Perjalanan relasi Indonesia-Jepang melewati berbagai masa. Perubahan dihadapi mereka, mulai dari era Perang Dingin Uni Soviet-Amerika Serikat hingga era sekarang yang ditandai persaingan China-AS.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Bagi Jepang, Indonesia adalah salah satu mitra penting. Posisi penting ini tak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari aspek keamanan dan geopolitik.
Pertemuan 2+2 antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Jepang pada Selasa (30/3/2021) di Tokyo menunjukkan hal itu. Dalam pertemuan itu, Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, sedangkan Jepang diwakili Menlu Toshimitsu Motegi dan Menhan Nobuo Kishi.
Tidak semua negara memiliki kerangka pertemuan 2+2 dengan Jepang. Ditulis Nikkei Asia, Indonesia merupakan satu dari tujuh negara yang menjadi mitra dialog 2+2. Dari 10 anggota ASEAN, Indonesia adalah satu-satunya. Pertemuan 2+2 disebut sebagai kerangka penting untuk membahas kerja sama keamanan secara komprehensif. Terakhir kali RI bertemu Jepang dalam format 2+2 pada Desember 2015.
Lebih dari 60 tahun Indonesia dan Jepang menjalin hubungan bilateral. Berbagai perusahaan Jepang berinvestasi di Indonesia dan membantu RI menjadi eksportir. Negara itu tercatat sebagai salah satu investor terbesar di Tanah Air. Hubungan budaya keduanya juga terjalin baik. Komunitas warga Jepang sudah lama hidup di Indonesia. Bagi rakyat Indonesia, produk budaya Jepang, seperti film, sudah tak asing lagi.
Perjalanan relasi kedua negara melewati berbagai masa. Perubahan dihadapi mereka, mulai dari era Perang Dingin Uni Soviet-Amerika Serikat (AS) hingga era sekarang yang ditandai persaingan China-AS. Maka, tidak berlebihan kiranya menempatkan pertemuan 2+2 dalam konteks situasi yang diwarnai kebangkitan China berkat pembangunan negara itu selama beberapa dekade terakhir. Isu Laut China Selatan menjadi salah satu perhatian para menteri dalam pertemuan 2+2 antara RI dan Jepang.
Seiring dengan pernyataan keprihatinan terhadap upaya unilateral untuk mengubah status quo di Laut China Selatan, Jepang dan RI membahas usulan Tokyo mengenai pembangunan Laut Sulu dan Laut Sulawesi yang berada di antara Filipina dan Indonesia. Seperti dilaporkan Nikkei Asia, proposal itu meliputi pembangunan infrastruktur serta bantuan kemampuan surveilans terorisme serta pembajakan di laut. Indonesia dan Jepang menyepakati pula transfer peralatan serta teknologi pertahanan sehingga memungkinkan ekspor instrumen penunjang bagi kapal penjaga perairan.
Kerja sama ini tentu mendapat perhatian dari China. Artikel ”China will counteract against attempts to stir up South China Sea issues” di media negara itu, Global Times, menulis, setelah aktif melakukan diplomasi regional dan global, Tokyo kemungkinan akan melakukan lebih banyak pembicaraan 2+2 dengan pihak lain guna mencapai tujuan diplomatiknya.
Di tengah perkembangan regional dan global yang dinamis, Indonesia yang juga bermitra secara baik dengan China memahami tantangan yang muncul. Kepentingan nasional RI tentu selalu menjadi dasar dalam bersikap serta bertindak.