2020 cukup kencang. Para investor baru menikmati kenaikan harga saham tanpa harus bekerja terlalu keras dalam menganalisis saham dan menentukan kapan beli jual saham. Ibaratnya, ditinggal tidur pun harga saham akan naik. Cuan sudah di tangan.
Sayangnya, pasar saham tidak selamanya selalu naik. Pada pertengahan Januari 2021, harga saham yang sudah tinggi perlahan menurun. Para investor yang semula terlena bergelimang keuntungan mendadak terbangun dari mimpi indahnya. Harga saham di berbagai sektor melemah. Bahkan, tidak sedikit saham yang mengalami auto reject bawah (ARB) selama berhari-hari.
Secara umum, ada tiga jenis tren di pasar, yaitu naik (uptrend), turun (downtrend), dan tidak ada tren (sideways atau konsolidasi). Tren dikatakan naik jika harga saham mencetak harga penutupan lebih tinggi dari sebelumnya, lalu lebih tinggi lagi pada hari selanjutnya, dan seterusnya berkali-kali.
Puncak-puncak harga penutupan yang dicapai hari demi hari lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya. Demikian pula dengan lembah-lembah yang terbentuk. Hari demi hari lebih tinggi dari sebelumnya.
Sebaliknya, jika sedang dalam tren turun, puncak-puncak dan lembah-lembah yang terbentuk akan semakin rendah dan semakin dalam dari waktu ke waktu.
Jika tren tidak menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan, berarti sedang sideways. Fase ini menunjukkan pasar berganti dari bullish menjadi sideways atau dari uptrend menjadi konsolidasi, dan sebaliknya dari downtrend menjadi sideways. Rentang pergerakan harga tidak terlalu jauh.
Pasar mengalami fase sideways ketika berada dalam proses mencari area pergerakan harga yang baru setelah mengalami patah tren. Setelah Januari 2020, tren kenaikan harga saham patah sehingga pasar bergerak ke fase sideways atau konsolidasi. Tidak ada yang dapat memastikan sampai berapa lama fase ini akan berlangsung.
Biasanya, setelah fase ini tercapai, harga saham akan memberikan kepastian arah, turun atau naik. Salah satu tanda terjadinya fase sideways adalah penurunan nilai rata-rata transaksi harian. Dari sekitar Rp 20 triliun nilai transaksi harian pada Desember 2020, pada Februari 2021 hanya sebesar Rp 12 triliun-Rp 16 triliun saja.
Investor dan trader sebaiknya mewaspadai fase sideways ini. Cuan besar biasanya akan sulit diperoleh dibandingkan ketika pasar sedang bullish. Cuan tipis-tipis masih bisa diperoleh, tetapi ada baiknya segera direalisasikan karena harga akan bergerak naik turun secara cepat dalam kisaran yang sempit.
Seperti petani yang menggarap sawah, ia akan mengistirahatkan sawahnya sejenak setelah panen raya agar dapat menghasilkan kembali padi yang bagus di musim panen mendatang. Bagaimana dengan penghasilan petani? Hasil dari panen sebelumnya dapat digunakan untuk menghidupi masa-masa kering seperti ini. Demikian pula dengan investor dan trader.
”Wait and see”
Pada masa sideways, sebagian investor dan trader memilih mengurangi transaksi dan sejenak wait and see sembari memantau situasi. Strategi perdagangan cepat dalam jangka pendek masih dapat dilakukan ketika pasar sedang sideways. Demikian pula dengankeuntungan yang masih dapat didulang meski lebih sulit dibandingkan saat fase naik.
Lalu, pada masa seperti ini, apa yang penting untuk ditunggu? Laporan keuangan emiten untuk kuartal keempat 2020, karena dapat menjadi katalis yang mendorong kenaikan harga saham. Saat ini, satu per satu emiten mulai mengeluarkan hasil kinerjanya.
Sembari menunggu, investor dan trader juga dapat mencermati saham-saham mana saja yang sudah berada pada area support-nya. Biasanya, saham yang sudah lama berada di bawah akan memantul ketika arah pasar berbalik.
Tentu harus bersabar sebentar, menunggu arah saham lebih jelas lagi. Kesabaran akan membuahkan hasil yang sepadan.