Tak jarang juga orang lansia yang semula aktif di masyarakat jadi menyendiri dan tak bergairah lagi bergaul dengan masyarakat. Mereka kehilangan fungsi sosialnya.
Oleh
Dr Samsuridjal Djauzi
·5 menit baca
Ayah saya meninggal dua tahun yang lalu. Sebelumnya, ayah dan ibu tinggal berdua karena anak-anaknya, saya, kakak, dan adik, sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri. Kakak saya laki-laki tinggal di luar Jawa. Saya tinggal sekota dengan ibu, tetapi rumah kami berjauhan. Setelah ayah meninggal, saya mengajak ibu untuk tinggal bersama kami, tetapi beliau keberatan.
Memang ayah dan ibu merupakan pasangan yang jadi panutan kami. Mereka hidup harmonis, saling mencintai dan saling mendukung. Hampir tak pernah kami melihat ayah dan ibu bertengkar. Mereka aktif di kegiatan sosial, baik dulu di kantor maupun setelah pensiun di permukiman. Ibu punya hobi memasak dan dengan senang hati membagikan kepakarannya kepada ibu-ibu lain, sedangkan ayah suka bergaul dengan remaja, membimbing remaja berolahraga serta berbisnis.
Rumah orangtua kami hampir setiap hari dipenuhi tamu, baik orang tua maupun remaja. Sejak ayah meninggal, ibu membatasi kegiatan. Beliau mulai jarang ikut kegiatan sosial kecuali pengajian ibu-ibu seminggu sekali.
Bulan ini ibu kehilangan dua sahabat baiknya. Keduanya sudah berumur di atas 80 tahun. Ibu sering menelepon saya. Jika bicara di telepon biasanya lama, lebih dari seperempat jam. Ibu banyak mengeluh, badannya pegal-pegal, lekas capai, tidur kurang lelap. Menurut asisten rumah tangga yang menemani ibu, ibu juga sekarang tak mau mengatur menu makanan. Dia juga tak pernah ke dapur dan menyerahkan urusan makanan sepenuhnya kepada asisten rumah tangga.
Padahal, ibu sebelumnya selalu mengatur sendiri makanan sehari-hari. Bahkan sesekali beliau pergi ke pasar bersama asisten rumah tangga. Ibu memang tak suka menonton televisi, tetapi biasanya suka membaca koran. Pada hari Minggu, beliau suka mengisi teka-teki silang. Sekarang kebiasaan itu telah ditinggalkannya.
Jalan pagi, jika tak diingatkan dan ditemani, sekarang dia tak mau. Namun, jika asisten rumah tangga kami yang sudah lebih dari 20 tahun mengajaknya, biasanya dia mau. Sepanjang jalan biasanya ibu mengeluh. Ingat bapak dan mengeluh anak-anak jauh dan jarang datang. Meski saya rajin menelepon dan mengirim masakan, ternyata ibu merasa itu belum cukup.
Hari Minggu saya usahakan mampir ke rumah ibu, baik dengan keluarga maupun hanya sendiri. Beliau senang jika anak-anak saya ikut berkunjung. Namun, kedua anak saya sudah remaja, biasanya sudah punya acara sendiri pada hari Minggu. Minggu lalu ketika saya berkunjung, ibu kelihatan murung. Dia banyak bercerita tentang kondisi fisiknya yang tak nyaman. Beliau ingin cek ke dokter, tetapi ibu saya minta bersabar menunggu Covid-19 reda.
Saya merasa ibu sekarang ini kurang gairah hidup. Apa yang dapat saya lakukan agar ibu saya yang sekarang berusia 78 tahun dapat menikmati kehidupannya kembali? Mohon saran Dokter.
J di B
Orang berusia lanjut memang menghadapi berbagai tantangan dalam bidang kesehatan, baik kesehatan fisik, psikis, maupun sosial. Penyakit kronik sering dijumpai pada lanjut usia (lansia), antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes melitus, dan kanker. Selain itu, menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan, orang lansia juga dapat mengalami gangguan kesehatan mental, antara lain depresi.
Depresi sering dijumpai pada orang lansia bukan hanya karena umumnya orang lansia punya beberapa penyakit kronik, melainkan juga dapat berupa kesepian, kehilangan orang yang dicintai, serta kehilangan pekerjaan dan hobi.
Tak jarang juga orang lansia yang semula aktif di masyarakat jadi menyendiri dan tak bergairah lagi bergaul dengan masyarakat. Mereka kehilangan fungsi sosialnya. Orang lansia yang tinggal dengan anak cucu mungkin akan mendapat dukungan material ataupun psikososial dari anak cucu mereka. Oleh karena itu, banyak anak yang mengajak orangtua mereka tinggal bersama meski tinggal bersama juga dapat menimbulkan masalah baik dari segi hubungan antarmanusia, keuangan, serta masalah lain.
Kita dapat mengerti mengapa ibu Anda lebih suka tinggal di rumah sendiri karena keterikatan dengan masa lalunya. Dia masih mengingat masa-masa bahagia dengan suaminya, serta rumahnya menjadi kenangan masa lalu.
Sebagian orangtua tak mau tinggal bersama anak karena takut memberatkan beban anak. Mereka berusaha mandiri meski fisik dan psikisnya mulai rapuh.
Anda sekeluarga dapat memberi dukungan kepada ibu Anda. Memang dalam situasi pandemi Covid-19 ini risiko penularan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Ibu Anda harus dijaga jangan sampai tertular Covid-19 karena pada orang lansia infeksi Covid-19 dapat menimbulkan infeksi yang berat. Anda dapat sering berhubungan melalui telepon, video call, dan lain-lain meski hubungan melalui alat komunikasi tentu tak dapat sepenuhnya menggantikan hubungan tatap muka.
Dukungan keluarga dan teman
Orang lansia yang kesepian memerlukan dukungan keluarga dan teman. Semula ibu Anda dapat bergaul dengan teman-temannya, tetapi sekarang pergaulan tersebut amat terbatas. Beliau lebih banyak menyendiri di rumah. Bahkan, banyak kebiasaannya yang dulu dilakukan sekarang tidak dilaksanakan lagi. Beliau kehilangan gairah untuk melakukan aktivitas.
Kehadiran Anda berserta suami dan anak-anak akan dapat mengobati rasa kesepiannya. Jadi, jika memungkinkan, aturlah kunjungan Anda secara baik ke rumah ibu. Jika tak mungkin, jangan lupa untuk menghubungi beliau meski hanya melalui telepon. Beliau masih mau mengungkapkan banyak perasaannya kepada Anda.
Anda dapat mendengarkan dengan baik. Kesediaan Anda untuk mendengarkan sudah merupakan obat yang baik untuk kesepiannya. Jika sudah ada waktu yang tepat, Anda dapat minta tolong kepada profesional, baik seorang dokter pakar geriatri maupun dokter pakar psikiatri. Mungkin saja ibu Anda sedang mengalami depresi.
Gejala depresi biasanya mencakup rasa sedih dan kosong, sering merasa kecewa, perasaan bersalah tanpa alasan yang benar, sering merasa lemah, serta mudah kehilangan konsentrasi dan gairah dalam beraktivitas.
Cobalah gali kembali hobi ibu Anda dan bangkitkan keinginannya untuk menjalankan hobi tersebut. Mungkin masih ada resep-resep lama beliau, karena beliau hobi memasak, untuk dicoba kembali meski yang memasak mungkin asisten rumah tangga. Jika mungkin, bangkitkan hobi baru seperti memelihara tanaman di dalam rumah atau memelihara binatang.
Dukunglah ibu Anda agar dapat kembali mandiri serta dapat bergaul dengan teman-teman lamanya. Dalam era pandemi ini, komunikasi dengan teman lama dapat dilakukan melalui komunikasi elektronik. Ajari bagaimana menggunakan Whatsapp, surat elektronik (e-mail), dan lain-lain.
Setiap orang lansia berhak untuk hidup sehat dan bahagia. Saya percaya, dengan dukungan Anda sekeluarga, ibu akan dapat bangkit kembali, mampu beraktivitas serta menikmati kehidupan ini. Bantulah agar ibu Anda dapat mendiri, merasa bermanfaat buat orang lain, serta dapat menolong orang lain.
Kita harus mengubah agar orang lansia jangan menjadi beban keluarga, tetapi merupakan pribadi yang menjadi penasihat keluarga, penasihat yang arif serta dibanggakan oleh keluarga. Saya berharap, Anda sekeluarga selalu sehat serta ibu Anda dapat hidup sehat dan bahagia di usia lanjutnya.