Manfaat Imunisasi di Masa Pandemi
Pemerintah tidak pernah menganjurkan masyarakat sebelum atau sesudah imunisasi melakukan pemeriksaan antibodi untuk menetralkan SARS-CoV-2.
Saya mempunyai dua anak, laki-laki usia tiga tahun dan perempuan berusia satu tahun. Saya melaksanakan imunisasi anak saya ke dokter spesialis anak dekat rumah. Rumah sakit tempat dokter spesialis anak tersebut buka hari Sabtu dan melayani imunisasi. Jadi, saya dapat membawa anak saya tanpa harus meminta izin dari kantor. Kedua anak saya tumbuh dengan cepat. Sebagai seorang ibu saya gembira anak saya sehat.
Saya memahami pentingnya seribu hari pertama dalam kehidupan anak akan banyak menentukan pertumbuhan anak sampai dewasa nanti. Saya mengamalkan ASI eksklusif untuk kedua anak saya meski saya harus menyimpan ASI jika saya harus ke kantor.
Saya punya asisten rumah tangga yang berpendidikan SMU meski putus sekolah di kelas dua. Dia senang belajar dan membaca sehingga memahami bagaimana membantu saya merawat kedua anak saya, terutama saat saya harus bekerja. Kemampuan itu juga penting untuk masa depannya jika kelak dia menjadi seorang ibu.
Jika membaca laporan Kementerian Kesehatan, masih banyak yang harus dilakukan agar program imunisasi yang disediakan pemerintah mencapai cakupan yang diharapkan. Memang sudah ada beberapa provinsi yang mencapai cakupan tinggi, tetapi beberapa provinsi lain cakupannya masih rendah. Kita tentu ingin seluruh bayi dan anak Indonesia mendapat imunisasi agar terhindar dari penularan penyakit.
Pemerintah telah menyediakan layanan imunisasi di puskesmas atau posyandu dan layanan itu dapat dinikmati gratis. Ibu yang bekerja seperti saya juga dapat memilih layanan swasta. Kita berharap semua anak di Indonesia memperoleh hak mereka mendapatkan imunisasi. Sekitar empat tahun lalu masyarakat heboh karena ada kejadian luar biasa difteri. Anak-anak yang terinfeksi difteri meningkat tajam. Menurut para pakar kesehatan, kejadian luar biasa tersebut dapat timbul karena cakupan imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) kita di beberapa daerah masih rendah.
Imunisasi tidak hanya menjadi tugas para tenaga kesehatan, tetapi juga didukung penuh oleh masyarakat secara luas. Bahkan, menurut saya, seharusnya masyarakat menyadari hak mereka untuk memperoleh imunisasi bagi bayi dan anak mereka. Mereka harus menuntut jika program imunisasi kurang berjalan dengan baik. Jadi, bukan tenaga kesehatan yang selalu harus mengejar-ngejar para ibu, melainkan kaum ibu harus memperhatikan apakah program imunisasi tetap berjalan dengan baik meski pada pandemi Covid-19 ini. Beberapa teman saya sesama petugas publik telah menjalani imunisasi Covid-19.
Sebagian teman saya melakukan pemeriksaan antibodi di laboratorium swasta dan ada yang bingung karena antibodinya disebut rendah. Saya tak memeriksa antibodi karena tak dianjurkan pemerintah. Bagaimana pendapat Dokter, apakah sebaiknya mereka yang sudah mendapatkan imunisasi Covid-19 melakukan pemeriksaan antibodi? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Saya senang mengetahui pendapat Anda yang amat positif terhadap imunisasi. Semoga ibu-ibu di Indonesia juga berpendapat seperti Anda. Imunisasi bermanfaat untuk mengurangi risiko penularan penyakit. Bahkan, sekarang ini beberapa penyakit dapat dilenyapkan atau dikendalikan. Penyakit cacar (variola) telah dapat dieradikasi pada tahun 1970 karena vaksinasi cacar yang dilakukan. Anda masih ingat bagaimana kita dulu melakukan Imunisasi Nasional Polio yang dicanangkan presiden. Sekarang sudah lebih dari 8 tahun negeri kita tak ada laporan kasus polio baru. Memang pernah ada laporan di Papua yang berbatasan dengan Papua Nuigini tetapi cepat dapat diredam sehingga tak menjalar ke bagian lain Indonesia.
Dalam waktu dekat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merencanakan untuk mengendalikan penyakit morbila (campak) dan rubela (campak Jerman). Anda tentu ingat pada 2017 dan 2018 kita melakukan imunisasi besar-besaran morbila dan rubela, sekitar 70 juta anak diimunisasi di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan kedua penyakit itu akan dapat dikendalikan di negeri kita.
Pada era pandemi Covid-19 ini WHO telah mengingatkan agar kegiatan program imunisasi nasional jangan sampai tertunda, apalagi terabaikan. Seperti yang Anda sampaikan, jika cakupan imunisasi menurun, berisiko terjadi kejadian luar biasa. Jika terjadi kejadian luar biasa seperti pada penyakit difteri, daerah yang mengalami kejadian luar biasa harus diulang imunisasi difterinya. Diulang pada semua anak yang menjadi sasaran imunisasi. Pada kejadian luar biasa difteri beberapa tahun lalu, pemerintah provinsi mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengulang imunisasi difteri (outbreak response immunization).
Perlu juga kita ingat tidak hanya uang dan waktu yang terbuang, tetapi juga beberapa anak kita menjadi korban penyakit, bahkan ada yang meninggal. Jadi, ibu-ibu yang merasa jadwal imunisasi anaknya sudah tiba harus segera membawa anaknya ke layanan imunisasi. Jika terlambat, susulkan secepatnya. Jangan pandemi Covid-19 ini dijadikan alasan tidak membawa anak ke layanan imunisasi.
Pemerintah tidak pernah menganjurkan masyarakat sebelum atau sesudah imunisasi melakukan pemeriksaan antibodi untuk menetralkan SARS-CoV-2. Pemerintah sedang berusaha melayani masyarakat untuk memperoleh imunisasi Covid-19 ini dengan baik dan apabila mungkin juga cepat. Sekitar 181,5 juta orang direncanakan memperoleh imunisasi Covid-19 ini, padahal yang mendapatkan suntikan sampai akhir Maret ini baru sekitar 6 juta orang. Tenaga kesehatan yang dikerahkan sudah banyak.
Lokasi penyuntikan juga diperbanyak, bahkan ada yang dibuka pada hari Minggu. Semua ini untuk memberikan masyarakat kesempatan untuk menjalani imunisasi Covid-19. Manfaat imunisasi Covid-19, baik berupa imunogenesitas (pembentukan antibodi) maupun efikasi (kemampuan melindungi dari infeksi Covid-19), telah diteliti pada uji klinik. Keamanan vaksin ini juga sudah diteliti dan dicatat dengan baik. Berdasarkan pertimbangan itulah pemerintah (dalam hal ini Badan POM) mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19 di Indonesia.
Jadi, setiap orang tidak perlu memeriksakan antibodi yang terbentuk. Pemeriksaan tersebut tidak diperlukan karena untuk melindungi tubuh kita dari infeksi, kita tidak hanya mempunyai imunitas humoral (pembentukan antibodi) tetapi juga imunitas seluler (yang agak sulit diukur). Selain itu, pemeriksaan antibodi penetral yang dilakukan sekarang ini belum distandardisasi sehingga sulit melakukan penilaian tinggi atau rendahnya.
Nah, apakah jika antibodi rendah harus dilakukan pemberian imunisasi ulangan? Belum ada suatu negara yang mempunyai kebijakan seperti itu.
Imunisasi yang dilaksanakan di seluruh dunia ini merupakan upaya kesehatan masyarakat, bukan pendekatan individu. Kita akan menyuntik 181,5 juta orang. Semua tenaga dan dana dikerahkan untuk melayani warga negara kita. Masih sekitar 175 juta lagi saudara kita yang belum diimunisasi.
Marilah kita bantu pemerintah agar kerja berat ini dapat kita laksanakan dengan baik. Jadi, seperti juga program imunisasi nasional lainnya, masyarakat tidak perlu memeriksa kadar antibodi sebelum ataupun setelah vaksinasi. Lebih baik kita jalankan protokol, kesehatan dengan baik. Semoga Anda sekeluarga tetap dalam keadaan sehat selalu.