Olimpiade Tokyo masih penuh tanda tanya. Panitia Pelaksana perlu segera menyusun narasi terkait urgensi perhelatan ajang olahraga multicabang sedunia itu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Belakangan, masalah terkait olimpiade bertambah dengan kemungkinan ketiadaan penonton asing. Pelarangan kehadiran penonton asing secara tersirat ditetapkan Ketua Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo Seiko Hashimoto, dan Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach. ”Jika situasinya sulit dan itu (ada kebijakan) membuat konsumen (warga Jepang) khawatir, itu situasi yang perlu kita hindari,” ujar Hashimoto. (Kompas, 4/3/2021).
Meski keputusan akhir soal kehadiran penonton luar Jepang baru akan diumumkan akhir Maret, namun beberapa sinyal terkait hal itu, selain kesepakatan Hashimoto-Bach, juga sudah muncul. Harian Mainichi, mengutip seorang pejabat Jepang yang menyatakan, dalam situasi terkini mustahil membiarkan penonton asing datang. Bach juga mengatakan, keputusan olimpiade tanpa penonton asing pilihan sulit. Namun, itu mesti diambil demi kelancaran dan keamanan.
Kemungkinan perhelatan olimpiade tanpa penonton asing ini memperberat beban panitia pelaksana. Salah satu konsekuensi dari keputusan itu, lenyapnya pemasukan dari penjualan tiket penonton, yang ditargetkan sebesar total 800 juta dollar AS (sekitar Rp 11,4 triliun).
Kalaupun ada pemasukan, itu hanya dari penonton asal Jepang, dan nilainya bakal jauh dari target itu. Mengingat, jumlah penonton di arena pun akan dibatasi sesuai anjuran protokol kesehatan. Itu belum termasuk berkurangnya pendapatan sektor akomodasi, pemandu wisata atau jasa lainnya, yang bersumber dari kedatangan penonton asing. Baik itu turis yang di tengah wisatanya ke Jepang menyempatkan menonton olimpiade, atau para penggemar tontonan olahraga yang hadir khusus untuk menyaksikan olimpiade.
Tugas tersisa yang juga harus segera ditunaikan panitia pelaksana, tak lain menyusun narasi terkait urgensi pelaksanaan olimpiade, yang dijadwalkan 23 Juli-8 Agustus 2021. Narasi ini diperlukan karena hingga kini, sekitar empat bulan sebelum tanggal pembukaan olimpiade pada 23 Juli, masih ada pro dan kontra di kalangan warga Jepang.
Survei kantor berita Jepang, Kyodo News, awal 2021 menunjukkan, 47,1 persen responden berpendapat, Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo harus ditunda lagi. Bahkan, 35,2 persen meminta ajang itu dibatalkan. Hanya 14,5 persen yang ingin Olimpiade-Paralimpiade Tokyo tetap diadakan.
Menyusun narasi di tengah silang pendapat akhir-akhir ini, dan situasi pandemi yang jauh dari berakhir termasuk di Jepang, jelas tak mudah. Namun, narasi itu krusial guna mengakhiri simpang siur penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang sudah berlangsung berbulan-bulan. Selain itu, menjamin kepastian bagi 15.000 atlet dari 207 negara peserta Olimpiade yang akan bertanding. Jumlah itu di luar pelatih, ofisial, perangkat pertandingan, serta panitia Paralimpiade.