logo Kompas.id
OpiniKetika ”Cap Go Meh” Melintas...
Iklan

Ketika ”Cap Go Meh” Melintas di Kanvas

Apabila pada tahun 1940 Sudjojono mampu merekam keriuhan dan kompleksitas sosial Cap Gomeh dalam lukisannya, adakah kesenyapan Cap Go Meh di era pandemi Covid-19 juga akan tergambarkan.

Oleh
AGUS DERMAWAN T
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6gUo0A9HVpowXr8CcL-FfSWrZfc=/1024x684/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F8cbcdca8-03c6-4216-a192-3fb73f4e9bd5_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Warga memberikan angpau kepada barongsai saat makan bersama dalam perayaan Cap Go Meh di Kampung Pecinan Kapasan Dalam, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (26/2/2021). Pandemi membuat kegiatan saling berkunjung kini ditiadakan. Untuk tetap memupuk kerukukan warga, perayaan Cap Go Meh dimanfaatkan dengan makan bersama tetangga dan lomba kuliner pecinan.

Pada Jumat, 26 Februari 2021, masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh. Perayaan khas ini dimaknai sebagai ”hari puncak gembira” yang ditetapkan pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek, yang terjadi pada 12 Februari lalu. Memang, dalam etimologinya, cap go (bahasa Hokian) artinya bilangan ke-15.

Hikayat selalu menuturkan bahwa pada saat Cap Go Meh, bulan diperhitungkan hadir bundar dan bersinar penuh. Bunga-bunga konon dipercaya mekar diam-diam di malam hari. Satwa di laut dan sungai berpesta dalam air yang dipendari cahaya.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000