Perempuan cenderung lebih konservatif dalam praktik trading saham. Hal ini sebenarnya membuat posisi perempuan lebih menguntungkan dibandingkan laki-laki karena lebih mampu menjaga kestabilan emosi.
Oleh
Prita Hapsari Ghozie
·4 menit baca
Kemandirian finansial berarti mampu membayar dengan cara apa pun tanpa harus bekerja atau bergantung pada orang lain. Dengan kata lain memiliki kemerdekaan pribadi secara finansial.
Bagi perempuan, kemerdekaan finansial adalah suatu kondisi yang membawa ketenteraman mental, sehingga perempuan akan lebih dapat menjaga dirinya serta keluarganya. Dalam rangka menyambut International Women\'s Day pada tanggal 8 Maret mendatang, saya mendedikasikan tulisan pekan ini sebagai pengingat pentingnya kemerdekaan finansial bagi perempuan.
Dalam survei global yang dilakukan oleh Barbara Stewart dari CFA Institute, teruangkap bahwa alasan terpenting mengapa perempuan berinvestasi adalah untuk mendanai masa pensiun, lalu berikutnya adalah menjadi lebih mandiri secara finansial. Secara historis, wanita cenderung tidak berinvestasi dibandingkan pria.
Survei dari Blackrock di tahun 2016 lalu mengungkap bahwa 71% dari perempuan masih memilih tabungan biasa sebagai alat berinvestasi. Padahal, perempuan membutuhkan investasi sebagai salah satu sarana mencapai kemandirian finansial di masa depan.
Setidaknya, ada tiga alasan penting kenapa perempuan butuh untuk berinvestasi. Pertama, investasi akan membantu perempuan untuk membangun nilai aset di masa kini dan juga di masa depan. Perempuan cenderung memiliki durasi bekerja yang lebih pendek dibandingkan laki-laki, mungkin untuk berbagai alasan pribadi seperti melahirkan anak, membesarkan anak, atau merawat keluarga.
Kedua, perempuan juga dapat berkontribusi kepada tingkat kemandirian finansial sebuah keluarga. Hal ini akan sangat bermanfaat terutama di masa ketidakpastian yang dapat mengakibatkan pencari nafkah utama mengalami PHK maupun tutup usia.
Ketiga, banyak studi yang mengungkap bahwa perempuan sesungguhnya berpotensi menjadi investor yang lebih bijaksana, karena cenderung lebih berhati-hati saat berhadapan dengan risiko.
Lantas, bagaimana cara agar perempuan yang masih minim literasi dapat memulai investasi pertamanya? Semua dimulai dengan menentukan tujuan investasi. Hal ini sejalan dengan konsep perencanaan keuangan, di mana penentuan tujuan dilakukan di awal, baru kemudian memilih jenis aset investasi.
Bagi perempuan, tantangannya adalah menentukan tujuan untuk keluarga dan tujuan untuk pribadi. Khusus bagi pribadi, tujuannya adalah memiliki dana yang memadai untuk mendukung biaya hidup di masa pensiun. Oleh sebab itu, bagi setiap perempuan setidaknya penting untuk memiliki dana darurat dan dana pensiun pribadi agar di masa depan tidak menjadi beban bagi pihak lainnya.
Langkah berikutnya adalah menentukan alokasi bujet untuk berinvestasi. Cara terbaik tentu saja dengan menempatkan alokasi investasi sebagai prioritas dalam bujet bulanan. Namun, tantangan bagi perempuan adalah bilamana tidak berpenghasilan, maka harus pandai-pandai mengatur keuangan rumah tangga agar ada alokasi untuk investasi.
Cara termudah adalah dengan mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran setiap bulan. Pikirkan bagaimana caranya agar bisa memiliki setidaknya Rp 100.000 setiap bulan untuk berinvestasi, lalu Rp 100.000 setiap pekan untuk berinvestasi, dan pada akhirnya mungkin jutaan rupiah. Seiring berjalan waktu, harapannya kenaikan penghasilan juga dapat berkontribusi kepada kenaikan alokasi investasi.
Investasi kerap menjadi terlihat menakutkan karena adanya potensi risiko kerugian. Oleh karena itu, langkah ketiga adalah terus belajar. Sebenarnya, aset investasi juga memiliki kelas-kelas yang sesuai untuk pemula hingga tingkat mahir.
Investasi dapat dimulai dari aset yang berisiko rendah seperti contohnya Surat Berharga Negara Ritel salah satunya yaitu Sukuk Ritel yang sedang ditawarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Jenis investasi ini memberikan kepastian hasil investasi apabila dipegang hingga jatuh tempo dan dijamin oleh Pemerintah. Dengan demikian, investor perempuan tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya kerugian investasi selama ketentuan terpenuhi.
Berikutnya adalah menentukan kapan saatnya mulai menaikkan profil risiko saat berinvestasi. Perempuan umumnya mulai berinvestasi dengan menjadi investor yang konservatif. Namun, seiring berjalan waktu dan pengalaman, umumnya profil risiko pun dapat berubah menjadi moderat bahkan agresif.
Studi dari Warwick Business School mengungkap bahwa perempuan cenderung lebih konservatif dalam praktik trading saham. Hal ini sebenarnya membuat posisi perempuan lebih menguntungkan dibandingkan laki-laki karena lebih mampu menjaga kestabilan emosi saat berinvestasi saham untuk jangka panjang.
Terakhir, kapan memulainya? Teman terbaik untuk berinvestasi adalah waktu. Apabila perempuan masih ragu untuk memulai investasi, salah satu cara terbaik adalah melakukan konsep investasi secara berkala.
Dalam hal ini, aplikasi investasi yang mampu melakukan konsep investasi otomatis setiap tanggal tertentu akan sangat membantu kekhawatiran “kapan beli” dan “kapan jual”. Beberapa aplikasi bahkan menyediakan jasa robo-advisor yang membantu memilihkan aset investasi.
Fitur ini bisa bermanfaat di awal, namun seiring berjalan waktu saya yakin perempuan juga sanggup untuk memilih sendiri karena memiliki ilmu yang lebih lengkap. Rajin mengikuti seminar atau webinar bersama pakar perencana keuangan (bukan sekadar influencer) serta bergabung dengan komunitas yang juga memiliki tujuan serupa juga dapat meningkatkan kepercayaan diri perempuan dalam berinvestasi.
Investasi adalah kebutuhan bagi setiap anggota masyarakat di Indonesia, terlepas gendernya. Di zaman sekarang, sudah banyak sarana yang memudahkan untuk berinvestasi, namun pastikan pilihannya memang legal, dan tidak sekadar ikut-ikutan. Hal terpenting adalah perempuan perlu berani memulai dan fokus pada tujuan jangka panjang.