Indonesia dalam posisi rentan karena pembiayaan defisit APBN didominasi utang luar negeri dan pembiayaan defisit transaksi berjalan didominasi investasi portofolio.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
DOKUMENTASI BANK INDONESIA
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan dan kebijakan makroprudensial guna mendorong pemulihan ekonomi domestik, sekaligus mengantisipasi risiko global.
Selain BI 7-Day Reverse Repo Rate (B17DRR), Bank Indonesia (BI) juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility. B17DRR 3,5 persen saat ini adalah yang terendah dalam sejarah. Dalam setahun terakhir, BI secara agresif menurunkan bunga acuan 150 basis poin guna menekan dampak pandemi ke perekonomian Indonesia.
Langkah BI ini juga merespons langkah The Fed yang sehari sebelumnya memutuskan mempertahankan suku bunga 0-0,25 persen untuk mendukung pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). AS sebagai perekonomian terbesar dan salah satu yang terparah terpapar Covid-19 diprediksi Dana Moneter Internasional (IMF) menjadi salah satu perekonomian yang pulih tercepat dan tumbuh sangat kuat tahun ini selain China. Terutama menyusul tambahan suntikan stimulus 1,9 triliun dollar AS oleh Presiden Joe Biden.
Pemulihan ekonomi global menjadi kabar baik. Pulihnya ekonomi dunia akan memicu permintaan akan barang impor dari Indonesia. Namun, normalisasi kebijakan moneter yang ditempuh AS dalam proses pemulihan ekonominya bisa membawa dampak destruktif bagi emerging markets (EM), termasuk Indonesia, jika tak diantisipasi dengan baik, seperti terjadi pada 2013 dan 2018.
DREW ANGERER/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/GETTY IMAGES VIA AFP
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersiap meninggalkan acara setelah menyampaikan sambutan di Ruang Makan Negara Gedung Putih, Senin (15/3/2021), di Washington DC. Pemerintahan Biden belum lama ini mengumumkan pemberian stimulus 1,9 triliun dollar AS.
Normalisasi suku bunga AS akan menuntun ke naiknya imbal hasil obligasi dan suku bunga di AS. Ditambah pemulihan ekonomi AS, naiknya imbal hasil obligasi dan bunga di AS ini membuat AS kian menarik bagi investor sehingga bisa memicu arus modal keluar masif dari EM, memicu krisis atau gangguan stabilitas keuangan, termasuk nilai tukar di EM.
Ekonom M Chatib Basri mengingatkan, Indonesia dalam posisi rentan karena pembiayaan defisit APBN didominasi utang luar negeri dan pembiayaan defisit transaksi berjalan didominasi investasi portofolio (Kompas, 10/2/2021). Kita tak memiliki kemewahan, seperti 2013 dan 2018, di mana pertumbuhan ekonomi masih positif sehingga masih dimungkinkan melakukan pengetatan ekonomi untuk merespons dampak yang diakibatkan oleh kebijakan The Fed.
Kebijakan pengetatan moneter dan fiskal untuk stabilisasi ekonomi dalam negeri tak mungkin ditempuh BI dan pemerintah saat ini karena bisa mengancam pemulihan ekonomi Indonesia yang masih rapuh dan baru mulai terjadi.
STR/AFP
Karyawan bekerja di jalur perakitan truk di sebuah pabrik milik Jianghuai Automobile Group Corp. (JAC), di Qingzhou, Provinsi Shandong, China, Senin (15/3/2021). Ekonomi China diperkirakan pulih pada tahun ini.
Dengan pertumbuhan ekonomi dikhawatirkan masih negatif di triwulan I-2021, kebutuhan stimulus fiskal, baik untuk perlindungan sosial maupun untuk dunia usaha, juga masih sangat besar. Demikian pula stimulus moneter, khususnya untuk mendorong kredit dan likuiditas ke sektor riil.
Penyaluran kredit ke sektor riil juga masih sangat rendah, bahkan terkontraksi di 2020, karena perbankan masih melihat risiko yang tinggi untuk mengalirkan kredit dan dunia usaha masih menghadapi ketidakpastian ekonomi terkait pandemi. Mesin instrumen fiskal, moneter, keuangan, dan sektor riil harus bergerak padu untuk mendorong pemulihan dan penguatan ekonomi. Kita tak boleh kehilangan momentum.