Bantu Anak Mencapai Kekuatan Mental
Para ahli menemukan bahwa anak-anak sebenarnya tampil lebih baik ketika mereka mengetahui bahwa banyak kisah sukses dimulai dengan kegagalan. Ini akan membuat anak percaya diri.
Meskipun sebenarnya telah paham, orangtua acap kali masih bertanya hal apa yang paling utama harus diajarkan kepada anak? Kita hidup di dunia yang semakin menegangkan, karenanya marilah mencari konfirmasi pada ahlinya.
Menurut Amy Morin (2021), seorang psikoterapis, pemimpin redaksi Verywell Mind, pembicara dan penulis buku terkenal di bidang psikologi, memang ada beberapa hal yang perlu diajarkan orangtua kepada anak. Namun, hal yang benar-benar akan membantu anak menjadi diri terbaik mereka dan melewati tantangan terberat dalam hidup adalah kekuatan mental.
Dia mengatakan, kekuatan mental menuntut seseorang untuk memperhatikan tiga hal: cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak. Berpikir luas, merasa diri baik, dan bertindak berani membantu kita menumbuhkan otot-otot mental kita.
Tentu saja dibutuhkan latihan, kesabaran, dan penguatan terus-menerus untuk mencapai titik di mana kita akan melakukan hal-hal ini secara alami.
Beberapa kesalahan umum
Tracy Hutchinson (2020), seorang terapis yang sarat pengalaman klinis dan kolumnis reguler untuk Psychology Today, mengatakan bahwa para orangtua acap kali melakukan beberapa kesalahan umum dalam membesarkan anaknya. Kesalahan itu, antara lain, dijelaskan di bawah ini.
- Meminimalkan perasaan anak
Anak-anak tidak diizinkan mengekspresikan dan membicarakan emosi mereka. Saat orangtua memberi tahu anak hal-hal seperti ”jangan terlalu sedih” atau ”ini bukan masalah besar”, mereka mengirimkan pesan bahwa perasaan itu tidak penting dan lebih baik menekannya.
- Selalu menyelamatkan anak dari rasa tak nyaman dan kegagalan
Sebagai orangtua, sulit melihat anak-anaknya berjuang menghadapi tantangan yang dipandang berat. Jadi, anak tidak diberi kesempatan untuk mempelajari kegagalan, yang sebenarnya dapat mengembangkan ketekunan yang dibutuhkan untuk bangkit kembali. Orangtua cenderung melindungi anak keluar dari zona nyaman dan khawatir terjadi sesuatu apabila anak menghadapi hal baru dan sulit.
- Memanjakan anak secara berlebihan
Penelitian menunjukkan bahwa ketika orangtua memberi anak apa pun yang diinginkan, mereka kehilangan keterampilan yang berkaitan dengan kekuatan mental, seperti disiplin diri maupun pengendalian diri.
- Mengharap kesempurnaan
Orangtua ingin anak menjadi yang terbaik dalam segala hal dan acap kali harapannya kurang realistis. Padahal, dengan menetapkan standar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah harga diri dan kepercayaan diri anak.
Cara membantu
Berikut penjelasan dari Amy Morin mengenai tujuh hal yang selalu dilakukan anak-anak bermental kuat serta cara orangtua membantu anak mencapainya.
1. Memberdayakan diri sendiri
Anak-anak yang merasa berdaya tidak bergantung pada orang lain untuk merasa diri baik. Mereka, misalnya, memilih untuk berada dalam suasana hati yang cerah, bahkan ketika orang lain mengalami hari yang buruk atau mencoba untuk melampiaskan amarahnya kepada sang anak.
Buat slogan bersama anak yang menghasilkan kalimat yang dapat mereka ulangi sendiri. Gunakan kata-kata yang menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas pikiran, perasaan, dan perilaku mereka sendiri, terlepas dari apa yang dilakukan orang di sekitar mereka.
Kalimat yang paling efektif adalah pendek dan mudah diingat, seperti: ”Yang bisa saya lakukan hanyalah mencoba yang terbaik”, ”Bertindak dengan percaya diri”, ”Saya memilih untuk bahagia hari ini”.
2. Beradaptasi dengan perubahan
Pindah ke sekolah baru atau tidak bisa bermain dengan teman selama pandemi, misalnya, adalah perubahan yang sulit. Anak mungkin merindukan keadaan dulu atau khawatir yang terjadi nanti dapat memperburuk hidupnya. Anak-anak yang bermental kuat memahami bahwa perubahan dapat membantu mereka tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat meskipun awalnya mungkin tidak terasa seperti itu.
Beri nama untuk emosi yang terjadi dalam perubahan. Hanya dengan memberi nama pada perasaan, dapat mengurangi sengatan emosi ini. Faktanya, kebanyakan dari kita tidak menghabiskan cukup waktu untuk memikirkan bagaimana perasaan kita. Bahkan sebagai orang dewasa, kita cenderung memberi lebih banyak energi untuk melawan emosi kita.
Jadi, ketika anak dihadapkan pada perubahan besar, minta mereka membicarakan tentang perasaannya. Lebih penting lagi, bantu mereka menemukan dan mendefinisikan istilah yang tepat untuk menjelaskannya. Misalnya, sedih, bahagia, frustrasi, gugup, bersemangat.
3. Tahu kapan harus berkata tidak
Setiap orang berjuang untuk berbicara, mengatakan tidak, atau sesekali mengungkapkan perasaan mereka. Anak-anak sering kali kesulitan untuk mengatakan tidak, karena dapat terasa canggung dan aneh. Namun, dengan lebih sering menemukan keberanian untuk melakukannya, mereka akan menyadari bahwa hal itu semakin mudah dari waktu ke waktu. Ini juga mengurangi stres karena harus berkomitmen pada hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan.
Bantu anak menemukan keberanian untuk mengatakan tidak dengan menemukan cara-cara sopan untuk menolak seseorang, seperti: ”Maaf, saya tidak bisa”, ”Aku tidak ingin melakukannya hari ini, tapi aku menghargai permintaanmu”.
4. Mengakui kesalahan
Anak-anak sering kali tergoda untuk menyembunyikan kesalahannya karena tidak ingin mendapat masalah. Mengakui kesalahan membantu seseorang membangun karakter. Anak-anak yang cukup berani untuk mempraktikkan ini menyadari kesalahan yang mereka lakukan.
Secara mental, mereka mempersiapkan diri untuk sepenuhnya mengakui apa yang mereka lakukan. Mereka juga dilatih untuk meminta maaf dan diingatkan agar dapat mengubah lingkungan dengan cara yang akan mencegah mereka mengulangi kesalahannya.
5. Merayakan kesuksesan orang lain
Adalah wajar apabila anak-anak merasa cemburu saat temannya mendapatkan mainan baru atau saat tim lain menang dalam suatu perlombaan. Padahal, perasaan negatif terhadap orang lain hanya menyakiti mereka dan bukan pihak lain. Dorong anak untuk menyemangati orang ketika mereka berhasil. Anak-anak yang bermental kuat akan mendukung teman-teman sebayanya dan mereka fokus untuk melakukan yang terbaik tanpa mengkhawatirkan keadaan orang lain.
6. Gagal, tetapi mencoba lagi
Anak-anak yang kuat mental memusatkan perhatian mereka pada apa yang salah dan bagaimana mereka bisa memperbaikinya. Mereka memiliki pola pikir yang berkembang yang membantu mengubah kegagalan menjadi pengalaman belajar yang positif.
Para ahli menemukan bahwa anak-anak sebenarnya tampil lebih baik ketika mereka mengetahui bahwa banyak kisah sukses dimulai dengan kegagalan. Ini akan membuat anak percaya diri. Mereka akan tahu bahwa satu nilai yang buruk, misalnya, tidak berarti mereka buruk semuanya.
7. Bertahan
Anak-anak yang bermental kuat dan gigih akan terus bekerja keras bahkan ketika mereka tidak menginginkannya. Sering kali, mereka akhirnya berhasil dan menemukan bahwa mereka lebih kuat dari yang mereka duga.
Mintalah anak menulis surat yang berisi kata-kata kebaikan dan dorongan untuk diri mereka sendiri. Ini bisa berupa catatan yang panjang atau catatan singkat dan sederhana yang mengatakan: ”Saya tahu banyak hal sulit, tetapi kamu dapat melakukannya karena telah mencapai tujuan yang menantang sebelumnya dan kamu bisa melakukannya lagi.”
Setiap kali anak merasa tergoda untuk menyerah, ingatkan mereka untuk melihat surat itu, untuk memotivasi mereka tetap maju dan bertahan.