Upaya mengatasi pandemi Covid-19 harus melibatkan semua komponen negeri secara masif dan cepat. Mengutip Tajuk Rencana ”Kompas”, diperlukan sebuah ”gerakan semesta rakyat”.
Oleh
Eduard Lukman
·3 menit baca
Awal Maret 2021, tepat setahun ditemukan Covid-19 di Indonesia, yang berlanjut dengan pandemi. Selain berdampak berat pada aspek kesehatan, pandemi juga telah menimbulkan krisis sosial ekonomi luar biasa.
Kompas menampilkan edisi khusus ”Satu Tahun Pandemi Covid-19” (Kompas, 2 Maret 2021). Menurut saya, edisi khusus tersebut sangat informatif, menyajikan berbagai aspek serta isu terkait virus dan pandemi Covid-19 dengan cara yang singkat, padat, dan mudah dipahami.
Dalam edisi khusus tersebut, ada penjelasan mengenai virus Covid-19 dan vaksin pencegahnya. Lalu, ada ulasan mengenai dampak besar dan luas pandemi terhadap kehidupan manusia, berubahnya relasi sosial antarmanusia, bahkan diplomasi antarnegara. Tentu juga ada catatan tentang berbagai upaya yang sudah dilakukan agar semua selamat dari krisis ini.
Di era meluas dan intensnya penggunaan media berbasis internet saat ini, kita juga diingatkan adanya kampanye disinformasi dan penyebaran hoaks di media sosial. Syukur, hadir para sukarelawan untuk menangkal hal-hal yang menyesatkan masyarakat itu.
Setelah setahun pandemi, hal yang tetap membesarkan hati dan memberi harapan adalah hasil survei Litbang Kompas (Januari 2021) tentang keyakinan mayoritas responden bahwa pemerintah kita akan mampu mengatasi pandemi. Tentunya dengan berbagai penyempurnaan kepemimpinan dan efektivitas pemerintahan.
Namun, sebagaimana diingatkan Tajuk Rencana Kompas, 2 Maret 2021, dengan judul ”Semesta Rakyat Lawan Covid”, upaya mengatasi pandemi Covid-19 harus melibatkan semua komponen negeri secara masif dan cepat. Mengutip Tajuk Rencana tersebut, diperlukan sebuah ”gerakan semesta rakyat”.
Edisi khusus Kompas ”Satu Tahun Pandemi Covid-19” telah merangkum, memaparkan, dan mengulas berbagai aspek dan isu terkait dengan pandemi Covid-19. Selain itu, juga memberi gambaran prospek sehingga menjaga optimisme bahwa pandemi ini bisa diatasi.
Menurut saya, edisi khusus tersebut telah menambah referensi ringkas yang kredibel bagi publik pembaca umum. Terima kasih Kompas.
Eduard Lukman
Jalan Warga RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Korban Investasi
Saya salah satu korban dari Jiwasraya. Ini sungguh merupakan pengalaman buruk meski Jiwasraya termasuk salah satu BUMN.
Saat mendengar kabar Jiwasraya gagal bayar pada Oktober 2018, saya dan banyak orang masih sangat yakin bahwa pemerintah pasti akan mengembalikan tabungan kami meski mungkin perlu waktu.
Akan tetapi, awal Januari 2021, kami menerima skema restrukturisasi dari Jiwasraya yang sangat merugikan kami. Tawaran pertama adalah haircut 29-31 persen dan dicicil lima tahun tanpa bunga atau tawaran kedua dicicil 15 tahun tanpa bunga.
Kami selama ini telah memercayakan hasil kerja keras kami kepada Jiwasraya. Demikian juga para pensiunan yang menitipkan uang pensiunnya kepada Jiwasraya, ternyata kami semua malah kehilangan.
Ada yang beranggapan bahwa restrukturisasi adalah solusi terbaik. Mungkin ini solusi terbaik bagi Jiwasraya, tetapi jelas bukan bagi nasabah. Ini merupakan bentuk ketidakadilan yang nyata.
Mengapa nasabah yang dikorbankan atas karut-marut tata kelola Jiwasraya?
Seperti kita ketahui bersama dan telah diputuskan di pengadilan, memang ada tindak pidana korupsi dan kolusi dalam manajemen Jiwasraya. Mengapa kami yang harus kehilangan hak-hak kami? Kami sama sekali tidak pernah terlibat dalam tata kelola keuangan Jiwasraya.
Saya sungguh berharap surat ini akan mengetuk hati para pembuat keputusan di negeri ini. Semoga kami pun mendapat keadilan.