”Trader” pemula masih perlu menyesuaikan diri dengan situasi pasar modal sehingga ada baiknya tidak membeli terlalu banyak saham. Mulailah dengan sedikit saham agar dapat mengawasi dan mengelola portofolio dengan baik.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
Setelah membuka akun di perusahaan sekuritas, beberapa investor pemula boleh jadi terlalu bersemangat sehingga ingin langsung membeli saham. Saham mana yang dibeli? Di Bursa Efek Indonesia ada lebih dari 700 saham.
Investor atau trader pemula bisa jadi akan membeli saham yang sedang hype atau ramai disebut-sebut oleh grup-grup komunitas saham atau oleh para influencer.
Sayangnya, setelah dibeli, harga saham malah merosot, lalu melorot lagi dan lagi, sampai menyentuh auto reject bawah (ARB). Kalau sudah begitu, bukan keuntungan yang didapatkan, malah kerugian yang dirasakan.
Untuk menghindari hal itu, para investor ataupun trader harus mempersiapkan diri dengan membuat rencana perdagangan (trading plan). Salah satu isi dari trading plan adalah susunan saham-saham yang akan dicermati, dibeli, dan akhirnya membentuk portofolio saham kita.
Sebelum menapis (screening) saham, ada baiknya ditentukan dulu, apakah kita akan menjadi investor jangka panjang atau trader main cepat. Investor jangka panjang dengan gaya investasi santai, melakukan transaksi tidak terlalu banyak, lebih mengharapkan dividen dan kenaikan tinggi harga saham. Sementara trader cepat, bertransaksi lebih cepat dan sering, mencermati pasar lebih intensif dan berharap mendapatkan arus kas dari jual beli saham dengan cepat.
Mengapa dibedakan?
Saham adalah instrumen atau kendaraan. Investasi dengan tujuan jangka panjang dan investasi dengan cara trading cepat memiliki karakteristik dan pendekatan yang berbeda. Beda tujuan, beda kendaraan.
Jika ingin berinvestasi jangka panjang, misal di atas 5 tahun, penapisan saham bisa menggunakan cara growth investing atau value investing. Growth investing merupakan strategi investasi dengan fokus pada pertumbuhan perusahaan. Investor mencari saham perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi. Pisau analisis yang digunakan adalah analisis fundamental.
Ukuran-ukuran yang dicari adalah berdasarkan keadaan fundamental saham. Misalnya, ukuran pendapatan per saham (earning per share/EPS). Biasanya, investor mematok EPS sebesar 10 persen per tahun selama lima tahun terakhir agar masuk ke kriteria saham bertumbuh (growth stock).
Investor yang memilih strategi ini sering kali mengabaikan angka PER (price to earning ratio) atau perbandingan harga dengan pendapatan. Saham dengan PER tinggi sering kali dianggap menjadi bukti bahwa potensinya memang besar.
Bursa Efek Indonesia memiliki daftar 30 saham bertumbuh dalam IDXGrowth 30. Rincian penapisan saham berdasarkan strategi growth investing dan value investing akan dibahas dalam tulisan selanjutnya.
Beda lagi cara menapis saham untuk para trader yang ingin mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli dengan cepat. Semakin cepat transaksi, semakin diperlukan jam terbang yang tinggi. Pisau analisis yang banyak digunakan adalah analisis teknikal.
Strategi para trader pun dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari seberapa cepat transaksi akan dilakukan. Trader dapat menggunakan strategi swing trading, day trading, atau intraday trading dan scalping yang ritme transaksinya lebih cepat lagi. Masing-masing memiliki cara tersendiri untuk menapisnya.
Untuk strategi swing trading, trader perlu memperhatikan di mana titik support dan resisten sebuah saham. Trading dengan strategi mengayun atau swing ini ialah trader membeli pada titik support dan menjual pada titik resisten.
Jadi, para trader pemula harus mempelajari analisis teknikal, antara lain dengan membaca candle. Cara lain adalah menggunakan garis moving average (MA). Perpotongan dua garis MA ke atas menunjukkan saham siap menguat dan perpotongan dua garis MA ke bawah menunjukkan hal sebaliknya.
Berapa saham sebaiknya yang dibeli?
Setelah muncul deretan saham yang cocok dengan strategi atau gaya investasi dan trading kita, apakah semua saham harus dibeli? Tentu tidak. Ada beberapa patokan yang dapat digunakan untuk menentukan berapa saham yang dapat dibeli.
Trader pemula masih perlu menyesuaikan diri dengan situasi di pasar modal sehingga ada baiknya mereka tidak terlalu banyak membeli saham. Misalnya, untuk modal Rp 10 juta, belilah dua saham saja dari dua sektor yang berbeda.
Investor atau trader pemula sebaiknya memulai dengan sedikit saham agar dapat mengawasi dan mengelola portofolio dengan baik. Jika modal sudah mencapai Rp 100 juta, dapatlah mengoleksi 5-6 saham.
Portofolio saham dapat terdiri dari saham-saham blue chip yang merupakan saham perusahaan berpotensi besar, saham lapis kedua yang lebih lincah gerakannya, atau bahkan saham lapis ketiga.
Dari penapisan saham yang dilakukan berulang, seiring dengan kematangan trader di pasar saham, lama-kelamaan trader akan menemukan saham mana yang cocok untuk dimiliki.