Kebijakan luar negeri Presiden AS Joe Biden adalah menyatukan aliansi lama. Koalisi atas nama demokrasi menyusun langkah demi keuntungan AS dan sekutu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pesan terkait menyatukan aliansi lama ini tertuang dalam ”Interim National Security Strategic Guidance”, Maret 2021. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J Blinken bersama Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyampaikannya kepada Yang Jiechi, Ketua Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis China, dan Menlu Wang Yi di Anchorage, Alaska, 18 Maret.
”Ketika berhadapan dengan mitra baru, Anda ingin menguji mereka dulu. Lalu, Anda menunjukkan taring,” kata Lynette Ong, pakar tentang China dari Universitas Toronto (CBC News, 20 Maret 2021). Taktik Biden dan opini sebagian kalangan di AS berpikir seakan situasi seperti 120 tahun lalu.
Pada 7 September 1901, Protokol Boxer diteken di Beijing setelah China kalah perang dari delapan negara. Pihak China diwakili Li Hongzhang, dijuluki ”Otto von Bismarck kuning”. Li tunduk pada Spanyol, Inggris, Jepang, Perancis, AS, Jepang, Kekaisaran Austria-Hongaria, Italia. Protokol meminta China ”memberi upeti” selama 38 tahun berikutnya kepada sekutu.
Sejak pelantikan 20 Januari 2021, Biden menata kembali kekuatan domestik dan sekutu. ”AS telah kembali!” pesan Biden kepada dunia. Kepada China, Biden mengatakan, ”Negara Tirai Bambu” itu wajib taat aturan dan Presiden Rusia Vladimir Putin harus membayar apa yang dia lakukan.
Biden mewarisi karut-marut peninggalan Donald Trump, utang negara 27 triliun dollar AS, krisis Covid-19, dan perpecahan.
Jangkar CGTN, Wang Guan, 21 Maret, menuturkan, kekuatan berubah. Kini AS menghadapi Presiden Xi Jinping, bukan Li Hongzhang. Xi merangkul Putin, melumuri dunia dengan Satu Sabuk Satu Jalan, mengirim vaksin ke dunia. Biden mewarisi karut-marut peninggalan Donald Trump, utang negara 27 triliun dollar AS, krisis Covid-19, dan perpecahan.
Pemerintah baru di AS umumnya tidak dicemooh para pejabat sebelumnya. Namun, Trump, mantan Menlu Mike Pompeo, termasuk televisi Fox News, mengumbar citra hebat Trump dan menyebut AS terlihat lemah di bawah Biden. Tentu saja ini isapan jempol dan sikap menyanjung diri, demikian balasan CNN kepada Fox News dan kawan-kawannya.
Agak tragis, Biden menghadapi kisruh dan radikalisasi domestik. Xi adalah pemimpin tangguh dan ditakuti di dalam negeri, berkinerja besar secara ekonomi, politik, dan inovatif.
Namun, dengan keadaan berat itu, Biden berharap bisa bersinergi dengan sekutu dan mitra, katanya. Sasaran AS adalah China dan Rusia. Tampaknya ini sulit. Sekutu dan mitra AS rapuh. Uni Eropa memiliki persoalan dengan Inggris. AS meminta Jerman memutus pemipaan migas dari Rusia, tetapi Jerman enggan memenuhinya. Italia menikmati ”guyuran ekonomi” China. Ekonomi koalisi Quad (AS, Jepang, India, dan Australia) tumbuh karena China.
Biden tak sedang berhadapan dengan Li, tetapi Xi yang mengirimkan sinyal, jangan katakan kami tidak pernah memperingatkan. ”Jangan bersekongkol,” melawan China, pesan Juru Bicara Deplu China Zhao Lijian, Kamis (18/3/2021).