Kuliah Kedokteran di Dalam atau Luar Negeri
Biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran dan jurusan rumpun ilmu kesehatan memang lebih mahal. Lama pendidikan di luar negeri dengan di Indonesia lebih kurang sama.
Saya hanya mempunyai seorang anak, perempuan berusia 18 tahun, sekarang duduk di kelas III SMA negeri di Jakarta. Sejak kecil anak saya ingin jadi dokter. Waktu SD dia terpilih jadi dokter kecil. Selama SMP dia juga aktif di OSIS di bidang kesehatan. Seterusnya, minatnya berkembang ketika di SMA.
Dia banyak membaca tentang dunia kedokteran, tokoh-tokoh kedokteran dan penemuannya. Namun, yang menjadi perhatian utamanya adalah dokter yang berperan besar di bidang kesehatan masyarakat. Dia mengagumi Dr Cipto Mangunkusumo yang berhasil memberantas penyakit pes di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dia juga membaca tentang Edward Jenner, bapak imunisasi. Dia sering mengemukakan mimpinya ingin jadi dokter anak yang dapat menyejahterakan anak Indonesia.
Dalam hati saya sebenarnya lebih ingin dia memilih profesi yang dapat dikerjakan dari rumah. Biarlah suaminya nanti yang sibuk bekerja. Saya ingin dia jadi akuntan atau notaris yang tak terlalu sibuk. Tak perlu meninggalkan rumah di luar jam kerja. Namun, saya menyayangi anak saya dan saya memberinya kesempatan memilih masa depannya. Saya juga sudah menyiapkan dana untuk sekolahnya.
Belakangan ini, saya mengikuti berita tentang layanan kedokteran di luar negeri termasuk tetangga kita. Menurut kabar tersebut banyak warga negara Indonesia berobat ke luar negeri karena merasa lebih nyaman dan bahkan juga lebih murah. Saya prihatin juga membaca berita tersebut.
Apakah pendidikan kedokteran di Indonesia tak sebaik di luar negeri. Saya coba mengikuti berita peringkat perguruan tinggi global dan regional. Kelihatannya perguruan tinggi kita harus bekerja keras untuk dapat mencapai peringkat yang tinggi di Asia Pasifik, apalagi di tingkat dunia.
Pernah terlintas dalam pikiran saya untuk mengirim putri saya ke luar negeri, jika dia tak diterima di Fakultas Kedokteran di Indonesia. Bahasa Inggrisnya baik, bahkan TOEFL-nya mencapai 600. Namun, istri saya khawatir jika anak yang masih remaja dibiarkan hidup di negeri orang. Istri saya khawatir dia akan mudah terpengaruh oleh budaya yang tidak cocok dengan budaya kita.
Selain itu, saya juga mendengar bahwa jika dokter lulus di luar negeri mendapat kesulitan untuk berpraktik di Indonesia. Setahu saya, jumlah dokter di Indonesia masih kurang jadi seharusnya dokter yang lulus dari luar negeri dapat dimanfaatkan untuk menolong masyarakat kita. Kenapa harus dipersulit?
Mohon penjelasan serta nasihat Dokter. Apakah anak saya kuliah di Indonesia saja atau di luar negeri? Terima kasih.
W di J
Wah, saya senang sekali mendengar keinginan putri Anda untuk menjadi dokter. Apalagi niat tersebut telah timbul sejak kecil dan terus berkembang sampai sekarang. Saya percaya jika putri Anda nanti menjadi dokter, dia akan dapat mewujudkan cita-citanya dengan baik.
Pendidikan kedokteran di Indonesia mengikuti perkembangan pendidikan kedokteran dunia. Kita menerapkan pendidikan yang berdasar pada pencegahan masalah (problem based learning). Sistem pendidikan kita juga mengikuti sistem yang dijalankan di banyak negara. Jumlah fakultas kedokteran di Indonesia sekarang ini sudah lebih dari 80, semua fakultas kedokteran tersebut dijaga mutunya.
Untuk menjaga mutu tersebut ada penetapan akreditasi. Diharapkan setiap fakultas kedokteran bekerja keras untuk mencapai akreditasi yang baik. Fakultas kedokteran yang baru mendapat pengampuan dari fakultas kedokteran yang sudah lama. Lulusan fakultas kedokteran perlu menjalani ujian nasional. Dengan ujian nasional ini diharapkan lulusan kedokteran di Indonesia memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Pola penyakit di setiap negara berbeda. Di negara kita, misalnya, penyakit demam berdarah sering dijumpai, semua dokter Indonesia harus mampu mendiagnosis, mengobati, dan melakukan upaya pencegahan demam berdarah. Dokter di Indonesia akan sering menghadapi demam berdarah dalam praktik sehari-hari sehingga benar-benar harus menguasai penatalaksanaan penyakit tersebut dengan baik.
Di Singapura dan juga di banyak negara maju demam berdarah jarang dijumpai, bahkan hampir tak ada. Dokter di sana sudah tentu juga mempelajari penyakit demam berdarah, tetapi jarang menjumpainya. Jadi, jika seorang dokter lulus di negara yang tak ada demam berdarahnya, dia harus berpraktik di Indonesia dan harus menyesuaikan diri. Untuk itu, dilakukan program adaptasi.
Dokter lulusan luar negeri juga harus menjalani ujian nasional dokter Indonesia seperti juga dokter lulusan fakultas kedokteran di Indonesia. Untuk dapat berpraktik di Indonesia, dokter lulusan luar negeri juga harus mampu berbahasa Indonesia agar dia dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasiennya.
Selain itu, sistem layanan kesehatan setiap negara mungkin ada perbedaannya. Dokter sebagai unsur dalam pelayanan kesehatan harus memahami sistem pelayanan kesehatan tersebut dan berpartisipasi dalam menjalankan layanan tersebut.
Kewajiban dokter asing untuk melaporkan ijazahnya, mengalami adaptasi, dan mengikuti ujian nasional berlaku tidak hanya di Indonesia. Jika seorang dokter di Amerika ingin praktik di Eropa, dia juga harus menjalani hal yang serupa. Semua itu menjadi prosedur umum di dunia yang tujuannya untuk memudahkan dokter dalam melayani masyarakat.
Dunia kedokteran kita dilengkapi dengan organisasi profesi, konsil kedokteran, semuanya mengikuti standar di dunia kedokteran. Kita merupakan bagian dari dunia kedokteran regional ataupun global. Jadi, tidak ada niat sama sekali dari pemerintah kita untuk mempersulit dokter lulusan luar negeri untuk berpraktik di Indonesia.
Apakah seorang remaja berumur 18 tahun dapat dilepas untuk sekolah di luar negeri? Saya rasa tergantung pada kematangan dirinya.
Apakah dia sudah mempunyai prinsip hidup yang tak mudah digoyahkan. Apakah dia sudah mampu membedakan hal-hal yang baik dan tidak baik. Apakah dia sudah mampu mengatur waktu dan belajar mandiri. Apakah dia mampu bergaul dengan berbagai teman dari negara lain, tetapi tetap menjadi dirinya.
Kita sering melihat banyak anak yang mampu dan berhasil kuliah di luar negeri, meski masih remaja. Namun, juga ada yang kemudian gagal karena belum mampu menetapkan visi, merencanakan cara belajar yang baik, serta belum mempunyai kepribadian kuat. Sebagian larut dalam kehidupan yang tidak mendukung untuk kegiatan belajar.
Saya menyarankan agar anak Anda mengikuti seleksi masuk fakultas kedokteran di Indonesia. Memang seleksinya cukup berat karena persaingannya cukup ketat. Namun, dengan persiapan yang baik, mudah-mudahan dia dapat diterima di fakultas kedokteran di Indonesia.
Jika dia ingin kuliah di luar negeri, tentu baik juga asalkan dia sudah memahami jalan yang akan dilaluinya akan semakin panjang. Biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran dan jurusan rumpun ilmu kesehatan memang lebih mahal. Lama pendidikan di luar negeri dengan di Indonesia lebih kurang sama.
Selain kuliah di negara maju, sebenarnya beberapa negara menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang baik dengan harga lebih murah. Salah satu contohnya adalah India. Malaysia selain mengirim mahasiswanya ke Indonesia untuk kuliah kedokteran di sini, juga mengirimnya ke India.
Semoga anak Anda berhasil mewujudkan cita-citanya dan dapat menyumbangkan baktinya untuk kesehatan di negeri kita.