Rektor perguruan tinggi tersebut meragukan manfaat bantuan bagi fakultas itu karena dosennya bermain gaple dan bukannya sibuk riset. Bantuan akhirnya dialihkan untuk fakultas lain.
Oleh
Eduard Lukman
·3 menit baca
Membaca kutipan berita lama 13 Februari 1973 berjudul ”Main Gaple Membuat Bantuan Luar Negeri Batal” di Rubrik Arsip (Kompas, 13 Februari 2021) membuat saya senyum-senyum sendiri.
Berita lawas 48 tahun lampau itu melaporkan batalnya tawaran bantuan luar negeri kepada sebuah fakultas di perguruan tinggi negeri di Bandung (nama perguruan tinggi disebut dalam berita itu).
Alasannya, dosen fakultas tersebut dipergoki sedang bermain gaple, permainan menggunakan kartu domino yang juga bisa untuk berjudi. Rektor perguruan tinggi tersebut meragukan manfaat bantuan bagi fakultas itu karena dosennya bermain gaple dan bukannya sibuk riset. Bantuan akhirnya dialihkan untuk fakultas lain.
Berita di atas, jika dibaca dalam konteks saat ini, ketika berbagai perguruan tinggi sibuk dan bekerja keras meraih berbagai kriteria pencapaian akademik dan administratif guna menaikkan peringkat nasional dan internasional, bisa menimbulkan keheranan.
”Masa, sih?” atau ”Kok, dulu bisa begitu, ya?”
Walau kasus itu memprihatinkan dan terjadi sudah sangat lama, Kompas telah mengingatkan kita bahwa hal itu memang pernah terjadi.
Eduard Lukman
Jalan Warga, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Tanggapan First Media
Berikut tanggapan atas surat pembaca di Kompas (19/1/2021) mengenai ”Kualitas Buruk”, yang disampaikan oleh Ibu Tingka Adiati.
Kami informasikan bahwa First Media telah menghubungi Ibu Tingka Adiati pada 19 Januari 2021 dan tim teknisi First Media sudah menangani masalah ini.
Saat ini, Ibu Tingka beserta para pelanggan lain di area tersebut sudah menikmati kembali layanan First Media.
Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.
Niki Sanjaya
Marketing Communication Division Head, PT Link Net Tbk (First Media)
SMS Banking
Minggu (27/12/2020), saya mengambil uang tunai di ATM Link Mandiri Puri Indah. Saya terkejut melihat saldo tabungan saya di Bank BNI yang berkurang banyak. Rekening langsung diblokir.
Keesokan harinya, Senin (28/12), saya langsung ke BNI terdekat, yaitu BNI Jakarta Daan Mogot, untuk melaporkan kejadian itu.
Ternyata, ada delapan transaksi yang tidak saya lakukan pada 23-27 Desember 2020, total senilai Rp 80.970.208.
Layanan pelanggan (CS) bernama Ayu menginformasikan, transaksi tersebut berasal dari SMS banking dan merupakan transaksi normal.
Saya tidak terima jika transaksi-transaksi tersebut dianggap normal. Saya tidak menerima SMS masuk yang menginformasikan OTP untuk SMS banking BNI, juga tidak ada yang menelepon meminta nomor OTP tersebut. HP saya pun tetap bisa digunakan bertransaksi SMS banking.
Saya telah membuat laporan di Bank BNI Cabang Daan Mogot, Jakarta, dengan nomor register 2-00001269845 pada 28 Desember 2020. Saya juga melapor ke kepolisian terdekat, yaitu Polsek Kembangan. Nomor lapor 74/B/XII/YAN.2.5/2020/SEK.Kembangan.
Saya mengimbau BNI segera mengurus dan mengembalikan uang saya. Uang tersebut adalah gaji dan tabungan saya untuk keluarga.
Ratih Kusuma Dewi
Taman Meruya Ilir, Jakarta Barat
Banjir Pantura
Belum reda bencana di beberapa wilayah Indonesia, kini sejumlah kawasan di pantura Jawa Barat terendam banjir. Ratusan rumah terendam.
Dibutuhkan kesiapan Tim SAR Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terutama kabupaten-kabupaten yang terancam bencana banjir. Siapkan tempat evakuasi yang memadai, termasuk bantuan logistik. Semoga bencana membangkitkan kepedulian mereka yang tidak terkena.