Permasalahan salah transfer ini memang sudah selesai, tetapi saya kecewa karena cara mediasi BCA lebih terasa sebagai teror. Berkali-kali saya dihubungi, berkali-kali juga saya jelaskan bahwa saya masih di RS.
Oleh
KARINA EKA DEWI S
·3 menit baca
Viral kasus salah transfer Bank BCA ke nasabahnya sejumlah Rp 51 juta mengingatkan pada kejadian yang saya alami. Bedanya, saya yang dirugikan dan ”diteror” BCA.
Kejadian bermula Minggu (24/1/2021). Sekitar pukul 16.00 masuk telepon ke ponsel saya. Si penelepon mengatakan dari BCA cabang Teluk Betung, Lampung. Katanya, ia membantu mediasi suatu kesalahan transfer.
Saya jawab, saya sedang rawat inap di RSCM untuk operasi total hip replacement (THR) atau operasi ganti panggul sebelah kanan, dijadwalkan Senin (25/1/2021). Saya minta urusan ditunda. Saya juga minta dikirim kronologinya. BCA menelepon menggunakan nomor biasa sehingga saya ragu apakah benar atau penipuan.
Selasa (26/1/2021) masuk telepon dari nomor 150088 (belakangan saya baru tahu itu Halo BCA) sampai lima kali. Tidak saya angkat karena operasi baru selesai Senin malam dan saya masih dalam efek obat bius.
Dua hari kemudian (Kamis, 28/1/2021) pukul 09.38 masuk telepon lagi dari 150088. Penjelasan sama seperti telepon hari Minggu. Saya jawab bahwa saya masih rawat inap pascaoperasi dan belum boleh banyak bergerak. Saya bahkan masih harus pemulihan minimal tiga bulan.
Namun, pihak BCA seperti tidak mau tahu dan terus menelepon saya. Terakhir BCA menelepon saya pada Senin (1/2/2021) hingga lima kali panggilan.
Senin (8/2/2021), saya memaksakan diri ke BCA KCP Atrium Senen untuk mengecek karena saya tidak punya mobile banking. Memang benar ada kesalahan transfer dari nasabah BCA di Teluk Betung, Lampung, senilai Rp 691.000. Segera saya transfer balik dan struk transfer dipegang layanan pelanggan (CS) BCA.
Permasalahan salah transfer ini memang sudah selesai, tetapi saya kecewa karena cara mediasi BCA lebih terasa sebagai teror. Berkali-kali saya dihubungi, sementara saya sudah menjelaskan berkali-kali juga bahwa saya masih di RS dalam proses penyembuhan pascaoperasi.
BCA mengejar-ngejar saya, tidak peduli kondisi saya, dan hanya fokus pada pihak yang salah transfer. Padahal, saya tidak tahu apa-apa dan bukan salah saya juga. Giliran saya meminta konfirmasi, voice call dan video call dari saya tidak diangkat. BCA juga bisa ke RSCM, tetapi tidak dilakukan. Sungguh tidak sopan dan tidak beretika.
KARINA EKA DEWI S
Jakarta Pusat
Transaksi ”Leasing”
Saya pedagang mobil bekas. Seorang calon pembeli bernama Edy tertarik dengan Toyota Kijang Innova G A/T 2014 Diesel B 1709 xxx. Ia mau membeli mobil itu dengan cara kredit.
Maka, ia saya kenalkan kepada pemasar dari BCA Finance cabang Daan Mogot, Jakarta Barat, Willy Sondang.
Setelah disurvei, disepakati dengan tanda tangan kontrak antara Edy dan Willy.
Setelah tanda tangan kontrak, Edy mengambil unit dan BPKB dengan tanda terima asli di Kompleks Taman Ratu Indah, Daan Mogot, pada 9 September 2019 pukul 21.30.
Hingga dua minggu uang pembelian Rp 130.676.067 belum masuk ke rekening saya. Saya pun ke BCA Finance, bertemu layanan pelanggan (CS), Kamis (26/9/2019) pukul 17.00. Menurut dia, uang ditransfer ke pedagang mobil bekas bernama Maria Dolorosa.
Atas kejadian tersebut, saya temui kepala cabangnya, Pak Yudi. Kata Pak Yudi, pemasar bernama Willy menghilang. Pak Yudi bilang, sebelum saya, juga ada pedagang mobil bekas dengan kasus seperti saya.
Karena kesalahan transfer murni dari pihak BCA Finance, saya berharap BCA Finance mengganti uang saya.
Kasus telah saya laporkan ke polsek. Namun, pihak BCA Finance tetap tidak mau bertanggung jawab atas lemahnya pengawasan terhadap pegawai internalnya. Peristiwa sudah berlangsung 1,5 tahun dan sampai saat ini belum ada kejelasan. Semoga dengan dimuatnya surat saya ini, masalah saya bisa segera diselesaikan oleh para pihak terkait.