Para produsen otomotif raksasa paham kalau kendaraan listrik adalah masa depan. Kendaraan listrik adalah juga salah satu obat untuk menyelamatkan bumi.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
”Kami takkan berhenti sampai seluruhnya mobil listrik di jalan,” ujar Elon Musk, pendiri Tesla. Musk adalah provokator sejati inovasi kendaraan listrik.
Setelah fokus membuat kendaraan listrik di Amerika, Elon Musk kini memprovokasi produsen otomotif Jerman dengan mendirikan pabrik Tesla Giga Berlin. Mendirikan pabrik Tesla di Grünheide, jelas ibarat membangun pabrik di halaman belakang pabrik BMW, VW, dan Mercedes Benz. Raksasa otomotif Jerman pun terbangun dari tidurnya.
Tesla sebelumnya membangun pabrik di California (Amerika Serikat), Shanghai (China), Texas (AS), dan berencana membangun pabrik di India. Tesla, Elon Musk—dengan statusnya kini sebagai orang terkaya kedua di Bumi—selama beberapa tahun terakhir menjadi duta global untuk perlombaan inovasi kendaraan listrik.
Produsen otomotif dari Jepang, Korea, dan China pun ikut bertarung. Berbagai produk baru terus diperkenalkan kepada publik, tidak terlupa bagi publik Indonesia. Mereka paham kalau kendaraan listrik adalah masa depan. Kendaraan listrik adalah juga salah satu obat untuk menyelamatkan Bumi.
Namun, tentu para petarung ini membutuhkan dukungan dari pemerintah. Dukungan itu dapat berupa target yang jelas, regulasi yang tegas, serta insentif dan disinsentif yang tepat. Indonesia sudah melangkah maju, di antaranya berupa insentif bagi mobil listrik untuk dapat bebas melaju di ruas ganjil genap, walaupun insentif dapat berupa banyak jenis apabila kita ingin mengakselerasi penetrasi kendaraan listrik di Indonesia.
Norwegia, ambil contoh, telah menekan biaya listrik, pajak, dan asuransi kendaraan listrik. Warga negara itu akhirnya mengeluarkan biaya untuk kendaraan listrik lebih murah daripada kendaraan berbahan bakar minyak. Insentif dari Pemerintah Norwegia sejalan dengan target Parlemen Norwegia bahwa seluruh mobil baru yang dijual pada tahun 2025 adalah mobil dengan emisi nol berupa mobil listrik atau mobil hidrogen.
Seluruh mobil baru yang dijual di Norwegia pada tahun 2025 adalah mobil dengan emisi nol.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, biaya yang dikeluarkan untuk kendaraan listrik di 14 negara di Eropa, di antaranya Norwegia, Perancis, Spanyol, dan Inggris, sudah lebih murah daripada kendaraan berbahan bakar minyak. Ketika raksasa otomotif Eropa makin terprovokasi Tesla, kendaraan listrik kiranya makin merajai jalan-jalan di Eropa dan dunia.
Sisi positif yang kerap terlupa dari kendaraan listrik adalah fitur-fitur terbaru yang lebih maju dalam mengamankan pengemudi, penumpang, hingga pejalan kaki. Swakemudi (autopilot) Tesla, meski bukan berarti mengambil alih total peran pengemudi, membantu meningkatkan keselamatan.
Bagi negara dengan kematian orang di jalan raya mencapai puluhan ribu orang per tahun, maka kendaraan listrik yang dibekali dengan fitur keselamatan terkini sangat dinanti. Terlebih lagi, korban jiwa akibat kecelakaan di jalan raya di Indonesia tergolong usia produktif. Kendaraan listrik dengan demikian unggul segalanya, apalagi bila kita dapat mengekor negara maju dengan membuat sendiri kendaraan listrik.