Kondisi ekonomi yang diprediksi membaik dan tingkat suku bunga yang dijaga tetap rendah pada 2021 menjadikan reksa dana pendapatan tetap patut dipertimbangkan untuk para investor.
Oleh
EKA NURUL FITRI dari Otoritas Jasa Keuangan
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 mengajarkan pada kita tentang pentingnya mempersiapkan masa depan di tengah ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi negatif kadang membuat investor gentar untuk tetap berinvestasi. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar. Selama tahun 2020 investor pasar modal Indonesia justru naik signifikan hingga 42 persen menjadi 3,52 juta investor, menurut Bursa Efek Indonesia.
Di tengah meningkatnya animo masyarakat terhadap investasi, reksa dana juga semakin berkembang. Reksa dana menjadi pilihan bagi banyak investor pemula yang masih belajar dan tidak memiliki banyak waktu untuk mengikuti perkembangan pasar modal.
Reksa dana adalah wadah yang dapat digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Terdapat empat jenis reksa dana yang dikenal umum, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Pada 2020, reksa dana pendapatan tetap menjadi reksa dana dengan nilai aktiva bersih (NAB) terbesar dibandingkan jenis reksa dana lain, yaitu Rp 128,19 triliun, dengan jumlah produk 312 reksa dana. Reksa dana pendapatan tetap juga merupakan reksa dana yang masih memberikan imbal hasil positif selama tahun 2020. Jika dibandingkan jenis reksa dana lainnya, reksa dana pendapatan tetap memang jadi primadona selama tahun 2020. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi dengan membeli instrumen obligasi atau efek utang minimal 80 persen dari total asetnya.
Saat terjadinya krisis tahun lalu, pemerintah melalui Bank Indonesia mengambil kebijakan menurunkan suka bunga. Terjadi penurunan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DDR) dari 4,25 persen menjadi 3,75 persen selama tahun 2020. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentimen positif dunia usaha dan mengerek permintaan kredit. Penurunan tingkat suku bunga diprediksi akan berlanjut hingga tahun 2021.
Dalam investasi jika suku bunga acuan diturunkan, maka imbal hasil deposito akan jadi lebih kecil. Pada kondisi tersebut, obligasi adalah salah satu instrumen investasi yang lebih ”menjanjikan” karena imbal hasil yang terjaga dan lebih baik dari deposito. Banyak orang memindahkan dananya dari deposito dan instrumen pasar uang lainnya kemudian memilih menempatkan dana pada obligasi.
Oleh karena itu, reksa dana pendapatan tetap yang memiliki instrumen investasi berupa obligasi minimal 80 persen juga terkena imbasnya. Tak heran, reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan banyak orang. Meskipun reksa dana pendapatan tetap adalah jenis reksa dana yang paling menguntungkan pada kondisi saat ini, tetapi Anda tetap perlu berhati-hati dalam memilih produk reksa dana yang tepat.
Beberapa hal ini dapat Anda lakukan dalam rangka mengoptimalkan reksa dana pendapatan tetap sebagai pilihan investasi adalah sebagai berikut:
1. Tujuan keuangan.
Reksa dana pendapatan tetap akan lebih optimal jika dikelola untuk tujuan keuangan antara tiga sampai lima tahun ke depan.
Meskipun namanya reksa dana pendapatan tetap, imbal hasil yang akan didapat tidaklah selalu tetap atau stabil. Ada kondisi yang dapat memengaruhi kinerja reksa dana sehingga nilai unit mungkin turun. Oleh karena itu, sesuaikan tujuan keuangan dengan jangka waktu berinvestasi.
2. Analisis produk
Terdapat lebih dari 300 produk reksa dana pendapatan tetap yang dapat Anda beli melalui agen penjual reksa dana (APERD). APERD adalah perusahaan, sekuritas, atau bank, yang memiliki izin untuk memperdagangkan reksa dana. Beberapa jenis APERD yaitu bank umum, sekuritas/perusahaan efek, supermarket reksa dana, hingga e-commerce. Anda perlu memilah mana produk reksa dana yang tepat dan tentunya dengan kinerja baik.
Beruntungnya, sudah banyak media yang menyediakan informasi tentang profil produk reksa dana, instrumen penyusunnya, hingga tren kinerja selama beberapa tahun terakhir. Ini akan membantu saat menentukan membeli produk reksa dana. Selanjutnya, lakukan beberapa kinerja reksa dana dan pilih mana yang lebih cocok dengan profil Anda.
3. Analisis risiko
Tidak ada produk investasi bebas risiko, maka memahami dan memitigasi risiko adalah penting dalam berinvestasi. Beberapa risiko yang dapat terjadi pada reksa dana adalah turunnya nilai investasi (NAB) dan risiko likuiditas. Risiko berkurangnya NAB karena menurunnya harga aset di suatu portofolio reksa dana. Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul akibat pembayaran kembali atas penjualan unit reksa dana tidak dapat dibayarkan manajer investasi. Untuk mengurangi risiko investasi, jangka waktu investasi dan kinerja reksa dana perlu diperhatikan.
4. Evaluasi kinerja
Setelah Anda menetapkan produk investasi apa yang akan dibeli, penting untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja reksa dana yang dimiliki. Hal ini untuk melihat, apakah reksa dana yang dimiliki berjalan dengan baik sesuai harapan Anda. Karena tujuan investasi untuk jangka menengah, Anda bisa sesuaikan jangka waktu evaluasi kinerja reksa dana yang Anda miliki setiap triwulan.
Kondisi ekonomi yang diprediksi membaik dan tingkat suku bunga yang dijaga tetap rendah pada 2021 menjadikan reksa dana pendapatan tetap patut dipertimbangkan untuk para investor.
Teliti sebelum membeli, pahami risiko, dan evaluasi kinerja adalah kunci untuk mengoptimalkan investasi. Jangan lupa pastikan perusahaan penjual reksa dana sudah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan.